“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25.
8 tahun yang lalu, beberapa hari sebelum keberangkatan Kevin ke London.
"Tapi kenapa Kev, aku mencintaimu." Erin mencoba menolak keputusan Kevin untuk mengakhiri hubungan mereka. "Aku akan berusaha sekuat tenaga, sepenuh hatiku agar kamu bisa mencintai ku." Erin terus memohon.
Namun Kevin Tetap diam tak bergeming, sudah berkali kali ia mengatakan bahwa ia tak pernah mencintai Erina, namun gadis itu bersikeras akan bertahan di sisi nya apapun yang terjadi, bahkan tanpa balasan cinta dari Kevin pun ia rela.
"Kali ini aku tidak bisa, maaf, karena jika dilanjutkan, kamu akan semakin tersakiti, mari kita akhiri sampai disini, aku ingin fokus pada pendidikanku." Jawab Kevin tegas.
Kemudian pemuda itu pun berlalu pergi, secepat kilat ia melajukan motor sport nya.
Tinggallah Erina, terpuruk dalam kesedihan, patah hati hebat, membuat ia depresi, kehilangan kepercayaan diri, padahal ia adalah putri tunggal di keluarganya, sang ibu bahkan mendatangi kediaman Geraldy, memohon agar Kevin bersedia kembali menjalin kasih dengan Erina, namun Stella dan Alex tak mampu berbuat apa apa, bagaimanapun ini adalah urusan hati, Alex dan Stella sudah pernah mengalami, bagaimana pahitnya perpisahan karena cinta tak berbalas.
Dan akhirnya, selama setahun penuh Erina depresi, dan setahun berikutnya mulai dapat diajak konsultasi oleh psikolog, hingga di tahun kedua ia bisa melanjutkan kuliah, di sanalah, Gadisya berperan penting, menjadi teman, sahabat, saudara yang mendengar semua keluh kesahnya.
Kesabaran dan ketulusan Gadisya membantu mempercepat kesembuhannya, hingga Erina mampu kembali hidup normal tanpa rasa sedih dan terpuruk.
🌻🌻🌻
Pasangan pengantin muda itu, sampai di apartemen kecil mereka, setelah sebelumnya mengantar mommy Stella ke kediaman Geraldy.
Seolah di komando, ketiganya terdiam sepanjang jalan, tak ada obrolan maupun canda tawa seperti ketika mereka berangkat beberapa jam yang lalu.
Bahkan setibanya di apartemen, gadisya segera menuju kamar mandi dan melepas semua atribut yang menempel di tubuhnya, entah bagaimana ia menggambarkan perasaannya kini, ternyata pria yang sering disebut dan di ceritakan Erina adalah suaminya sendiri, sungguh ironi yang sedih.
Sementara hubungannya dengan Kevin belum menunjukkan tanda tanda kepastian, kini sudah muncul bibit bibit yang mungkin mengancam kebersamaannya bersama Kevin, "tenang Gadisya, hanya 3 bulan saja, jangan resah apalagi gelisah, jika memang kamu ditakdirkan berjodoh dengan suamimu, maka kalian pasti bersama, tak peduli apapun rintangannya, tapi jika memang kamu tak ditakdirkan bersamanya, sekuat apapun genggamanmu, pelan tapi pasti akan lepas dengan sendirinya."
Dengan penuh keyakinan, akan masa depan yang tak bisa ditebak apalagi di genggam erat, Gadisya pun keluar dari kamar mandi, masih mengenakan bathroillbe mandinya, ia berjalan santai menuju lemari dan mengambil lingerie yang akan ia kenakan, bukan lingerie sexy, apalagi transparan, hanya lingerie biasa berbahan satin, Gadisya kembali ke kamar mandi dan segera mengganti bathrobe nya dengan lingerie, usai berganti gaun tidur, ia kembali ke meja rias merapikan rambut, sedikit mengoleskan krim wajah dan body lotion, kini ia siap untuk tidur.
Namun Gadisya sungguh tak menyadari jika sejak tadi, Kevin mengawasi setiap gerak geriknya, dari balik ponsel yang sengaja ia genggam, pandangan pria itu sungguh tak dapat diartikan, entah apa yang kini ia rasakan.
"Katanya besok ada operasi pagi? Kenapa belum tidur?" Tanya Gadisya datar tanpa ada emosi sedikit pun.
