NovelToon NovelToon
Red-Eye Detective Agency

Red-Eye Detective Agency

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Malam telah larut ketika Bagas dan Siti kembali ke kantor. Kantor Red-Eye Detective Agency yang kecil namun padat dengan tumpukan arsip dan papan-papan penuh catatan itu terasa seperti markas kecil di tengah kota yang penuh intrik. Siti segera membuka map dokumen yang mereka kumpulkan dari hasil penyelidikan sepanjang hari, sementara Bagas menyalakan lampu meja dan duduk dalam diam.

“Jadi, kita sekarang tahu kalau Kusuma dan Pak Ramelan dulunya bekerja sama dengan kelompok itu,” ucap Siti sambil menata dokumen-dokumen. “Tapi sepertinya Kusuma masih menyembunyikan sesuatu. Dia tampak sangat takut.”

Bagas mengangguk perlahan. “Orang yang ketakutan biasanya tidak berkata jujur sepenuhnya, Siti. Kusuma mungkin hanya memberi kita sebagian cerita, cukup untuk mengusir rasa bersalahnya, tapi tidak cukup untuk membuatnya benar-benar aman.”

Siti menghela napas panjang. “Kalau begitu, apa langkah kita selanjutnya, Pak?”

Bagas berpikir sejenak. “Kelompok ini takkan hanya menargetkan Pak Ramelan atau Kusuma. Siapapun yang punya keterkaitan dengan masa lalu itu bisa saja dalam bahaya. Kita harus tahu siapa saja yang masih terkait, sebelum mereka juga menerima amplop merah.”

Siti mengangguk paham, lalu membuka dokumen yang menunjukkan catatan bisnis Pak Ramelan dari sepuluh tahun lalu. Dari sana, ada beberapa nama yang menarik perhatian mereka, yaitu para pengusaha dan pejabat yang pernah terlibat dalam proyek besar yang disebut “Proyek Lautan Biru,” sebuah proyek investasi besar yang melibatkan banyak dana dan koneksi.

“Lihat ini, Pak Bagas. Selain Kusuma, ada tiga nama lain yang tercatat sebagai investor awal di Proyek Lautan Biru: Bapak Irawan, Bapak Toni, dan Bu Maya. Mereka semua masih aktif di bisnisnya masing-masing,” jelas Siti sambil menunjukkan nama-nama itu.

Bagas menatap dokumen itu dalam-dalam. “Kita harus bicara dengan mereka secepatnya. Mulai dari Irawan. Dari sini, dia yang tampaknya paling berpengaruh.”

---

Pertemuan dengan Irawan

Keesokan harinya, Bagas dan Siti mendatangi rumah Bapak Irawan, seorang pengusaha properti kaya yang memiliki rumah besar di kawasan elit kota. Rumah itu dikelilingi oleh pagar tinggi dan penjaga yang ketat. Namun, dengan menunjukkan identitas dan alasan mereka, Bagas dan Siti akhirnya berhasil masuk.

Irawan adalah pria dengan usia sekitar enam puluh, rambutnya sudah memutih namun matanya masih tajam dan penuh perhitungan. Ia menerima mereka di ruang tamu yang besar dan mewah, dengan hiasan lukisan dan patung-patung antik di sekitarnya.

“Bagaimana saya bisa membantu Anda, Tuan Bagas?” tanyanya dengan nada tenang, meski ada sedikit ketegangan di balik ekspresinya.

Bagas tidak membuang waktu. “Kami sedang menyelidiki kematian Pak Ramelan. Sebelum kematiannya, ia menerima sebuah amplop merah tua dengan kata ‘Utang’ tertulis di dalamnya. Dan saya rasa Anda tahu apa artinya.”

Irawan tampak terkejut, meski ia mencoba menyembunyikannya. Namun, Bagas bisa melihat perubahan halus di wajah pria itu. “Jadi… mereka sudah mulai bergerak,” gumamnya sambil menghela napas berat.

Siti yang duduk di sebelah Bagas menatap Irawan penuh rasa ingin tahu. “Pak Irawan, kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada proyek besar yang Anda dan Pak Ramelan kerjakan. Kami mendengar proyek itu ditinggalkan begitu saja.”

Irawan terdiam sejenak, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Proyek Lautan Biru… awalnya adalah investasi besar yang menjanjikan. Kami berpikir bahwa proyek itu akan membuat kami kaya raya, tetapi tidak pernah kami sangka bahwa ada pihak-pihak yang ingin mengambil kendali lebih dari sekadar uang.”

Bagas mengangguk, mengerti ke mana arah cerita ini. “Dan pihak-pihak itu adalah kelompok rahasia yang kini mengincar Anda semua?”

