Menikah dengan pria yang tidak di cintainya, dan sering di sakiti oleh suaminya sendiri, membuat hati Farhana mati rasa. Namun semua berubah saat kedatangan Ayah mertuanya yang berstatus Duda dan sangat Hot. Lalu apakah Farhana akan beralih ke lain hati ataukah akan tetap mempertahankan pernikahannya?
Ikuti terus kisahnya, ya!
follow IG @thalindalena
Add Fb Thalinda Lena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Madu manis
Pagi hari telah menyapa. Hana tidur di pelukan Dante dengan lelapnya. Tidak berselang lama dirinya terbangun saat mendengar suara berisik dari luar kamar.
Hana menurunkan tangan Dante yang memeluk dirinya dengan erat. Dan beranjak dari tempat tidur dengan perlahan, keluar dari kamar tersebut, terkejut saat melihat ada wanita paruh baya sedang menyapu lantai.
Hana merapikan penampilanya yang terlihat berantakan sebelum wanita tersebut menyadari keberadaannya.
"Selamat pagi, Ibu," sapa Hana.
Wanita paruh baya tersebut menoleh dan menatap gadis cantik yang berdiri di depan pintu majikannya.
"Selamat pagi, Nona. Anda sudah bangun ternyata," ucap Wanita tersebut dengan sopan dan ramah.
Hana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kenapa Ibu tersebut tidak terkejut melihat dirinya? pikir Hana.
"Tidak perlu bingung. Tadi malam Mr. Dante sudah menghubungiku tentang keberadaan Anda di sini," ucap Wanita tersebut seolah bisa membaca pikiran Hana.
"Oh, iya," jawab Hana tersenyum rikuh.
"Anda ingin sarapan? Atau ingin teh?" tawar wanita tersebut.
"Tidak perlu repot-repot, Bu nanti saya akan membuatnya sendiri," jawab Hana.
"Jangan sungkan. Mr. Dante membayarku untuk melayani Anda," ucapnya, lalu berjalan menuju dapur dan di ikuti Hana.
"Panggil saya Hana, Bu," ucap Hana.
"Saya Rumi, panggil saja Bi Rumi." Kini giliran wanita paruh baya itu yang memperkenalkan diri.
"Iya, Bi Rumi. Jangan berbicara formal denganku. Seperti biasa saja," ucap Hana sambil tersenyum simpul.
"Baiklah," jawab Bi Rumi, lalu membuatkan teh hangat untuk Hana.
"Mr. Dante biasanya akan sarapan dengan oatmeal dan juga segelas susu, dan sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu," ucap Bi Rumi kepada Hana, sembari menyerahkan secangkir teh hangat kepada Hana.
Hana menerimanya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
"Oh ya?" Hana baru tahu tentang kebiasaan Dante. Karena di rumah utama, pria tersebut memakan apa saja yang di sajikan di meja makan dengan lahap.
"Iya, beliau sangat pemilih dalam hal makanan," jawab Bi Rumi.
"Kalau boleh tahu, Bibi sudah berapa lama bekerja dengan Daddy?" tanya Hana, karena sepertinya wanita paruh baya tersebut banyak tahu tentang Dante.
"Sudah lama sekali, mungkin sekitar 15 tahunan," jawab Bi Rumi.
Hana menganggukkan kepalanya, pantas saja Bi Rumi tahu kebiasaan Dante. Namun sepertinya kebiasaan Dante sudah berubah sejak bertemu dengannya.
"Kamu mau makan apa hari ini, Hana?" tanya Bi Rumi.
"Apa saja, Bi. Aku pemakan segalanya," jawab Hana, sambil tersenyum meringis.
Bi Rumi terkekeh pelan. "Pantas saja kamu disukai oleh Mr. Dante, karena kamu anaknya lucu."
Wajah Hana merona mendengarnya. Benarkah Daddy Dante menyukainya?
"Kalau begitu, saya pamit, ingin belanja ke supermarket untuk membeli keperluan dapur," pamit Bi Rumi.
"Hati-hati di jalan, Bi," ucap Hana sembari menatap kepergian wanita paruh baya tersebut yang sudah menghilang di balik pintu.
***
Hana yang masih berada di dapur sembari menyesap teh hangatnya terkejut saat mendapatkan pelukan dari belakang.
"Kenapa kamu bangun tanpa menungguku?" suara serak Dante menggelitik gendang telinga Hana, membuat tubuhnya merinding seketika.
"Daddy, membuatku terkejut," jawab Hana, sembari meletakkan cangkir yang di pegangnya di atas meja makan.
Dante semakin mengeratkan pelukannya, dan mencium pipi Hana dari samping.
Hana membalikkan badannya, mendongak dan menatap Dante yang terlihat tampan walau bermuka bantal.
"Kepala Daddy sudah tidak sakit? Pusingnya sudah hilang?" tanya Hana.
"Sudah sembuh, berkat pijitanmu yang luar biasa," jawab Dante seraya mengulas senyum tipis, sebuah senyuman yang selalu membuat jantung Hana berdebar tidak karuan.
"Jangan terlalu memujiku," ucap Hana lalu memalingkan wajahnya yang bersemu merah.
"Aku ingin sarapan." Dante berkata, sembari menarik tengkuk Hana.
"Hei! Daddy mau apa?!" pekik Hana, memundurkan kepalanya dan mendorong dada bidang Dante saat pria tersebut menyeringai tipis.
"Aku ingin madu yang ada di bibirmu," ucap Dante.
CUP
***
Cap cip cup kembang kuncup😆
Ciee, pada kecewa karena Dante dan Hana nggak anu-anu🤣🤣🙈🙈
Jangan lupa dukungannya ya, bestie. Like, komentar, dan vote❤😍
🤣😂😅🤭✌🏻
🤣😂😅🤭✌🏻
depan belakang samping nggak....
🤣😂😅🤭✌🏻
mataku tergoda lagi....
eh salah.... ternoda....
🤣😂😅🤭✌🏻
🤣😂😅🤭✌🏻
jangan banyak²....
🤣😂😅🤭✌🏻