Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Kuliah
Dila akhirnya menolong Vira. Menyadari waktu sudah beberapa menit untuk masuk telah berlalu, mereka langsung bergegas menuju ke ruang kelasnya. Dila tidak jadi membeli makanan sebab sudah lupa dengan tujuan ke kantin karena bertemu Vira dan Caca. Keduanya juga mengambil Ilmu Sejarah dan Ilmu Komunikasi juga, jadilah Dila mempunyai teman dekat secepat ini.
Ditengah perjalanan, ada seorang pria yang terus melihat ke arah Dila seperti tidak mau lepas barang sedetik saja. Tapi Dila memilih cuek dari sosok itu, gak mau ambil pusing. Sampai pria itu malah menghampiri mereka bertiga dan menyapa.
"Hai. Anak baru ya."sapanya.
Seorang laki laki yang rapi dengan jas dan juga jam tangan yang menghiasi pergelangan tangan nya. Kalau orang lain bilang keren sih tapi buat Dila biasa saja. Tidak menarik perhatiannya sama sekali kecuali tentang "DIA" yang selalu membuatnya seperti tersipu malu saat bertemu.
"Haii juga pak. Iya betul kita anak baru."ucap Caca.
"Nama kalian siapa. Saya asisten dosen jurusan Ilmu Sejarah. Perkenalkan nama saya Zainal Abidin"ucap Zainal. Matanya melihat Dila kembali dan sedikit terpaku.
"Kenapa ia terus melihatku seperti itu? Aku risih sekali."gumam kecil Dila yg sudah merasa tidak nyaman.
"Oh Pak Zainal, perkenalkan yang disana namanya Dila, yang sebelah saya Vira dan saya sendiri Caca. "ucap Caca sopan. Sedangkan Dila sudah gak nyaman ingin sekali cepat cepat masuk ke ruangannya. Ia memilih untuk sedikit bersembunyi di dekat Vira. Sampai sahabatnya itu mengerutkan keningnya.
"Vira aku risih"bisik Dila. Vira mengangguk dan menutupi tubuh sahabatnya.
"Jangan panggil Pak, Panggil Kak Zain aja" Ucap Zainal.
"diih kok gitu"pikir Caca yang terdiam begitu saja.
"Kalo gitu kami pamit ya kak, Assalamualaikum."ucap Dila menarik tangan 2 temannya.
Zainal melihat ketiga mahasiswa baru itu menghilang dari pandangannya. Ia merasakan debaran tidak biasa di hatinya akibat tidak sengaja sebelum berpapasan melihat senyuman indah punya salah satu gadis tadi.
"Kenapa ia tidak tertarik melihatku hmm... menarik"pikir Zainal berjalan menuju ruangan dosen.
Sedikit tentang Zainal, ia sebenarnya sudah wisuda 2 tahun lalu tetapi disini dirinya membantu dosen dan menjadi asisten dosen. Mungkin semuanya bertanya tanya kenapa bisa seperti ini, Zainal termasuk mahasiswa yang membanggakan dengan nilai ipk tertinggi 2 tahun lalu. Jadi, dirinya bisa menggantikan dosen yang berhalangan hadir di program studinya.
Kembali lagi dengan Dila dan kawan kawan. Setelah menghindari Zainal tadi, mereka bertiga telah sampai di ruangan tempat mereka menuntut ilmu. Sudah banyak mahasiswa yang duduk di tempatnya masing masing. Ada yang bercanda, berbicara sampai membaca buku menunggu hadirnya dosen hari ini.
Vira, Caca dan Dila memilih tempat duduk yang strategis yaitu nomor dua dari depan. Tak butuh waktu lama ternyata dosen pun masuk ke ruangan tersebut. Beliau memiliki ciri seperti berperawakan sudah berkepala 4, tinggi, dan berkumis kayak pak Raden yang bernama Pak Kuswadi.
"Assalamualaikum semua"sapa Pak Kuswadi ramah.
"Waalaikumsalam pak"balas semuanya yang berada di dalam kelas.
"Apa kabar semuanya? perkenalkan saya Kuswadi dosen sejarah kalian selama 7 semester kedepan. Dan yah, bocah bagus itu namanya Zainal yang menjadi Asdos (asisten dosen) saya"ucap Pak Kuswadi yang berjalan kearah kursi dekat Caca.
"Alhamdulillah baik pak"Jawab semuanya.
"Baik. Hari ini kita akan berbincang santai sebelum masuk ke program perkuliahan. Ada pertanyaan langsung saja disampaikan saat ini. Bagaimana?"tawar Pak Kuswadi.
