Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketegangan
Wajah Akselia tetap tegang saat Lucas mendekat, langkahnya santai namun penuh keyakinan. Udara malam terasa semakin berat, seolah setiap detik membawa mereka lebih dekat pada sebuah pertarungan yang tak terhindarkan. Akselia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, namun ia tahu satu hal: kali ini, ia tidak bisa mundur.
“Jadi, ini akhirnya bertemu langsung, Akselia,” ujar Lucas, suaranya dingin dan penuh ketenangan. “Kau sudah sangat jauh, terlalu jauh untuk bisa kembali. Tapi kau masih tidak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi.”
Akselia menggertakkan giginya. Sangat sedikit orang yang bisa berhadapan dengan Lucas tanpa tergoyahkan, tetapi dia sudah terbiasa dengan rasa takut. Lebih dari siapapun, Akselia tahu bahwa dunia ini tidak bisa berlanjut dalam cengkeraman Lucas. Namun, entah kenapa, di saat seperti ini, ada keraguan yang muncul di hatinya. Apakah mereka benar-benar bisa menghentikan semuanya?
“Apa yang kau maksud dengan itu, Lucas?” Akselia mencoba menguasai nada suaranya, meskipun rasa takut mulai menyelusup.
Lucas tertawa pelan. “Kau masih percaya bahwa dunia yang kau perjuangkan ini adalah satu-satunya yang bisa ada? Dunia yang penuh dengan kebebasan, kekacauan, dan ketidakpastian? Aku sudah mengamati selama bertahun-tahun, Akselia. Dunia ini lemah. Aku tidak menciptakan Proyek Elysium untuk menguasai. Aku menciptakannya untuk menyelamatkan.”
Mendengar kata-kata itu, Akselia merasa tubuhnya kaku. Selamatkan?Apa maksudnya?
“Dunia yang kau kenal akan runtuh, Akselia,” lanjut Lucas, menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh keyakinan. “Jika kita tidak mengendalikan pikiran dan tindakan manusia, kita akan terus terperangkap dalam siklus kekerasan, ketidakadilan, dan kebodohan. Proyek Elysium adalah jalan menuju peradaban yang lebih baik. Sebuah dunia di mana setiap orang terhubung dengan satu pemikiran, satu tujuan. Kebebasan? Itu hanyalah ilusi yang menjerumuskan umat manusia dalam kehancuran.”
Akselia merasa darahnya mendidih mendengar kata-kata itu. Lucas benar-benar percaya bahwa menghapus kebebasan manusia adalah solusi? Namun, meskipun rasa marah meluap, Akselia tahu bahwa dia harus lebih hati-hati. Dia harus menemukan cara untuk memutuskan rantai yang menjerat dunia ini, tanpa terbawa oleh kata-kata indah yang disampaikan Lucas.
“Kau tidak bisa mengendalikan dunia, Lucas,” kata Akselia dengan tegas. “Kau tidak bisa membuat setiap orang berpikir seperti yang kau inginkan. Kebebasan itu bukan ilusi—itu adalah hak yang dimiliki setiap manusia. Kau ingin menciptakan dunia yang terhubung? Tapi mengapa harus mengorbankan kehendak bebas mereka?”
Lucas menyipitkan matanya, seolah mempelajari setiap kata yang keluar dari mulut Akselia. “Kau tidak mengerti, Akselia. Ketika seseorang berpikir bebas, mereka terjebak dalam kebingungan. Mereka membuat keputusan berdasarkan emosi, keinginan pribadi, dan kepentingan yang saling bertentangan. Itu yang menyebabkan kekacauan di dunia ini. Proyek Elysium adalah satu-satunya cara untuk membawa kedamaian yang sejati.”
Akselia merasa cemas. Apakah ini yang akan terjadi pada dunia ini jika Lucas menang? Sebuah dunia tanpa konflik, tanpa kebebasan berpikir, sebuah dunia yang seragam dalam pikiran dan perasaan. Tapi pada saat yang sama, dunia seperti itu akan kehilangan kekayaan emosional, perbedaan, dan kebebasan untuk memilih. Itu bukan dunia yang bisa dia terima.
"Aku akan menghentikanmu, Lucas," kata Akselia, suaranya penuh tekad.
Lucas menggelengkan kepala, seolah menertawakan keyakinan Akselia. "Kau tidak bisa, Akselia. Proyek ini sudah terlalu besar. Bahkan jika kalian menghancurkan sistem ini, ada banyak saluran tersembunyi yang akan tetap mengalirkan kekuasaan ke dalam dunia ini. Aku bukan hanya menciptakan Elysium. Aku menciptakan dunia baru. Sebuah dunia yang akan terhubung, tanpa batasan, tanpa konflik."
"Jadi, kau berencana untuk menghapus semua yang kita tahu dan mulai dari awal, dengan cara yang kau tentukan?" Akselia bertanya, suaranya semakin tegas. "Itu bukan penyelamatan, Lucas. Itu adalah penaklukan."
Lucas menatapnya dengan intens. "Jika itu yang kau sebut penaklukan, maka biarkanlah. Tetapi suatu saat, kau akan mengerti bahwa dunia yang aku rencanakan adalah dunia yang lebih baik. Tanpa kebencian, tanpa perpecahan."
Namun, Akselia tidak menyerah. Ini adalah saat yang menentukan.Tanpa ragu, dia memandang Lucas dan berkata, "Aku tahu bahwa aku akan melawanmu, apapun yang terjadi. Aku tidak akan biarkan kau merampas kebebasan kita."
Lucas menatapnya lama, matanya seperti mencari kelemahan di balik keteguhannya. Namun, akhirnya dia hanya menghela napas pelan. "Kau akan kehilangan lebih dari yang kau kira, Akselia."
Dengan cepat, Lucas berbalik dan melangkah pergi, membiarkan Akselia dan timnya kembali merenung di tengah kegelapan. Namun, Akselia tahu bahwa meskipun Lucas sepertinya sudah hampir menang, masih ada satu kesempatan. Mereka harus menemukan inti dari Proyek Elysium, menghancurkannya sebelum terlambat.
Akselia berbalik, mendekati Mikael dan Reina yang sedang menunggu di ujung lorong. "Kita harus segera bergerak. Lucas sudah memulai langkah terakhirnya. Kita harus menghentikannya sekarang."
Reina menatapnya dengan penuh keteguhan. "Kita tidak akan mundur. Kita akan menemukan cara untuk melawan."
Mikael mengangguk. "Aku akan mencari cara untuk menembus sistem itu. Kita harus tahu di mana pusat dari semua ini."
Akselia mengangguk, matanya penuh tekad. Mereka tidak bisa kalah.Dunia yang mereka cintai, dunia yang penuh dengan kebebasan berpikir dan berperasaan, harus diselamatkan. Tidak peduli apa yang harus mereka hadapi, mereka akan terus maju.
Di luar sana, di dunia yang terancam oleh Proyek Elysium, pertempuran yang menentukan kebebasan manusia baru saja dimulai.