Irawan mengangguk, tampak terjebak di antara ketakutan dan penyesalan. “Mereka datang membawa janji. Mereka memberikan modal dan perlindungan dari masalah hukum, tapi dengan satu syarat: kami harus loyal kepada mereka. Ramelan adalah orang pertama yang menolak ketika mereka mencoba memaksa kami ikut dalam operasi ilegal.”

Siti menatap Irawan dengan pandangan takjub. “Operasi ilegal? Jadi, proyek itu sebenarnya digunakan untuk menutupi bisnis gelap?”

Irawan mengangguk pelan. “Ya. Ramelan, Kusuma, dan saya sudah terlibat terlalu dalam ketika kami menyadari apa yang terjadi. Tapi saat kami mencoba menarik diri, Ramelan menghilang tanpa kabar, Kusuma bersembunyi, dan saya mencoba menutupi semua ini agar tidak menghancurkan hidup saya.”

Bagas menatap Irawan dengan serius. “Jika Anda tetap menyembunyikan rahasia ini, orang-orang itu tidak akan berhenti. Mereka akan terus mengejar, satu per satu.”

Irawan tampak semakin pucat. “Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Saya tahu saya sudah terjebak terlalu dalam…”

Bagas berpikir sejenak, lalu menatap Irawan tajam. “Anda tahu siapa saja yang terlibat, Pak Irawan. Berikan kami nama-nama orang yang membantu mereka, dan mungkin kita bisa menghentikan mereka sebelum semuanya terlambat.”

Irawan mengangguk pelan, lalu mencatat beberapa nama di selembar kertas dan menyerahkannya kepada Bagas. “Ini orang-orang yang dulu sering berhubungan dengan kelompok itu. Saya tidak tahu apakah mereka masih bekerja sama, tetapi mereka semua pernah terlibat.”

Bagas menerima kertas itu, lalu berdiri dari kursinya. “Terima kasih, Pak Irawan. Mulai sekarang, berhati-hatilah. Kami akan melakukan apa yang bisa kami lakukan, tapi jangan berharap mereka akan mundur dengan mudah.”

---

Kembali ke Kantor

Saat mereka kembali ke kantor, Siti menatap kertas berisi daftar nama itu dengan serius. “Jadi, siapa yang akan kita temui selanjutnya, Pak?”

Bagas mengamati daftar itu, matanya menyipit sambil menelusuri setiap nama yang tertulis. “Kita akan mulai dengan orang-orang yang kemungkinan besar masih aktif bekerja sama dengan kelompok itu. Semakin cepat kita temukan mereka, semakin besar peluang kita untuk menghentikan mereka.”

Siti mengangguk, lalu bersiap untuk mulai menyusun daftar rencana mereka. Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kantor mereka. Bagas dan Siti saling berpandangan, karena kedatangan tamu di malam hari bukanlah hal biasa di tempat ini.

Bagas berdiri dan membuka pintu dengan hati-hati. Di balik pintu, berdiri seorang kurir dengan wajah cemas, memegang sebuah amplop merah tua yang sama persis dengan yang mereka temukan di rumah Pak Ramelan.

“Permisi, Pak. Ini kiriman untuk Anda,” ucap kurir itu dengan suara gemetar.

Bagas menerima amplop itu, menatapnya dengan ekspresi tegang. Setelah kurir pergi, ia kembali menutup pintu dan menatap Siti.

“Amplop merah lagi…” gumam Siti dengan nada khawatir.

Bagas membuka amplop itu perlahan. Di dalamnya, hanya ada selembar kertas yang tertulis satu kalimat pendek: “Anda semakin dekat. Berhati-hatilah.”

Bagas menatap tulisan itu dengan penuh arti. Kini, ia tahu bahwa langkah-langkahnya sedang diawasi. Tapi siapa pun yang mencoba menakut-nakutinya, Bagas tahu bahwa ia takkan mundur begitu saja.

“Sepertinya mereka tahu kita sedang memburu mereka, Pak,” kata Siti, mencoba untuk tetap tenang meski wajahnya tampak ketakutan.

Bagas mengangguk perlahan, menyimpan amplop itu di meja. “Kalau begitu, kita harus lebih cepat dari mereka, Siti. Mereka mungkin sudah tahu siapa kita, tapi mereka takkan tahu apa yang akan kita lakukan.”

Siti mengangguk, kali ini dengan tekad yang kuat. Ia tahu, bahwa apa yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan, dan bahaya kini mengintai mereka di setiap langkah.

---

1
Delita bae
hadir😇👍🙏
Delita bae
hadir . mangat ya😇
Delita bae
saya mampir 👋jika berkenan mampir juga🙏
Luzor
Keren sekali thor, jarang sekali ada cerita tentang detektif, ditengah gempuran fantasy Timur dan System-system.

Semangat.
خيراة.: terima kasihh banyakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!