"Pak, Asisten Dosen bapak masih single?"tanya salah satu mahasiswi di belakang Dila yang tersenyum malu menatap Zainal.
"Huuuuu"serempak semuanya selain Dila yang hanya tersenyum tipis.
"Saya masih single, tapi sudah ada yang saya sukai"jujur Zainal dengan tatapan mendamba kearah Dila.
Sontak Dila menundukkan pandangannya dan beralih menatap buku catatannya. Ia menulis abstrak dengan pikiran overthinkingnya. Dirinya sungguh merasa risih ditatap dengan sedemikian rupa. Hingga tanpa sadar pembicaraan mereka sudah panjang kali lebar sampai berakhirnya jam mata kuliah hari ini.
"Dila, kita boleh main ke rumahmu tidak? Sebentar saja, penasaran sama rumahmu disini. Siapa tahu bisa ngerjain tugas kuliah bareng di tempatmu"ungkap Vira.
Saat ini mereka bertiga berjalan ke arah parkiran kendaraan. Dila yang ditanya menghentikan langkahnya sejenak untuk menjawabnya. Sedangkan Caca fokus bermain ponsel karena sedang Push Rank hehe.
"Boleh aja, nanti kita makan bareng di rumahku yaa. Pasti kalian lapar kan?"balas Dila yang diangguki oleh Caca. Entah sejak kapan Caca selesai dengan kegiatannya sendiri.
"Eh.. gak usah Dila. Ihh Caca gak enak kalau begitu"tolak halus Vira.
"Gak apa apa, ayo kita kerumah"ajak Dila.
Vira hanya bisa mengangguk saja dan mengikuti langkah Caca ke mobilnya. Dila pun siap dengan motornya untuk memandu temannya ke arah rumah miliknya di Jogja. Sesampainya di rumah Dila...
"Assalamualaikum"salam Dila.
"Waalaikumsalam non"jawab Bi Mina.
"Oiya Bi, temanku mau main sebentar disini sambil lihat lihat rumah boleh kan?"izin Dila kepada Bi Mina.
"Tentu saja non. Mari silahkan non...emm?"balas Bi Mina yang menghentikan ucapannya.
"Saya Vira dan sepupu saya namanya Caca"ucap Vira yang diiyakan oleh Bi Mina.
"Owalah. Mari non Vira dan non Caca"ramah Bi Mina.
Dila, Vira dan Caca berbincang di ruang tamu dengan canda dan tawa. Dari topik satu ke topik lainnya. Bi mina sudah menyediakan makanan ringan dan teh hangat.
Singkat cerita
Akhirnya Caca dan Vira pamit pulang dari rumah Dila. Setelah mengantar tamunya pergi, ia langsung ikut membantu Bi Mina membersihkan ruang tamu dan mencuci piring atau gelas kotor di dapur.
"Udah Non, istirahat aja sisanya biar bibi tuntaskan"interupsi Bi Mina tidak enak dan ia merasa Dila butuh istirahat karena terlihat melamun saat membantunya.
"Ah.. Iya Bi. Dila kedalam kamar dulu yaa"patuh Dila.
Kemudian Dila berjalan ke dalam kamar dengan meletakkan tasnya dinakas lalu mendudukkan dirinya di ranjang yang empuk. Ia bersantai dulu sekedar liat Instagram untuk melupakan beban pikirannya sejak di kampus tadi. Tiba tiba ada nada dering di ponsel dan terlihat nama Aisyah yang menghubunginya.
Aisyah Calling...
Aisyah : Assalamualaikum Kak. Ais ganggu tidak Kak Ila?
(Ustadz Alfi yang mendengar Adiknya sedang menelpon Dila penasaran dengan apa yang dibicarakan. Ia bukan tipe tidak sopan tapi ia ingin mendengarnya saja. Dirinya memusatkan pendengarannya demi mendengar suara Dila dibalik telepon)
Dila : Waalaikumsalam Ais. Tidak kok Ais, ada apa ya?
Aisyah: Kak pengen nanya dong?
Dila : Boleh, mau bertanya apa?
Aisyah : Misalnya Kak Dila dapat lamaran dari kak Alfi gimana rasanya?
(Aisyah tersenyum melirik kakak laki lakinya yang berada didekatnya sedang menanti jawaban calon istrinya bagaimana)
Dila : Kok pertanyaannya gitu Ais?
