NovelToon NovelToon
Istri Siriku, Sayang!

Istri Siriku, Sayang!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rose Mia

Narendra sang pengusaha sukses terjebak dalam situasi yang mengharuskan dirinya untuk bertanggung jawab untuk menikahi Arania, putri dari korban yang ia tabrak hingga akhirnya meninggal. Karena rasa bersalahnya kepada Ayah Arania akhirnya Rendra bersedia menikahinya sesuai wasiat Ayah Arania sebelum meninggal. Akan tetapi kini dilema membayangi hidupnya karena sebenarnya statusnya telah menikah dengan Gladis. Maka dari itu Rendra menikahi Arania secara siri.

Akankah kehidupan pernikahan mereka akan bahagia? Mari kita ikuti ceritanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepulangan Gladys

Gelapnya malam menyelimuti hati Rendra yang dilema. Ia yang baru saja masuk ke dalam kamarnya melangkah gontai ke arah cermin besar. Ia berdiri di hadapan cermin itu. Matanya menatap lurus pada pantulan dirinya. Seulas senyum pahit terukir di bibirnya. Ingatannya melayang pada saat ia melewati ruang tamu tadi. Bingkai foto pernikahannya dengan Gladys, yang terpampang megah di dinding memicu keresahan pria dewasa itu. Sebuah pemandangan sepele memang, namun mampu menggores luka yang dalam di hatinya.

"Aku ingin memiliki foto seperti itu bersamamu, Arania." gumam Rendra lirih, suaranya teredam oleh kesunyian malam. Ia membayangkan dirinya dan Arania berpose mesra di depan kamera, mengenakan pakaian pengantin. Namun, semua itu entah kapan menjadi nyata.

Arania yang berjalan dibelakang Rendra kini telah sampai di depan pintu kamar Rendra yang telah tertutup kembali. Saat pintu kamar terbuka, Arania masuk dengan langkah pelan. Ia melihat Rendra yang sedang berdiri di depan cermin, dengan wajah yang terlihat murung. Dengan lembut, Arania menghampiri Rendra dan memberanikan diri memeluknya dari belakang.

"Kenapa, Mas?" tanya Arania dengan suara lembut.

Rendra tidak menjawab, ia hanya semakin mengeratkan pelukannya. Arania tahu, ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Rendra.

"Aku tahu apa yang mas pikirkan," ujar Arania. "Jangan sedih, ya."

Rendra menoleh kemudian berbalik badan menghadap pada Arania. Mata elangnya kini berkaca-kaca. "Aku merasa menjadi pria pecundang yang tidak berguna. Aku merasa tidak adil padamu, karena harus merahasiakan hubungan pernikahan kita ini dari dunia. Sehingga, jangankan album pernikahan, selembar foto pernikahan kitapun seakan tak berhak untuk memilikinya," suaranya terhenti, tak mampu melanjutkan kalimatnya. Air mata lelaki itu menetes di rahang tegasnya. Ia begitu terlihat sangat rapuh dan tak berdaya saat ini. "Maafkan mas, Arania."

Arania menghapus air mata Rendra dengan lembut. "Jangan pernah bilang begitu, mas. Kita punya kebersamaan kita. Itu jauh lebih berharga dari pada sebuah foto."

"Aku merasa seperti pencuri, Arania. Mencuri kebahagiaanmu." Ucap Rendra dengan mata yang memerah karena tangisnya.

Arania menggeleng pelan. "Aku bahagia dengan apa yang kita miliki sekarang, mas. Itu sudah cukup buatku."

Rendra menarik senyum tipis. "Tapi sebenarnya mas ingin memberikanmu semua yang terbaik, Arania. Termasuk sebuah rumah tangga yang diakui oleh semua orang. Mas ingin kita bisa hidup terang-terangan seperti pernikahan ku dengan Gladys. Akan tetapi mas tidak sanggup menyakiti hatinya dengan berkata jujur dengan pernikahan kita ini, Arania."

"Akupun tak ingin menyakiti istri pertama mu mas. Sebagai wanita tentu sangat menyakitkan jika mengetahui suaminya memiliki wanita lain. Percayalah mas, kita akan menemukan caranya nanti. Sementara ini bersabarlah dengan situasi ini." Arania berusaha tersenyum untuk memberikan keyakinan kepada sang suami bahwa dirinya tetap baik-baik saja dengan keadaan ini, walaupun sebenarnya hati wanita muda ini sama rapuhnya dengan Rendra. Namun tak ia tunjukkan karena tak ingin melihat suaminya semakin patah.

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kehangatan pelukan satu sama lain. Walaupun kenyataan pahit terus menghantui mereka, namun kasih sayang Rendra yang tulus pada Arania mampu memberikan kekuatan untuk menghadapi segala rintangan.

Setelah gejolak emosi mereda, Rendra menarik napas dalam-dalam. "Gladys baru saja mengirim pesan. Dia sudah dalam perjalanan pulang. Katanya, dia akan cuti selama lima hari." Suara Rendra terdengar berat.

Arania yang semula memeluk Rendra, kini melepaskan pelukannya. Tatapannya lurus ke depan, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengarnya.

"Setelah itu, dia akan kembali ke luar kota lagi untuk melanjutkan syuting filmnya," lanjut Rendra. Ia mengusap wajahnya, terlihat frustasi. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Aku menyayangimu, tapi aku juga menyayangi Gladys."

'Suamiku menyayangiku?'

