NovelToon NovelToon
Kelahiran Dewa Penghancur

Kelahiran Dewa Penghancur

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur
Popularitas:205.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Jajajuba

"Dewa Penghancur"

Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.

Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Alam Rahasia

"Tuan, Anda di panggil oleh Walikota Cao." Penjaga menyampaikan tanpa menganggu lebih jauh.

"Untuk apa Walikota memanggilku?" Zhi Hao bergumam.

"Aku akan kesana sebentar lagi." Ujar Zhi Hao menjawab.

Setelah menerima panggilan dari penjaga, Zhi Hao bergegas menuju kediaman Walikota Cao. Di bawah langit yang mulai gelap, cahaya lentera menerangi jalan menuju salah satu bangunan terbesar di Kota Linggau. Rumah Walikota berdiri megah, dikelilingi taman indah dan penjaga yang berjaga di setiap sudut.

Sesampainya di aula utama, seorang pelayan membimbing Zhi Hao menuju ruang pertemuan. Walikota Cao, seorang pria paruh baya dengan jubah resmi berwarna gelap, duduk di ujung meja panjang. Wajahnya serius, namun penuh wibawa.

"Zhi Hao," panggil Walikota dengan nada berat. "Silakan duduk."

Zhi Hao mengangguk sopan, mengambil tempat di kursi yang disediakan. "Apa yang bisa saya bantu, Walikota?" tanyanya langsung, memotong formalitas.

Walikota Cao menghela napas panjang sebelum mulai berbicara. "Ini tentang Kuota untuk Pembukaan Alam Rahasia," katanya. "Setiap beberapa tahun, Alam Rahasia di dekat Kota Linggau terbuka. Tempat itu adalah sumber kekuatan dan peluang bagi para kultivator. Namun, seperti biasa, hanya beberapa orang yang bisa masuk, dan kuotanya dibatasi."

Zhi Hao mengangguk perlahan. Dia pernah mendengar tentang Alam Rahasia ini—tempat penuh dengan harta spiritual, teknik kuno, dan sumber daya langka. Namun, tempat itu juga dipenuhi bahaya mematikan.

"Dulu, kuota itu dibagi untuk empat klan besar," lanjut Walikota. "Namun setelah kehancuran Klan Xiao, kini hanya tersisa Klan Lin, Klan Wang, dan Klan Zhi."

Zhi Hao menyandarkan tubuhnya sedikit ke belakang, matanya mulai memperhitungkan. "Lalu, berapa kuota yang diberikan untuk klan saya?"

Walikota Cao menatapnya tajam. "Setiap klan mendapatkan dua tempat. Namun, dengan situasi saat ini, aku mempertimbangkan untuk memberikan satu kuota tambahan kepada Klan Zhi, mengingat kekuatan dan kontribusi kalian dalam menjaga stabilitas kota."

Mendengar itu, Zhi Hao tersenyum tipis. "Itu kabar baik. Tapi saya yakin ini bukan hanya soal kuota, bukan?"

Walikota mengangguk, wajahnya kembali serius. "Tepat sekali. Pembukaan Alam Rahasia kali ini memiliki bahaya yang lebih besar. Informasi terbaru menunjukkan bahwa beberapa kelompok kultivator dari luar kota juga tertarik. Mereka mungkin akan mencoba merebut kuota atau bahkan mengganggu keseimbangan di dalam Alam."

"Dan Anda ingin saya menjaga agar mereka tidak terlalu melangkah jauh," potong Zhi Hao dengan nada tenang, memahami maksud Walikota.

"Benar," Walikota Cao menjawab. "Aku membutuhkan seseorang yang kuat dan bisa diandalkan untuk memastikan Kota Linggau tetap mendapatkan keuntungannya."

Zhi Hao terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, saya akan memastikan Klan Zhi memanfaatkan kuota ini sebaik mungkin. Dan jika ada yang mencoba mengganggu, saya akan memastikan mereka menyesal."

Walikota Cao tersenyum lega. "Itulah yang aku harapkan darimu, Zhi Hao."

Walikota Cao memberitahu beberapa hal lainnya yang patut di waspadai oleh Zhi Hao. Tentu saja ia tidak ingin Zhi Hao kenapa-napa hingga mengatakan hal tersebut.

***

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Di depan gerbang besar yang mengarah ke Alam Rahasia, langit tampak dipenuhi awan gelap, menambah suasana tegang di antara para kultivator yang berkumpul.

Zhi Hao berdiri di depan kelompoknya, memimpin tiga orang pilihan terbaik dari Klan Zhi. Wajah mereka penuh percaya diri, siap menghadapi segala tantangan di dalam Alam Rahasia.

Dari sisi lain, kelompok Klan Wang sudah bersiap. Mereka mengirim tiga anggota kuat: Wang Han, Wang Ling, dan Wang Hui, yang semuanya berada di tingkat Inti Energi Bintang Tiga.

Di sisi seberang, Klan Lin juga hadir dengan kekuatan penuh. Tiga perwakilan mereka, Lin Kun, Lin Pai, dan Lin Pang, berdiri dengan aura tak kalah mengintimidasi.

Namun, suasana tiba-tiba berubah ketika sekelompok orang asing muncul dari arah hutan. Mereka berjalan santai namun memancarkan aura berbahaya. Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh besar dengan senyum sinis, melangkah maju.

