Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke rumah Senja
"Assalamu'alaikum" salam Senja dan Aca, kini mereka tiba di kediaman Senja.
Aca melihat ke sekeliling, sama besarnya dengan kediaman miliknya di Brasil. Namun tentu berbeda isinya, bila keluarganya lebih senang dengan model klasik.
Di rumah ini, semua serba modern.
"Wa'alaikum salam" jawab salah satu pelayan di rumah besar tersebut, Aca yang memang di ajari untuk bersikap hormat pada orang yang lebih tua darinya.
Ia mencium punggung tangan bibi, dan hal itu mengejutkan Senja juga pelayan tersebut.
"Jangan seperti ini non" ucap bibi yang terkejut
"Ga papa bi" jawab Aca tersenyum, bibi merasa hangat dan ikut tersenyum. Karena masih ada gadis yang bersikap santun di jaman seperti ini.
Senja yang melihat hal tersebut, akhirnya ia mengikuti apa yang dilakukan oleh Aca.
"N-non... " ucap bibi gugup, rasanya tak pantas di perlakukan seperti ini oleh anak majikan.
"Ga papa bi, bukankah hal yang baik harus di ikuti." ucap Senja, dengan mata berkaca-kaca. Bibi mengangguk dan mengusap kepala Senja, anak yang ia sayangi sejak masih bayi.
"Mommy mana bi?" tanya Senja
"Ada di kamarnya non, tadi habis dari taman belakang." jawab bibi
"Oke, makasih bi. Bi tolong buatin minuman ya, Es jeruk sama... "
"Samain aja, makasih ya bi sebelumnya." bibi mengangguk dan pamit undur diri
"Tunggu bentar ya, aku ganti baju dulu. Apa mau ikut ke kamar aja, sekalian ganti baju. Kayanya kita satu ukuran, mmm... Ga sih, kamu lebih tinggi dari aku. Tapi... Ada baju dress yang belum pernah aku pake, karena kalo kata aku kepanjangan. Kayanya bakalan cukup di kamu deh, yuk.. " tanpa mendengar jawaban Aca, Senja menarik tangan Aca ke kamarnya.
'PEMAKSA' gumam Aca, namun ia tetap mengikuti langkah Senja.
Saat mereka sudah masuk ke kamar Senja, yang ada di lantai 2. Tak lama Narendra masuk ke dalam rumah, dengan mengucapkan salam.
Begitu juga dengan bibi, yang datang membawa nampan berisi 2 gelas es jeruk di atasnya.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, aden sudah pulang. Non Senja sama temennya kemana, den?" jawab bibi, seraya bertanya.
"Bi, Naren baru masuk. Mana Naren tau, bocah pecicilan itu kemana." jawab Narendra, bibi terkekeh
"Kirain itu buat Naren, emang ada temennya Senja bi? Tumben tuh anak mau temenan ma orang lain, kecuali... Apa temennya cewek bi?" ucap Narendra, lanjut bertanya
"Ya iya cewek atuh den, masa laki-laki. Kayanya di ajak ke kamar, aden mau di buatin apa? Nanti bibi buatin, setelah nganter ini ke kamar non Senja." Narendra mengambil nampan, yang di pegang bibi. Setelah ia menaruh tasnya di sofa, membuat bibi cukup terkejut.
"Biar Naren yang bawa, bibi tolong bikinin Naren jus Mangga ya." ucap Narendra langsung melangkah, tanpa menunggu jawaban dari bibi.
"Lah... Tumben si aden" gumam bibi, meski bingung. Ia memilih ke dapur, untuk membuatkan pesanan Naren.
.
.
Tok tok
"Masuk bi" teriak Senja, Aca dan Senja kini tengah duduk di lantai. Seraya meletakkan sebuah kanvas besar, dan mengeluarkan alat lukis milik Senja.
Senja memang sangat menyukai seni lukis, bahkan di kamarnya sudah banyak lukisan miliknya, yang ia pasang di dinding.
ceklek
Pintu terbuka, namun karena posisi Aca yang membelakangi pintu. Tidak tau siapa yang masuk, sedangkan Senja sedang menata cat di samping kanvas.
"Taro dulu di meja san bi, takutnya kesenggol kali di sini. Oya bi, nanti bawain kue bolu yamg ada di... Loh kok?" ucapan Senja terhenti, saat melihat siapa yang masuk.