Arania menatap Rendra dengan mata berkaca-kaca. "Mas menyayangi ku?" Ucap Rania seakan tak percaya. Rendra menganggukkan kepalanya.

Rendra meraih tangan Arania, menggenggamnya erat. "Benar sayang. Mas menyayangi segala milik mas, termasuk kamu istri siriku, Arania Febriani. Walaupun saat ini mungkin belum tumbuh rasa cinta diantara kita. Tapi percayalah, mas benar-benar tidak ingin kehilanganmu ataupun membuatmu susah." Ujar Rendra dengan serius dengan tatapan mata lembut yang masih tertinggal sisa-sisa air mata di bulu matanya yang panjang fan lebat.

Hati Arania meleleh mendengar ungkapan manis dari Rendra, tanpa sadar air mata kebahagiaannya pun menitik di tangan yang Rendra genggam. "Aku terharu, mas. Terimakasih mas sudah mau menyayangi ku dan menerima ku dengan tulus."

"Mungkin pada awalnya berat saat mas harus dengan terpaksa menikahi mu, namun dengan berjalannya waktu, berada beramamu mas merasa bahagia. Kamu membawa keceriaan tersendiri di hati ku, Arania sayang."

Mereka kembali berpelukan dengan hangat. Ada rasa baru yang di rasakan Arania saat ini. Dirinya merasa aman dan nyaman bersama laki-laki dewasa itu.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan selama nyonya Gladys di rumah?" Tanya Arania.

"Kita harus berhati-hati. Jangan sampai Gladys curiga."

"Aku mengerti, mas. Aku akan berusaha sebisa mungkin."

"Terima kasih, Arania. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu nantinya. Tapi bisa dipastikan kebersamaan kita akan berkurang, tidak seperti biasanya." Ucap Rendra dengan kekecewaan.

Tak lama, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan bunyi berderit. Seorang wanita cantik dengan senyum cerah melangkah masuk. Itu Gladys, sang istri sah. Ia telah kembali.

Keringat dingin membasahi tubuh Rendra dan Arania. Untungnya, mereka sempat menghentikan segala aktivitas yang dapat mengundang kecurigaan sebelum pintu itu terbuka.

Gladys berjalan menghampiri Rendra dengan langkah ringan. Senyumnya merekah begitu melihat suaminya. Tanpa ragu, ia memeluk Rendra erat, mengecup pipinya berkali-kali dan akhirnya mereka berciuman bibir. "Aku sangat merindukanmu, Sayang," ucap Gladys dengan suara manja. Namun itu sangat bertolak belakang dengan hatinya.

Rendra membalas pelukan Gladys dengan canggung. Ia berusaha menyembunyikan kegugupannya. "Aku juga merindukanmu, Sayang."

Selama adegan mesra itu berlangsung, Arania hanya bisa berdiri mematung di sudut kamar. Hatinya terasa seperti diremas-remas. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana suaminya bermesraan dengan istri sahnya.

"Bagaimana kabarmu, Sayang? Lelah sekali ya setelah bekerja seharian?" Ujar Gladys.

"Lumayan, Sayang. Tapi begitu melihatmu, semua rasa lelahku langsung hilang." Jawab Rendra

"Tadi di bawah ku lihat bik Erna sudah menyiapkan makan malam kesukaanmu. Ayo sebaiknya kita turun dan makan bersama." Gladys menoleh ke arah Arania yang masih berada di tempat itu.

"Hai, pelayan! Untuk apa kamu di sini terus? Bukankah tugasmu sudah selesai. Sana cepat tinggalkan kamar kami! Mengganggu saja!" Ucap Gladys dengan ketus.

Rendra yang melihat sikap Gladys seperti itu pada Arania seketika menahan rasa geram. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga kuku-kukunya memutih.

"Ba-baik, Nyonya." Arania kemudian langsung pergi meninggalkan kamar Rendra dengan membawa rasa sesak di dadanya. Ia merasa begitu kecil dan tidak berarti bila dibandingkan dengan Gladys.

"Sayang, jangan seperti itu padanya. Kasihan dia masih baru bekerja di rumah ini. Nanti kalau dia tidak betah kita akan kesulitan mencari pelayan yang jujur dan gesit seperti dia." Ujar Rendra menahan intonasi suara supaya tak meledak.

"Iya-iya, mas. Sudahlah lupakan saja. Mendingan sekarang kita makan. Aku udah laper banget.

Saat berada di meja makan Arania kembali menjadi seorang pelayan yang melayani tuannya. Walaupun sebenarnya Rendra merasa tak tega pada Arania, tapi tak ada pilihan lain selain mengikuti alur permainan yang dibuatnya sendiri.

***

1
JessicaArt
😍😍😍
JessicaArt
lanjut Thor...
JessicaArt
lanjut lagi Thor, penasaran.. 🔥✍️
Rose Mia: Bab selanjutnya telah diperbaharui. Silakan lanjutkan membaca ke bab berikutnya,,, terimakasih ☺️🫰
total 1 replies
JessicaArt
Lanjut...
Max >w<
Thor, kapan update selanjutnya?
Rose Mia: Insyaallah nanti siang ya kak,,, ☺️🫰
total 1 replies
JessicaArt
Saya suka cerita ini
JessicaArt
ceritanya seru Thor, lanjut... Semangat ✍️✍️✍️🔥
Rose Mia: silahkan membaca ke bab berikutnya, ,☺️🫰
total 1 replies
Rose Mia
Semangat nulisnya ❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!