NovelToon NovelToon
Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Talak Di Malam Pertama (Kesucian Yang Diragukan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Naik Kelas
Popularitas:8.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rositi

“Meski kita sudah menikah, aku tidak akan pernah menyentuhmu, Mbi. Haram bagiku menyentuh wanita yang tidak mampu menjaga kesuciannya seperti kamu!” Kalimat itu Ilham ucapkan dengan tampang yang begitu keji, di malam pertama mereka.

Selain Ilham yang meragukan kesucian Arimbi walau pria itu belum pernah menyentuhnya, Ilham juga berdalih, sebelum pulang dan menikahi Arimbi, pria itu baru saja menikahi Aisyah selaku putri dari pimpinan tertinggi sekaligus pemilik pondok pesantren, Ilham bernaung. Wanita yang Ilham anggap suci dan sudah selayaknya dijadikan istri.

Arimbi tak mau terluka makin dalam. Bertahun-tahun menjadi TKW di Singapura demi membiayai kuliah sekaligus mondok Ilham agar masa depan mereka setelah menikah menjadi lebih baik, nyatanya pria itu dengan begitu mudah membuangnya. Talak dan perpisahan menjadi satu-satunya cara agar Arimbi terbebas dari Ilham, walau akibat talak itu juga, Arimbi mengalami masa-masa sulit akibat fitnah yang telanjur menyebar.

(Merupakan kisah Mas Aidan, anak Arum di novel : Pembalasan Seorang Istri yang Dianggap Sebagai Parasit Rumah Tangga)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 : Mirip Belatung Cabai

“Hah ...? Sebanyak ini, semuanya dikasih?” ucap mas Aidan syok.

Ruang makan yang awalnya dihiasi kehangatan dari kebersamaan keluarga besar yang tengah menikmati pecel sebagai menu sarapan, langsung terusik oleh ucapan mas Aidan barusan. Semua mata langsung menjadikan mas Aidan yang baru duduk bergabung dengan mereka, sebagai fokus perhatian.

“Loh, kok Mas terkejut gitu?” Azzam yang sampai nambah dan tengah melepas giting atau itu lidi yang tersemat rapi di pembungkus pecel dan itu berupa daun pisang, menatap bingung sang kakak. Tak biasanya, kali ini mas Aidan terlihat linglung. “Dari tadi, Mas enggak fokus apa gimana? Pecel, lontong, dan juga gorengan sebanyak ini kan memang dikasih gratis gara-gara penjualnya sudah ditolongin Mas! Tadi aku sampai balik ke penjualnya, buat bayar walau hanya setengah kan. Selain Mas yang tetap diam, penjualnya juga mohon-mohon agar aku enggak menolak rezeki. Ya sudah aku enggak jadi bayar, kasihan juga penjualnya takut gimana-mana.”

Mas Aidan yang baru saja duduk, berangsur menghela napas dalam. Ia bahkan tak tahu, siapa yang menjual pecel dan sampai memberinya cuma-cuma.

“Aku pikir tadi Mas tahu,” ucap Azzam yang juga menjadi merasa tidak enak.

“Tadi Mas enggak fokus, soalnya Didi minta putus. Kami beneran putus,” ucap Mas Aidan yang menjadi mengembuskan napas melalui mulut dan benar-benar loyo.

Kabar putusnya hubungan mas Aidan dengan Didi, membuat semuanya tercengang, tanpa terkecuali Azzam yang sempat mengobrol empat mata dengan mas Aidan. Walau tahu keduanya kerap debat akibat perbedaan prinsip, kenyataan mas Aidan yang langsung linglung dan tampak jelas kehilangan layaknya sekarang, juga membuat mereka merasa sangat tidak tega.

“Bentar, deh. Mas balik ke pasar dulu buat cek siapa penjualnya,” pamit mas Aidan tetap mengutamakan pemberi pecelnya, tanpa mau egois dengan tidak peduli hanya karena kini, ia tengah patah hati.

Keluarga Mas Aidan termasuk itu Azzura sang adik yang tengah hamil muda, berangsur mengangguk-angguk. Mereka melepas kepergian mas Aidan sambil mlongo, prihatin kepada salah satu panutan mereka itu. Pecel yang awalnya sangat lezat lengkap dengan lontong dan juga gorengannya, tak lagi membuat mereka bersemangat. Kesedihan Mas Aidan terlalu menyakitkan untuk mereka.

***

Matahari sudah makin terik, menciptakan rasa hangat yang lama-lama menghasilkan keringat, ketika akhirnya motor yang mas Aidan kendarai sampai di lapak Arimbi. Di sana, Arimbi tak hanya sendiri. Masih ada beberapa pembeli dan sebagiannya sampai mengambil gorengan dan juga lontongnya sendiri.