"Kami akan mengambil lima kuota yang tersedia," katanya dengan suara serak namun penuh ejekan. "Aku harap kalian cukup pintar untuk menyerahkan tempat itu tanpa perlawanan. Lebih baik menyerah daripada mati terpenggal."

Tawa kasar terdengar dari kelompoknya, menambah ketegangan di udara.

Zhi Hao melirik sekilas ke arah Walikota Cao, yang berdiri tidak jauh dari sana bersama para pejabat kota. Wajah Walikota tampak serius, namun dia tidak mengatakan apa-apa, menyerahkan situasi sepenuhnya pada perwakilan klan.

Zhi Hao melangkah maju dengan tenang, menatap langsung ke mata pria itu. "Alam Rahasia adalah milik Kota Linggau," katanya dengan suara dingin namun tegas. "Kuota ini sudah dibagi dengan adil. Jika kalian berpikir untuk merebutnya, kalian harus siap membayar harganya."

Pria itu menyipitkan matanya, senyumnya memudar sedikit. "Oh? Jadi kau ingin melawan? Kurasa aku harus mengajari bocah sombong ini sedikit sopan santun."

Zhi Hao tidak menjawab. Sebaliknya, ia mengangkat pedangnya perlahan. Kilatan petir samar mulai mengalir di sepanjang bilah pedang. "Teknik Pedang Kilat" mulai memancarkan auranya, membuat udara di sekitar mereka bergetar.

"Jika kalian benar-benar menginginkan kuota itu," lanjut Zhi Hao, "maka datanglah. Tapi jangan menyesal jika kau tidak keluar dari sini hidup-hidup."

Kelompok asing itu terdiam sejenak, sebelum pemimpin mereka mengayunkan tangannya, memberi sinyal kepada anak buahnya untuk maju. "Kita lihat seberapa kuat kau, bocah!" teriaknya.

Pertempuran tampaknya tak terhindarkan. Klan Wang dan Klan Lin segera bersiap, meski mereka menunggu langkah Zhi Hao terlebih dahulu.

Empat bawahan Ma Ling menerjang dengan penuh percaya diri, ayunan senjata mereka membawa aura mematikan. Namun, Zhi Hao tetap tenang, tatapannya dingin. Dia mengangkat pedangnya perlahan.

"Teknik Pedang Kilat - Hujan Petir," gumamnya dengan suara rendah.

Dalam sekejap, bilah pedangnya memancarkan kilatan petir yang tajam. Cahaya menyilaukan menyelimuti area itu sejenak sebelum terdengar suara dentuman keras.

Beng!

Keempat bawahan Ma Ling terlempar keras ke belakang. Tubuh mereka menghantam tanah dengan suara berat, darah mengalir deras dari perut mereka yang terbelah lebar. Dalam hitungan detik, nyawa mereka lenyap, meninggalkan genangan darah yang membentuk kolam kecil.

Ma Ling, pemimpin mereka, menggeram marah. Wajahnya memerah karena kemarahan dan rasa malu. Bawahannya, yang semuanya berada di Ranah Inti Energi, telah tewas dengan mudah di tangan Zhi Hao. Itu adalah pukulan telak bagi harga dirinya.

"Kau berani membunuh bawahanku!" Ma Ling berteriak, suaranya menggema di sekitar gerbang. Dia menghunus pedang besar di punggungnya, auranya mulai membuncah. Ranah Bumi Bintang Dua miliknya terasa menekan, membuat udara di sekitar bergetar.

"Aku akan memastikan kau membayar ini dengan nyawamu!" teriaknya, kemudian melesat maju, kecepatannya luar biasa. Dia mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh, mencoba memotong Zhi Hao menjadi dua.

Namun, Zhi Hao tidak gentar. Dia hanya berdiri diam, menunggu dengan tatapan tajam. Saat Ma Ling berada dalam jarak serang, Zhi Hao bergerak cepat seperti kilat.

"Kau terlalu percaya diri," kata Zhi Hao dingin. Dia mengayunkan pedangnya dengan gerakan anggun namun mematikan.

1
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
up trus thor
Rinaldi Sigar
lanjut thor
Ardi Provision
pikir ini cerita kultivator rupanya cerita lelembut 😂😂😂
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
Derajat
Zhi Hai .... Merindukan Ibunya
Derajat
Memang Rencana Zhi Hai berjalan dg mulus...
Djarot Setyantoro
cerita kurang greget.... ngambang... ringan kayak kapas..
Oe Din
Wi Rang, dalam bahasa jawa artinya malu. Tapi ini mandarin...!!!
Ebes Saja
ini baru awal...
Ebes Saja
kenapa sering menggunakan kalimat "ini baru awal...."
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
Rinaldi Sigar
lanjut
Derajat
Cerdik sekali Kelompok Blec dlm membuat musuh tanpa curiga 👍👍
Derajat
Tinggal satu lagi Klan yg telah menghancurkan Keluarga Hup
saniscara patriawuha.
sikattttt sudahhhhh manggg minnnnn.....
saniscara patriawuha.
hancurrkannn terosssss mangggg zhiiiiii..... ojoookendorrrr
Putra_Andalas
Hampir 100 Chapter...tumben inget dgn Harta musuh...😁😂
Putra_Andalas
Lah...knpa gk di ambil dulu Cincin Harta tu mayat...mana tau ada Artefak atau Sumber Daya yg bisa digunakan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!