Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepertinya kata maaf tak akan cukup (20)
Seulas senyum terbit di bibir mungil Kenzie, setelah melihat seseorang datang menolongnya. Namun, bagaimana dia bisa tahu jika Kenzie berada jalan yang orang jarang lalui? Entahlah lelaki itu mengetahuinya dari mana tidak penting.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur ke dalam urusanku!" pekik lelaki berambut gondrong.
"Aku harus ikut campur karena kalian menyentuh barangku!" balas lelaki yang kini sudah siap jika harus mengalahkan empat orang sekaligus.
"Barangmu ya, jangan membuat omong kosong ini! Kamu mengganggu kesenanganku dan itu artinya kamu perlu sebuah pelajaran." Kata lelaki satunya bertubuh gemuk.
"Kalian sudah menyentuh milikku, bahkan aku pemiliknya belum pernah menyentuhnya. Jadi, lawan aku sekarang juga."
Satu lawan empat, tidak mudah bagi lelaki yang kini mencoba menolong istrinya. "Ar, awas ... di belakangmu!" teriak Kenzie karena seorang lainnya mencoba memukul kembali dengan balok.
Dengan satu pukulan tepat di perutnya, Ardi pun mengalahkan satu orang yang kini sudah tumbang. Namun, ketiganya tidak terima karena temannya dibuat tak berdaya.
"Dasar b4jingan! Beraninya kamu membuat temanku tergeletak," ucap salah satu dari ketiga yang tersisa.
"Bahkan aku juga bisa membuat kalian bertiga seperti dia," balas Ardi dengan smirknya.
"Bedebah, mati saja kamu."
Bugh.
Bugh.
Bagh.
Pakh.
"Apa kalian masih ingin mengalahkanku? Bahkan tubuh baumu ini sudah tak berdaya hanya di dua tanganku saja," ucap Ardi dengan napas begitu tenang. Seakan tak pernah terjadi sesuatu.
"Ampun ... ampun," mohon satu orang yang kini berada di cengkraman Ardi.
"Zie, di mana lelaki b4jingan ini menyentuhmu?" tanya Ardi dengan tatapan tajam fokus dengan wajah preman tersebut.
"Dia mencoba memegang bagian p4haku ...." Belum sempat Kenzie mengatakan semuanya. Ardi sudah melumpuhkan tangan preman tersebut.
"Argh ... sakit, tolong lepaskan!" Berulang kali meminta untuk dilepaskan. Hingga sudah cukup memberi pelajaran para lelaki b4jingan seperti mereka, akhirnya Kenzie pun dibawa oleh Ardi pergi setelah menyuruh keempat orang itu pergi.
Tak ada percakapan, Ardi memilih diam bahkan enggan untuk bertanya karena hal itu percuma. Alat yang melekat jatuh hingga menjadi hancur ketika melawan para orang-orang dengan otak mesumnya.
"Ar!" panggil Kenzie.
"Ardi!" panggilnya sekali lagi dan tetap saja Ardi tidak menimpali karena benda di telinganya tak ada.
Menyadari ada yang tak beres, Kenzie akhirnya mencari cara lain dengan menepuk bahunya. Benar saja, seketika Ardi menoleh.
"Ada apa?" tanya Ardi dalam bentuk isyarat.
Lalu Kenzie pun mengeluarkan ponselnya, mengetik sesuatu agar Ardi dapat membacanya. "Terima kasih." Itulah kata yang tertera di layar ponsel.
"Sama-sama." Jawab Ardi dengan menggunakan dua tangannya sebagai isyarat lagi.
Setelah menemukan kendaraannya, Ardi pun meminta Kenzie segera naik. Namun, bunyi yang tak asing membuat wanita itu memegangi perutnya. Ardi yang mengerti jika seseorang mengusap perutnya dengan senyum miring, berarti orang tersebut sedang lapar.
"Ish, kenapa perutku lapar sekali." Di atas kendaraan Kenzie pun bergumam.
"Mana kepalaku ikut pusing juga," gerutunya lagi dan kali ini dirinya sedikit aman karena Ardi tak bisa mendengar celotehnya.
Beberapa menit telah berlalu dan sampailah di pangkalan nasi goreng, lumayan ramai karena tempat ini adalah tempat di mana Ardi makan nasi goreng.
"Kamu pesanlah." Seraya menunjuk ke arah penjual Ardi pun meminta Kenzie segera memesan.
"Apa kamu tidak ingin pesan juga." Ketiknya di layar ponsel.
"Tidak, aku masih kenyang." Jawab Ardi dalam bentuk teks.