Mas Aidan yang sampai memakai helm, langsung mengenali Arimbi walau wanita itu masih memakai masker. Malahan, Mas Aidan yang sudah langsung melepas helmnya, sengaja duduk di bangku kayu yang disediakan di sana.

Tak beda dengan Mas Aidan, Arimbi yang walau tengah sibuk, juga menyadari kedatangan mas Aidan. Lebih kebetulan lagi, Ilham lewat bersama sang wanita suci.

“S-sayang, itu si Arimbi, kan? Wah, ternyata dia jualan pecel, lontong, gorengan gitu?” Aisyah yang masih memakai pakaian syari serba hitam lengkap dengan cadarnya, langsung menatap Arimbi dengan tatapan mengintimidasi.

Arimbi yang awalnya tengah mengobrol ringan dengan pembelinya, langsung menatap heran Aisyah yang baginya tidak jauh beda dengan Ilham.

“Jodoh memang ibarat cerminan diri, sih. Mau bagaimanapun penampilannya, kalau sudah watak ya memang enggak bisa disembunyiin. Ibarat bangkai yang akan tetap tercium bagaimanapun metode yang kita pakai untuk menutupinya,” ucap mas Aidan yang walau tengah sibuk dengan ponsel, tetap mengomentari cara Aisyah menilai Arimbi hanya dari kesibukan Arimbi.

Setelah mas Aidan diam, Arimbi langsung fokus ke Aisyah dan Ilham yang memang baru memarkir motor di parkiran sebelah Arimbi dagang. “Malahan andai saya enggak jadi TKW, Mbaknya enggak akan pernah bertemu suami Mbak!”

“Ih, kalian ini kenapa, sih? Masya Alloh, kok malah jadi sensi gitu. Maksud saya bilang seperti tadi kan karena saya sedang ingin banget makan pecel, lontong, sama gorengan,” ucap Aisyah.

“Taiiii!” batin Arimbi telanjur muak kepada semua yang berurusan dengan Ilham.

“Sayang, ayo kita beli pecel buat sarapan. Apa beli banyak saja sekalian buat bekal jalan-jalan biar nanti enggak perlu repot cari makan?” sergah Aisyah benar-benar manja. Ia meraih sebelah tangan Ilham yang enggan ia gandeng hingga ia terpaksa menggandengnya sangat erat.

Yang mengganggu fokus Ilham, tentu kenyataan mas Aidan yang sampai ada di sana. “Apakah hubungan mereka sedekat itu?” pikirnya.

“Ya Alloh, ini pasangan sengaja banget ke sini. Ya sudahlah, aku juga akan biasa saja. Toh tanpa mas Ilham pun, aku bisa bahagia,” batin Arimbi yang memutuskan untuk duduk dulu lantaran Aisyah berdalih akan memilih-milih dulu. Sungguh kenyataan yang membuat Arimbi makin yakin, Aisyah sengaja mengulur-ngulur waktu untuk pamer kemesraan kepadanya.

“Katanya wanita suci, kok ya pecicilan juga, genit pamer kemesraan gitu. Asli sih, ini aku beneran enggak sedang cemburu, cuman si wanita suci ini beneran mirip belatung cabai enggak bisa diam dan terlihat jelas pamer. Lihat tuh, pilih gorengan saja, ngerengek-ngerengek sampai peluk Ilham gitu,” batin Arimbi yang kemudian menoleh, membuatnya menatap Aidan. “Tapi bentar, deh. Kok si wanita suci lincah-lincah saja, kayak enggak nahan rasa sakit? Memangnya kemarin malam termasuk subuh tadi, mereka enggak malam pertamaan? Kabarnya kalau malam pertama, sakitnya sampai bikin jalan saja susah? Lah, ini ... dia sampai loncat-loncat kegirangan gitu. Atau karena dia wanita suci, jadinya dia juga sampai perkasa!” pikir Arimbi lagi yang sampai menahan tawa.

“Mbak Arimbi, kok tadi kasih sebanyak itu?” tanya Mas Aidan.

Arimbi langsung fokus ke pria yang duduk di bangku sebelahnya. “Gimana, Mas?”

“Mbak Arimbi, kami boleh makan di sini?” sergah Aisyah manja dan sukses mengusik kebersamaan Arimbi dan Mas Aidan.

“Apaan, sih. Sudahlah, enggak usah rempong!” semprot Ilham.

