Love Is Crazy

Keadaan kelas semakin rame, namun juga kini berita tentang Alora dan si buruk rupa terlupakan dengan adanya siswa yang datang dengan mobil yang bisa dikatakan mewah. Mobil yang sudah pasti milik orang kaya. Dan lebih membuat gempar lagi karena si pemilik mobil merupakan anak baru. Setidaknya itu gosip yang sedang beredar pagi ini.

"Gila, cakep banget anjir."

"Dia pindahan dari mana ya?"

"Fix, ini si kak Zico ngga ada apa-apanya."

"Buruan deh taruh tas lo, kita ke sana lagi yuk."

Beberapa obrolan siswi di kelasnya sempat Alora dan ketiga temannya. Mereka saling tatap seakan bertanya.

"Ada murid baru? Kok gue kudate sih?" Haikal kesal karena tidak mendapat berita.

"Mana katanya cakep lagi, sabi lah sama gue yang udah lama jomblo," celetuk Karina mendapat desisan Haikal.

"Ingat Na, lo itu jangan macam-macam kalau nggak mau dipecat sama bos lo," peringat Haikal seketika membuat gadis itu meluruhkan bahunya.

Perlu kalian tahu, jika Karina memang bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Ia bekerja setelah pulang sekolah sampai jam 8 malam. Dan yang lebih menariknya lagi, Karina ditaksir oleh bosnya sendiri, laki-laki single yang sudah berusia 28 tahun. Bagi mereka yang masih berumur belasan sudah pasti umur diatas 25 bisa dikatakan om, bukan kak lagi. Dan yah, Karina sedikit merasa terganggu akibat ditaksir oleh bosnya sendiri. Meski begitu beliau baik, dan cukup tampan, hanya saja Karina masih belum membuka hatinya, apa lagi setiap kali bosnya itu membicarakan tentang pernikahan.

"Anjir, pake ingetin segala, gue kan jadi bad mood," balas Karina tidak suka.

"Lagian Na, lo kenapa nggak terima aja sih? Dia baik lho, lumayan lo jadi bu bos kafe," celetuk Alora seketika membuat Karina melotot.

"Nggak makasih, buat lo aja kalau mau Ra," tolak Karina seketika membuat mereka tertawa.

Alora sudah punya type sendiri untuk urusan pasangan. Selain ia yang suka dengan cowok badan kekar dan terdapat bulu halus di wajahnya seperti pemeran 'Massimo' kini tipe Alora juga yang seperti Sean, ngomong-ngomong tentang itu Alora langsung teringat dengan kakaknya.

"Kak Luna bentar lagi dateng," gumamnya.

"Lo masih khawatir Ra? Tenang sih, kak Luna tuh bisa diandelin," ujar Jesi diangguki oleh Alora.

Jesi sedang memainkan ponselnya. Ia kesal dengan Zico yang terus DM lewat instagram. Bahkan banyak foto Jesi yang sudah dikomentari oleh Zico.

"Nih anak kayaknya nggak waras deh," gumam Jesi membuat Alora menoleh.

"Siapa Jes?" tanya Alora membuat Jesi memperlihatkan benda pipih miliknya yang berwarna pink.

"OMG, jadi beneran Zico naksir lo Jes?" tanya Haikal hanya mendapat kedipan bahu dari Jesi.

"Kalau gue jadi lo, langsung gas aja nggak sih." Karina berucap yang langsung membuat mereka bergidik menatap Karina horor.

"Kenapa?" tanyanya polos.

"Selera lo nggak banget," balas Jesi.

Alora dan Jesi hampir memiliki selera yang sama tentang laki-laki. Bahkan mantan James juga mempunyai perawakan tinggi tegap dengan rahang tegas juga terdapat bulu-bulu halus di sekitar wajahnya, sayangnya hubungan mereka harus kandas karena kesalahan James yang menurut Jesi sangay fatal.

Tidak lama bel masuk berbunyi, beberapa anak mulai masuk ke kelas. Begitu juga dengan Haikal yang meninggalkan kelas mereka.

"Bye cintaa manjalita," ujarnya berlalu pergi.

Sementara di tempat lain. Sean baru akan kembali ke kelasnya. Keputusannya untuk melepas masker atau pun jaket besar yang menutupi sebagia tubuh atasnya ternyata cukup berpengaruh. Lihat saja cowok itu sedari tadi diikuti oleh beberapa siswi tidak tahu malu yang dengan terang-terangan memujanya.

Sean jelas saja risih, ini yang ia hindari. Menjadi pusat perhatian dan membuat hidupnya merasa terganggu, tetapi untuk mematahkan berita tentangnya dan Alora ia harus melakukannya. Meski ada tentangan dari orang terdekatnya.

"Permisi, boleh tanya ruangan kantor guru dimana ya?" tanya seorang wanita yang mungkin usianya di atasnya sekitar 5 tahun.