Meninggalkan Ardi yang duduk sendiri. Kenzie pun memesan dua porsi meski suaminya menolak dengan alasan sudah kenyang, bahkan ia tidak menghiraukannya.
"Maa." Lagi, setelah kembali memesan, Kenzie meminta maaf.
"Sudahlah, kamu masih tanggung jawabku jadi tidak ada yang perlu dikatakan." Ardi pun membalas dengan isyarat.
10 menit telah berlalu dan Kenzie pun menerima dua bungkus nasi goreng. "Kita pulang!" ajak Kenzie.
Sepanjang perjalanan Kenzie tidak bisa berhenti memikirkan semuanya. Entah mengapa setiap masalah terasa rumit. Terlebih Leo melamarnya secara tiba-tiba.
"Aku lelah terus memikirkan semua ini," gumamnya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Ardi dan lama kelamaan matanya terpejam, kedua tangannya melingkar di perutnya juga.
Tanpa tahu jika Ardi sedari tadi mendesis dan menghela napas panjang. Sayangnya Kenzie terlalu menikmati tidurnya hingga tidak menyadari bahwa dibagian bahu serta perutnya ada luka memar.
"Kenapa wanita ini tidur ketika berkendara," batin Ardi seraya menghela napas dalam-dalam.
"Sabar ardi sabar, sebentar lagi akan sampai rumah dan lukamu bisa segera diobati." Bergumam lagi karena hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang.
40 menit telah berlalu dan kini mereka berdua sudah berada di depan rumah. Namun, siapa sangka jika kepulangannya disambut oleh Salma.
"Ar, aku di sini satu jam lebih. Tetapi ternyata kamu pergi dengan dia," ujar Salma, kalimat sebagai sambutan.
"Tidak, aku tadi sedang bersama Deva, lalu menemukan dia yang diganggu oleh preman." Jawab Ardi.
"Baik, sekarang katakan. Wanita itu siapa kamu dan apa hubunganmu dengannya," cerocos Salma karema merasa ada yang aneh. Bahkan Deva juga tidak memberitahu siapa Kenzie yang sebenarnya.
"Masuklah, dia sedang tidur. Jadi, tidak mungkin aku terus menahannya." Jawab kembali Ardi.
"Tidak, terima kasih. Besok jelaskan lagi padaku karena sekarang sudah jam 10," ujar Salma, lalu seketika teringat akan sesuatu.
"Oh ya, bukankah kamu memakai alat bantu? Tetapi sekarang kamu kembali menggunakan isyarat?" tanya Salma karen yang ia kenal sosok Ardi memakai alat bantu.
"Hilang, kalau begitu berhati-hatilah di jalan."
Dengan kesal karena kepulangannya tidak disambut baik oleh Ardi, bahkan kedatangannya sekarang malah terabaikan. "Apa sih istimewanya wanita itu sampai-sampai Ardi tidak lagi perhatian denganku," gerutunya di sepanjang jalan.
"Baiknya aku tanya Deva, iya. Dia pasti tahu semuanya karena tidak ada lagu selain Deva," ucap Salma lagi.
Sedangkan di rumah.
Ardi pun beberapa kali menggoyangkan tubuh Kenzie, hingga wanita itu pun terbangun karena merasa terganggu. "Ugh ... Ar, apa kamu gila terus menggangguku." Kata Kenzie sambil mengusap kedua matanya.
Ardi pun seketika mengangkat piring dan sebungkus nasi goreng yang dibelinya tadi.
"Aku akan memakannya." Jawab Kenzie, tetapi pandangan Kenzie bukan yang dipegang oleh Ardi, melainkan kotak P3K tepat di atas meja.
"Di mana yang terluka?" tanya Kenzie dan hal itu membuat Ardi bingung.
"Aku bertanya sekali lagi, di mana yang terluka!" bentak Kenzie di mana batas kesabarannya telah habis karena Ardi tak kunjung menjawab.
"Biarkan aku mengobatinya, kamu terluka karena aku." Mata Kenzie mulai berkaca-kaca, karena pada akhirnya Ardi-lah sosok lelaki yang selalu ada untuknya. Bahkan melawan empat preman sekaligus.
"Apa kesalahanku bisa mendapatkan ampunan darinya? Apa dia bersedia memaafkan aku yang bodoh ini? Aku minta maaf, maafkan aku telah menyia-nyiakan lelaki sepertimu." Namun, kata-kata tersebut hanya bisa disembunyikan di dalam hatinya. Ia pikir jika dirinya terlalu pengecut untuk sebuah pengakuan.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...