Meski Ilham berucap dengan nada lirih, suaranya tetap terdengar oleh Arimbi dan mas Aidan yang detik itu juga refleks saling lirik. Lebih lucunya lagi, Ilham membawa paksa Aisyah dari sana. Pria itu menggandengnya erat dan membawanya masuk ke dalam pasar.

“Mereka kelihatan banget enggak bahagia,” ucap mas Aidan sambil fokus menatap Arimbi.

Arimbi mengangkat kedua pundaknya sambil menggeleng.

“Terus yang tadi, Mbak. Kok banyak banget sampai bisa buat makan orang satu RT?” lanjut mas Aidan.

“Ya enggak apa-apa, Mas. Saya ikhlas. Tolong jangan tolak niat baik saya karena saya beneran ikhlas. Saya niat kasih, jangan lihat dari barang dan jumlahnya, yah.” Seperti kepada Azzam, kepada Mas Aidan pun, Arimbi sampai memohon.

Mas Aidan menghela napas dalam dan menatap tak habis pikir Arimbi. “Mbak ini, nanti Mbak rugi loh.”

“Kalau berbuat baik rugi, Mas enggak mungkin nolongin saya maupun yang lainnya, kan, Mas?” Arimbi tersenyum yakin dan kabar tersebut mas Aidan sampaikan ke keluarganya.

“Itu yang Mas bantu kemarin?” tanya ibu Arum masih duduk di sebelah Azzura dan sesekali mengelus perut anak perempuannya itu.

Mereka masih ada di ruang makan dan baru berea sarapan menggunakan pecel Arimbi.

“Cantik loh orangnya. Sudahlah, jodohin sama aku saja!” ucap Azzam langsung ceria, tapi mas Aidan langsung melirik adiknya itu kemudian menggeleng tak habis pikir.

Lain dengan nenek Kalsum yang langsung mengadu pada Kalandra. “Si Azzam dari awal mbak tukang pecelnya buka masker, langsung heboh. Mbah, Mbah, mbak penjual pecelnya cantik! Bilang gitu tadi dia!”

Bukan hanya pak Kalandra yang langsung terbahak, tapi juga semuanya termasuk Azzam. Hanya Aidan saja yang tetap serius.

“Sudah, Mas Azzam nikah sama dia, nanti kalian jadi pengusaha pecel, biar aku juga bisa makan pecel tiap hari, enggak perlu antre!” ucap Azzura.

Dengan jailnya, Azzam yang duduk di sebelah pak Kalandra, berhadapan dengan Azzura, berkata, “Memangnya Mbak mau ngidam pecel tiap hari?” Karena walau Aidan menjadi anak tertua di keluarga mereka, Azzura memang sudah lebih dulu menikah.

1
Dewi wuling madiun
𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰 𝐬𝐮𝐤𝐮𝐫𝐢𝐧😅😅😅
Dewi wuling madiun
𝐚𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐲𝐚 𝐡𝐚𝐦....

𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐲𝐫 𝐭𝐮𝐧𝐚𝐢....😁😁😅😅😅
Dewi wuling madiun
𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐲𝐚𝐫 𝐭𝐮𝐧𝐚𝐢.... 𝐬𝐚𝐡? 𝐒𝐒𝐒𝐒𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀𝐇𝐇𝐇𝐇𝐇

😅😅😅😅😅
Dewi wuling madiun
𝐚𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚 𝐑𝐢𝐦𝐛𝐢


𝐮𝐚𝐧𝐠𝐦𝐮 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢
Dewi wuling madiun
𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 𝐚𝐤𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐲𝐚𝐫 𝐭𝐮𝐧𝐚𝐢, 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐫𝐢𝐦𝐛𝐢
SAL💞🇲🇾
luar biasa
Nartadi Yana
untung nggak jadi ya sama Didi ternyata hasil.merebut punya chole
Nartadi Yana
spes terus keluarga Bu Siti kalau tidak mau merubah diri tetap egois lama lama tidak punya tetangga
Maher
wkwkwkw.... zonk. mampus elo
Mifta Özil
mas aidaannnnnnn 😘😘😘🫰🏻
Nartadi Yana
hsti hsti sama excel.lho ais mantan mafia
Mifta Özil
mas aidan manis bgt siiii
Sripeni Verayanti
mas Azzam niat banget jail ke bu Siti 🤣
Farel Podungge
suci apax...
anikbunda lala
ojo mati sik si gege...kandangin dulu biar disiksa temen dijeruji
Nartadi Yana
hahahaha
Nartadi Yana
sabar dg kekurangan diri jadikan cambuk untuk lebih baik mas azam
Chen Aya
mampir thor
anikbunda lala
kok aku yang deg deg an ya
Nartadi Yana
kok bisa keluar tu si ojan kan sudah dikurung ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!