Kiara Pratiwi menangis didalam kamarnya, setelah mengetahui pernikahan suaminya Devan Kalandra,tidak pernah terpikirkan oleh Kiara kalau Devan akan mengkhianatinya.
Kiara sangat terkejut dengan apa yang dia alami sekarang seperti disambar petir disiang bolong,
Sera sahabat yang sangat dia sayangi, mereka telah mengkhianati Kiara, Devan pernah mencintai Sera tapi Sera memilih dan menikah dengan Haris.
Apa dulu mereka saling mencintai tapi jodoh nggak berpihak pada mereka berdua, apa aku yang jadi orang ketiga diantara mereka.
kejadian yang tadi siang dia lihat di sebuah restoran membuat Kiara ragu akan semua kata cinta Devan padanya.
Kiara menepuk dadanya yang terasa sesak dan menarik nafas panjang “aku ihklas menolong mu Sera dan juga Kafi anakmu tapi kenapa kalian menikam ku dari belakang, ini balasan yang aku dapatkan dari mu”
Kiara mengepalkan kedua tangannya, pengkhianatan Devan dan Sera membuat dunianya hancur, apa Kiara sanggup menghadapinya atau Kiara akan pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 Menyesal
“pantas Kiara sangat marah dengan ku dan tidak pernah menanggapi apa yang aku ucapkan ternyata dia sudah tau semuanya” gumam Devan sambil memijit keningnya untuk menghilangkan rasa pusing dikepalanya.
Foto pernikahannya bersama Sera dan juga foto foto dia pergi liburan bersama Sera dan Kafi setelah pernikahannya dulu, dan masih banyak lagi bukti bukti yang ada Kiara dapatkan,.
devan langsung terduduk lemas di ranjang segera dia melihat yang lain ada cincin pernikahan serta kartu kartu yang biasa Kiara pakai semua dia kembalikan.
Serta ada satu buah surat yang di ikat dengan sebuah alat tes kehamilan yang ada garis dua nya Devan sampai melotot melihat alat tersebut dia sampai susah bernafas saking kagetnya melihat itu, segera dia baca surat yang ditulis tangan Kiara.
Untuk Mas Devan
“Aku cuma bilang aku akan merawat anak ini sendiri,
Kamu tidak usah pedulikan anak yang ada dikandunganku,
Urus saja cinta mu pada Sera yang sudah menjadi istrimu,
Aku akan mengurus surat cerai kita,
Terima kasih untuk waktu yang pernah kita lalui bersama,
Aku pergi, selamat berbahagia, kamu dan kekasih hati mu”
Salam Kiara
Devan langsung menangis terisak isak sambil memandangi tespack yang ada ditangannya, tangannya gemetar memegang benda itu yang menandakan kalau dia akan menjadi seorang ayah seutuhnya,.
Devan menangis , perbuatannya yang menyebabkan anaknya akan kehilangan sosok ayah, Devan tidak mau itu terjadi dia akan mencari kiara dan anak yang dikandungnya.
Devan masih menangis dia mencoba menghubungi nomor Kiara lagi berharap bisa tersambung, tapi tetap hasilnya nihil nomor Kiara tidak bisa dihubungi.
Devan merosot duduk dipinggir tempat tidur dia menangis sambil bersidekap lututnya, tangisan seorang pria yang sudah telat menyadari apa yang dilakukannya salah.
Setelah puas menangis devan merasa sedikit tenang dia melihat jam yang ada dikamarnya sudah menunjukan Tengah malam tidak mungkin dia mencari Kiara sekarang, Akhirnya dia memutuskan untuk mencari keberadaan Kiara besok pagi.
Devan beranjak dari duduknya dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket sekali karena perjalanannya dari luar kota tadi.
Setelah mandi Devan pergi kedapur untuk mengambil minuman karena dia sangat haus sekali.
Devan berjalan seperti orang bingung sesampai di dapur dia mengambil minum dan duduk dikusi yang ada disana dia hanya diam dan bengong sambil menatap kearah gelas minuman yang sedang dia pegang.
Devan benar benar buntu sekarang dia tidak bisa tidur pikirannya hanya pada Kiara dan anak yang ada dalam kandungan istrinya itu.
Bik Jum memperhatikan majikannya dari tadi yang terlihat seperti orang bingung, diam dan bengong duduk sendiri di dapur tanpa melakukan apa apa, bik Jum menghampiri majikan dan juga anak asuhnya itu.
“Den Devan belum tidur sudah malam?” tanya bik Jum yang menghampirinya kedapur. Devan menatap kerah bik Jum dengan kedua matanya yang berkaca kaca dia belum bisa berbicara saking kaget nya dengan apa yang dia dapatkan dikamar tadi.
“ada apa den?” tanya bik Jum lagi
“Bik …Kiara sedang hamil anak Devan bik, dia pergi membawa anak kami bik” pecah lah tangis Devan didepan bik jum, begitupun dengan bik Jum dia juga sangat kaget mendengar kabar kalau Kiara pergi dalam keadaan hamil.