"Sudah selesai?" Tanya Kevin, kemudian ia bangkit , sejak tadi aku menunggumu." Ia pun berjalan menuju kamar mandi.
Setibanya di kamar mandi, Kevin menutup pintunya rapat rapat, ia bersandar di pintu kamar mandi, ia menahan sesuatu dalam dirinya, ia ingin melepaskannya, yah sejak sore tadi tubuhnya mulai bergejolak, Gadisya terlihat begitu cantik dengan gaunnya, karena itulah ia tak rela tubuh istrinya dinikmati oleh mata para pria yang menghadiri pesta tadi.
Dan baru saja, oh ya tuhan Gadisya bahkan terang terangan memakai lingerie di depannya, walau bukan lingerie sexy, tapi bagi Kevin yang sudah pernah merasakannya bersama Gadisya, itu sungguh pemandangan yang menyiksa.
Jika tidak ingat perjanjian bodoh yang ia buat, sudah sejak tadi ia menerkam istrinya, tapi sekarang, bahkan untuk 3 bulan kedepan, ia harus bisa menahan dirinya sebaik mungkin.
Akhirnya, dengan berat hati Kevin merelakan dirinya mandi air dingin malam itu.
(Nah kan pengen kan, wes … nangis nangis deh, othor suka mendengar tangismu bang, selamat menikmati siksaan dunia 😂😂)
🌻🌻🌻
"Sya … "
"Iya … " jawab Gadisya santai, ia memang belum bisa memejamkan mata, dan masih sibuk dengan ponsel barunya.
"Soal Erina … " kalimat Kevin menggantung, ia sendiri bingung, harus kah ia perlu menjelaskan? Atau memang tidak ada yang perlu dijelaskan? Karena baginya Erina adalah masa lalu, yang sudah lama ia lupakan, bahkan dulu pun ia bersedia menjadi kekasih Erina, karena merasa tidak tega dengan ibu Erina yang datang memohon padanya, jadilah ia berusaha dan berharap semoga bisa mencintai Erina seiring berjalannya waktu.
Tapi rupanya, hatinya tak sedikitpun tergerak, ia justru merasa terbebani dengan kehadiran Erina di sisi nya, gadis itu terlalu posesif padanya, hingga membuat ruang gerak Kevin terhambat, bahkan untuk berbicara dengan lawan jenis saja, Erina melarangnya.
"Aku tahu, soal Erina aku tahu semua," Gadisya kembali duduk, "semua itu masa lalumu, dan aku juga tidak berhak meminta penjelasan, kalau pun kamu ingin kembali padanya, tak masalah bagiku, tapi ku mohon, tunggulah sampai 3 bulan kita berakhir, dan lepaskan aku secara baik baik."
"Oke?" Gadisya menatap mata suaminya. Entah apa yang tengah dipikirkan pria itu tentangnya. 'ah masa bodo'. Ujar Gadisya dalam hati. "Besok masuk ruang operasi jam berapa? Akan ku siapkan sarapan untukmu." Tanya Gadisya yang lagi lagi dengan suaranya yang lembut mendayu.
Kevin menelan ludah nya, "jam 7" jawabnya singkat.
"Baiklah, jam 7 yah, kalau begitu aku nyalakan alarm jam 5," Gadisya pun menyalakan alarm di ponselnya, kemudian …
Cup
Secara tiba tiba ia mencium pipi Kevin.
Deg, tiba tiba irama jantung Kevin berdetak lebih kencang.
"Selamat malam,"
Senyum manisnya membuat Kevin semakin tak berkutik.
Kemudian Gadisya kembali menarik selimut dan tidur dengan posisi memunggunginya.
Kevin tak tahu, bahwa Gadisya juga tengah berdebar tak menentu, ia sendiri bingung, kenapa tiba tiba mencium pipi suaminya, 'ah … Gadisya, tingkahmu benar benar memalukan' jeritnya dalam hati, bagaimana bisa seorang perempuan bersikap begitu genit, yah walaupun ia genit hanya pada suaminya.
Sementara Kevin, ia masih seperti orang ling lung, yang kemudian ikut berbaring tanpa suara, tanpa ekspresi, bingung dengan dirinya sendiri, semakin bingung dengan perasaannya, dan entah kenapa semakin tak punya semangat untuk menyakiti istrinya seperti rencananya di awal mereka pindah ke apartemen.