"Lurus aja, terus belok," jelas Sean berlalu pergi.

"Oke, makasih," balas wanita itu dengan gelengan di kepalanya.

Pasalnya Sean langsung pergi setelah menjawab pertanyaannya. Bahkan tas miliknya masih ia tenteng. Terlihat seperti cowok tampan yang sedikit nakal.

"Pasti si tampan bad boy ini," komentar Aluna.

Wanita yang baru bertanya itu Aluna. Ia datang ke sekolah Alora menggantikan ayahnya untuk menjadi wali.

"Ara kok nggak pernah cerita di sekolahnya ada cowok ganteng gitu?" gumam Aluna terkikik sendiri mengingat ia baru saja terpesona akan kegantengan siswa yang usianya jauh di bawahnya.

"Lo nggak akan hidup kalau makan ganteng doang Lun," lanjutnya lagi terus melangkah.

Sean tiba di depan kelasnya. Ia baru akan masuk ketika guru yang sedang mengabsen tiba-tiba terdiam menatap ke arahnya.

Begitu juga seluruh siswa di dalam kelas mengalihkan perhatian mereka kepada Sean yang masih berdiri di ambang pintu.

"Jadi dia sekelas sama kita?"

"Asik, gue bisa dong caper."

"Mimpi, seleranya pasti bukan lo lah."

"Maaf bu saya telat," ujarnya melangkah menuju ke arah kursinya. Membiarkan tatapan mata yang tertuju ke arahnya, seakan mereka tidak berati atau Sean anggap tidak ada.

"I-iya silahkan duduk di tempat kamu," balas guru dengan sedikit gugup.

Bagaimana tidak gugup jika murid yang selama ini menjadi olokan atau pun bahkan bullyan ternyata jauh di atas mereka. Bukan hanya perihal fisik saja, tetapi juga ekonomi Sean merupakan anak orang kaya.

Kebanyakan guru di sekolahnya memang sudah tahu tentang Sean. Namun mereka belum pernah melihat secara langsung bagaimana bentuk rupa siswa tersebut. Pantas jika guru cantik yang kini sedang mengajar itu cukup terkejut melihat kedatangan Sean.

Sementara teman-temannya mulai berbisik, mereka menyayangkan Sean yang duduk dibekas bangku si buruk rupa.

"Bu, disuruh kenalan dulu dong di depan, masa iya cowok ganteng langsung duduk aja tanpa kenalan," ujar salah satu siswi yang cukup berani.

Semua mengangguk setuju, kecuali teman-teman Sean yang malah terkekeh mendengar ucapan siswi tersebut. Sebenarnya mereka juga terkejut melihat perubahan Sean saat ini. Dalam artian Sean yang mengambil keputusan tanpa mereka ketahui.

"Belaga mau kenalan, kalian juda udah kenal kali." Kemal ikut menimpali.

Dengan penampilan Sean sekarang tanpa penutup sudah pasti banyak fansnya akan beralih.

"Gue nggak ngomong sama lo perkedel jagung," semprot siswi tersebut.

"Diam semua! Kita lanjutkan absennya," tegas guru yang sedang mengajar.

"Tapi bu, kita belum kenalan sama dia," protes siswi lainnya.

"Iya bener."

"Masa iya disuruh kenalan mandiri? Yang ada nanti berakhir ke semak-semak malah."

"Iuuhhh... Pikiran lo jorok."

Guru tersebut memijat pangkal hidungnya. Belum sehari saja Sean dengan penampilannya sekarang sudah membuat gaduh. Pantas saja kepala Sekolah lebih setuju Sean dengan rumornya si buruk rupa karena penyakit kulit. Rupanya ada alasannya.

"Kamu mau memperkenalkan diri kamu ke depan?" tanya guru tersebut.

Sean hanya mengedikan bahunya acuh. Ia malas untuk berurusan dengan murid-murid yang mencari perhatian dengannya, tetapi mau bagaimana lagi ia sudah menunjukan jati dirinya.

"Biar saya aja bu yang maju ke depan." Zico ikut memberi saran.

"Nggak mau, kita udah kenal lo ya buaya darat."

Terdengar sorakan dari beberapa siswa. "Wwuuuu."

"Gue mau kenalin dia ke kalian, bukan gue sendiri njir," sungut Zico kesal.

"Zico, yang sopan bicaranya!"

"Sorry bu cantik," balas Zico dengan senyum andalannya.

Guru tersebut menggeleng tidak habis pikir. Melihat sikap santai Sean sudah pasti murid itu akan cuek saja. Sementara murid yang lain terus ngotot ingin berkenalan, kalau sudah begini siapa yang paling dirugikan? Jelas saja guru tersebut yang tidak bisa mengendalikan kelas tersebut.

"Kalian tetap di kelas. Jangan ada yang keluar," ujar guru tersebut berniat menuju ke ruangan kepala sekolah.