(Wajah Dila bersemu merah tanpa sebab dan sedikit termenung akannya. Bahkan lelahnya menguap entah kemana.)
Aisyah : Kan misalnya Kak
Dila : Em.. Misalnya ya. ya gimana ya, rasanya sih agaknya pasti seneng. Tapi itu kan gak mungkin Ais, aku bahkan tidak berani membayangkannya.
Aisyah : Kok agaknya Kak hehe. Memangnya Kak Alfi bukan selera kakak yaa?
Dila : Ustadz idaman kok. Siapa yang tidak tertarik dengan beliau
Aisyah : Wahh, ternyata Kak Alfi itu suami idaman yah. Masya Allah, Kak Ila juga adalah idaman sebagai kakak ipar aku kok
(Ustadz Alfi yang berada disamping Aisyah tersenyum seraya menonton tv di depannya. Padahal Dila mengatakan tidak terlalu menjurus kesana. Aisyah pun mendadak menahan tawa akibat itu)
Dila : Eh, em.. bukan gitu maksudnya Ais
(Dila gugup bukan main, padahal di depannya tidak ada siapa siapa selain dirinya saat ini)
Aisyah : Kak, ada salam dari kak Alfi buat kak Ila. Katanya, semangat kuliahnya yaa
("Eh mana ada"ucap Ustadz Alfi terkejut karena tiba tiba namanya diucapkan oleh Aisyah. Sedangkan Dila langsung membelalakkan matanya terkejut mendengar suara berat yang tentunya dikenalnya.)
Dila : Oiya Ais, maaf yaa sepertinya kita harus udahan ("nyari aman aja deh"pikir Dila)
Aisyah : Lho kok udahan, kenapa kak?
(Dengan ekspresi kecewa namun polos tanpa dosanya Aisyah tidak menduga jika Dila akan menghentikan percakapannya)
Dila : Hehe gak apa apa. Hanya saja mau istirahat. Wassalamualaikum
Aisyah : Yaudah deh kak, selamat istirahat. Waalaikumsalam
Dila mulai menetralkan detak jantungnya, Aisyah sungguh membuatnya marathon tanpa berlari apalagi tentang gimana dilamar sama Ustadz Alfi. Tentu saja dirinya akan jujur dengan pendapatnya sendiri dan tidak terduga ternyata Ustadz Alfi sedang didekat Aisyah saat tadi.
"Beneran Ustadz bilang begitu? Masa sih? Eh tapi aku gak boleh berharap seperti itu. Apalagi Ustadz kan sosok laki laki yang banyak penggemarnya dan Aisyah mengatakannya tidak serius, berpikirlah realistis Dila. Tidak mungkin Ustadz bilang seperti itu untukmu. Kami bagai bumi dan langit, mana bisa aku gapai langit indah seperti Ustadz Alfi. Jujur sekali aku sudah patah hati karena tuan cokelat hazelnut itu adalah beliau karena memang kita tidak mungkin bersama"pikir Dila.
Sementara di Jakarta, rumahnya Ustadz Alfi....
"Ais kok bilangnya gitu sih."ucap Ustadz Alfi yang kesal kepada adik perempuannya.
"Eh, maaf kak. Ais keceplosan tapi niat sih hehe"ucap Aisyah cengengesan. Sedangkan Ustadz Alfi, matanya menyorot tak senang. Tiba tiba Abi Ishaq dan Umi Shita ikut berkata dan menanggapi.
"Ais, Ais kenapa masih gencar meledek kakak kamu"ucap Abi Ishaq yang tidak habis habis memikirkan kedua anaknya ini kalau udah ngumpul selalu saja begitu.
"Iya tau Abi. Alfi jadi malu"ucap Ustadz Alfi sedikit kesal.
"Gak apa apa juga sih, umi setuju sama Aisyah. Lagian kamu juga suka kan sama Dila, Al dan sedikit lagi gadis yang kamu cintai itu bakal jadi istri kamu di kemudian hari. Bukankah sama saja Al"ucap Umi Shita.
"Lah kok malah dukung Ais sih Umi"kesal Ustadz Alfi yang lama lama tidak nyaman langsung memilih masuk kamar daripada dipancing emosinya terus menerus walaupun memang kenyataannya begitu. Sedangkan Umi Shita dan Aisyah, mereka berdua ber tos tangan.
"Hem, Abi udah gak ikut ikutan deh."ucap Abi Ishaq dalam hati sambil membuka surat kabar yang tadinya di atas meja.
Bersambung....
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/