"Bibinya berubah gender" ucap Senja, membuat Aca menatap Senja, lalu menoleh ke belakang.
"Loh kok... Sen, kenapa gukil ada di sini?? Eh.. Tunggu, kalian... Mirip. Kalian ade kakak?" tanya Aca, Senja menatap Aca dan mengangguk.
"Oohh... Pantesan aku kaya pernah liat muka kamu, kok aku ga ngeh ya." ucap Aca, namun ia kembali fokus pada kanvas dan mengedikkan bahunya masa bodo.
"Taro meja aja bang, makasih ya." ucap Senja, seraya menahan tawanya.
Karena ia tau, modus abangnya yang pengen liat Aca. Tapi yang di tatapnya, malah cuek masa bodo.
Tanpa banyak kata, Naren menaruh nampan di atas meja. Ia pun keluar dari kamar Senja, begitu pintu tertutup. Senja pun terkikik geli, membuat Aca menatapnya bingung.
"Kamu kenapa?? Ketempelan ya?"
"Ngaco, yuk ah lanjut. Aku tarik garis di tengah ya, terus aku gambar sketsa besar. Jadi kita waranain nya separo masing-masing, sesuai dengan apa yang ada di pikiran kita." ucap Senja
"Oke, aku ngapain pas kamu lagi ngelukis?" jawab Aca, lalu bertanya.
"Ada rak buku isi komik ma novel si belakang dinding ini, kamu bisa baca-baca. Bentar kok.." jawab Senja, Aca mengangguk.
Aca pun bangun dari duduknya dan melangkah kan kakinya, ke arah yang dimaksud oleh Senja.
Aca takjub dengan rak buku ini, ada banyak genre di sini. Horor, Romantis, Komedi dan lain-lain.
Aca menatap judul, lalu ia memilih komik yang berjudul Shinchan. Aca memilih duduk di kursi, yang disediakan di ruang baca tersebut. Nyaman...
Dalam satu ruangan, namun si pisahkan sekat. Aca dan Senja fokus, dengan kegiatan mereka masing-masing.
.
.
"Dwi, kerjakan ini. Dan harus selesai sore ini juga" titah atasannya yang bernama Nora
Dwi mengambil map tersebut, ia membaca isinya. Lalu mengembalikan map itu pada atasannya
"Maaf bu, ini bukan job desk saya. Ibu kan bisa meminta ponakan ibu itu, untuk mengerjakan ini." tolak Dwi, ia kembali mengerjakan tugasnya.
BRAK
"JANGAN NGELAWAN KAMU, KAMU DISINI ANAK BARU. HARUS BISA MEMATUHI APA YANG SAYA PERINTAHKAN, PONAKAN SAYA SEDANG SIBUK. DAN DIA TIDAK BISA MENGERJAKAN PEKERJAAN ITU, MAKANYA SAYA LIMPAHKAN PADA KAMU. SUPAYA KAMU BELAJAR, JANGAN MACAM-MACAM SAMA SAYA. ATAU SAYA AKAN KELUARKAN KAMU DARI SINI." bentak Nora, Dwi menghentikan pekerjaannya. Ia menatap Nora penuh intimidasi, membuat Nora langsung kicep.
"Tau keponakannya tidak bisa bekerja, kenapa di bawa masuk bergabung di perusahaan? Ini kantor bukan tempat main-main. Saya akan mengerjakan pekerjaan ini, kalo memang itu pekerjaan saya. Sudah jelas ini bukan bagian saya, mau keluarin saya?? Ayo keluarin, anda pikir saya takut. Nggak... Tapi , kita liat siapa yang akan si keluarkan setelahnya. Saya... Atau ANDA DAN PONAKAN ANDA" jawab Dwi, dengan posisi masih duduk.
Atasan yang bernama Nora ini enak sekali pekerjaannya, hanya duduk manis. Memerintah, lalu nanti hasil kerja orang akan ia akui. Agar ia yang mendapat bonus dan pujian.
Tiga orang temen satu ruangan Dwi terbengong sama salut menjadi satu, karena baru kali ini ada yang melawan Nora.
"KAMU...
"APA-APAAN INI?
...****************...
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
...Happy Reading all🤗🤗...