“Den Devan harus segera mencari mereka den, jangan sampai mereka terlunta lunta diluar sana, Kiara sedang hamil keturunan keluarga Kalandra den” Bik Jum ikutan menangis mendengar semuanya.
“Kiara pergi tidak bawa apapun bik dia meninggalkan semuanya, Devan takut nanti anak devan makan apa bik” sahut devan dengan suara tangisnya yang makin keras.
Bik Jum ingin rasanya memarahi majikan dan juga anak asuhnya itu, tapi keadaan tidak memungkinkan sekarang Devan dalam keadaan terpuruk karena perbuatannya sendiri.percuma kalau dikasih nasehat sekarang juga nggak akan didengar.
“Sekarang den Devan tidur dulu hari sudah larut malam, besok pagi carilah Kiara” tukas bik Jum sambil mengantarkan Devan kekamarnya.
“bagaimana kalau mama sama papa tau bik?” tanya Devan sambil berjalan kekamarnya.
“aden harus kasih tau semuanya pada nyonya dan tuan Kalandra tapi yang penting sekarang bagaimana mencari Kiara sampai dapat” jawab Bik Jum, devan mengangguk tanda setuju.
Setelah mengantarkan Devan kekamarnya bik jum kembali masuk kedalam kamarnya untuk segera tdiur dan juga kemungkinan yang akan dihadapi besok hari.
Besok pagi devan sudah rapi dengan pakaian rumahnya dia tidak akan pergi keperusahaan saat ini, hari ini dia akan mencari Kiara ketempat tempat yang biasa Kiara datangi.
Dari tadi Devan sudah mencari kabar Kiara keteman teman yang dikenal Devan, hari ini devan akan pergi kepanti dulu untuk mencari keberadaan Kiara.
Ketika sedang sarapan tiba tiba bel rumah berbunyi bik Jum pun langsung kedepan membuka pintu, terlihat Nyonya ningrum dan tuan kalandra berada didepan pintu rumah bik Jum sedikit terkejut melihat kedatangan majikannya itu.
“bik Jum kenapa bengong, pagi pagi kesambet loh” seloroh Nyonya ningrum
“Tuan , Nyonya silahkan masuk, maaf tadi bibik kaget pagi pagi sudah datang kesini” jawab bik jum sambil menundukkan badannya sedikit, lalu majikannya itu masuk kedalam rumah.
Tuan dan Nyonya Kalandra masuk kedalam menghampiri Devan yang sedang sarapan sendirian, melihat kedatangan orang tuanya muka Devan panik, dia takut kalau orangtuanya menanyakan Kiara yang tidak kelihatan sarapan dengannya pagi ini.
“kamu kenapa mukanya jadi panik begitu? Kiara mana mama kok nggak lihat ikut sarapan” tanya Nyonya ningrum sambil melihat sekeliling rumah sedangkan Tuan Kalandra menatap tajam kearah anaknya yang kelihatan panik dengan kedatangan mereka.
“Bik Jum , kiara mana ?” tanya Nyonya ningrum Ketika dia mengantarkan minuman untuk Nyonya ningrum dan Tuan Kalandra, Bik Jum menoleh kearah Devan yang saat ini hanya bisa pasrah, dia tidak bisa berbohong lagi karena Kiara memang sudah pergi dari kediamannya.
Melihat situasi yang tidak mengenakkan ini Nyonya Ningrum langsung mengarahkan pandangannya pada anak semata wayangnya itu, Devan yang ditatap hanya bisa menunduk begitupun dengan bik Jum.
“ada apa ini Devan? Kamu tidak sedang berantem dengan Kiara kan?” tanya Nyonya Ningrum yang menatap tajam pada anaknya itu.
“devan sedang ada masalah dengan Kiara mah” ucap Devan akhirnya karena didesak terus oleh kedua orang tuanya.
“kamu punya masalah apa dengan Kiara sampai istrimu pergi dari rumah ini” tanya Tuan Kalandra pada putranya itu, Dia merasa ada sesuatu yang sedang berusaha ditutupi Devan.
Ditatap dengan tajam oleh kedua orang tuanya membuat Devan terpaksa menceritakan semua masalah yang saat ini dia hadapi, mendengar cerita anaknya itu Nyonya kalandra langsung menampar pipi anak semata wayangnya itu.
Devan yang ditampar mamanya hanya diam karena dia tau semua kesalahannya.
“kamu keterlaluan Devan, mama tidak pernah mengajari kamu untuk menyakiti Perempuan sedemikian hebatnya, devan mama sungguh kecewa dengan sikapmu” tukas Nyonya Ningrum dengan muka merah menahan marah.
“sekarang bagaimana nasib cucu mama Devan?” teriak Nyonya Ningrum, melihat kemarahan istrinya Tuan Kalandra langsung memeluknya dan mengajaknya untuk duduk kembali.