Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Pembalasan Ola Dimulai
Mikel duduk di kursi bar yang sama setiap malam, tenggelam dalam pikirannya. Gelas whisky di tangannya terasa dingin, namun tidak cukup untuk menyejukkan api yang membara di hatinya. Setiap kali ia menenggak minuman itu, ingatannya tentang Ola kembali di ingatnya, wanita yang ia sia siakan, wanita yang sekarang lenyap tanpa jejak. Frustasi terus menghantuinya, semakin dalam tiap malam.
Sedangkan jika di rumah, keadaan semakin buruk. Nikita tak pernah berhenti mengomel, mengeluh, dan memancing pertengkaran. Hingga suatu malam, ketika Mikel pulang dengan keadaan mabuk seperti biasanya, Nikita sudah menunggunya di ruang tamu, wajahnya memerah karena marah.
“Kamu mau sampai kapan seperti ini, Mikel?!” teriak Nikita, nadanya tajam menusuk, seolah bosan melihatnya.
“Kamu pikir aku akan terus bertahan denganmu yang seperti ini? Mabuk setiap malam, menghilang dari tanggung jawabmu sebagai suami dan papa?” tanya Nikita yang memegang keras baju Mikel, tercium bau yang sangat menyengat di disana.
Mikel hanya mendesah pelan, menatap kosong ke arah Nikita. “Aku lelah, Nikita. Lelah dengan semuanya.” lirih Mikel yang sudah tidak berdaya. Nikita semakin mendekat, matanya berkilat penuh kemarahan.
“Lelah? Kamu yang membuat keputusan ini, Mikel! Kamu yang memilih aku, kamu yang memilih meninggalkan Ola, kamu yang memutuskan untuk hidup seperti ini! Dan sekarang kamu bilang lelah?” cecar Nikita.
Mikel mengalihkan pandangannya, perasaannya campur aduk antara penyesalan dan kemarahan yang tak terungkap. “Aku tidak tahu apa yang aku inginkan lagi… Bukankah awalnya kamu yang menahanku agar tidak bisa bertemu dengan Ola? Kamu yang selalu minta ditemani?” ucap Mikel dengan tubuh yang gontai.
Bruk!
Di buangnya tubuh Mikel oleh Nikita, sontak saja karena mabuk dam sudah tidak berdaya jatuh di sofa ruang tamunya.
Nikita tertawa kecil, tawa sinis yang membuat hati Mikel terasa semakin berat.
“Kamu tidak tahu apa yang kamu inginkan? Kamu bahkan tidak bisa memilih antara aku atau Ola. Sampai kapan kamu akan hidup dalam kebimbangan ini? Kamu selalu berlari, Mikel. Selalu lari dari kenyataan. Aku hamil! Memang seharisnya kamu lebih perhatian dan banyak menghabiskan waktu denganku. Kenapa malah menyalahkan aku!” tidak terima Nikita jika selalu dijadikan alasan menahannya.
Mikel terdiam, tubuhnya terasa kaku. Setiap kata yang diucapkan Nikita terasa seperti pisau yang menusuk lebih dalam. Dia tahu bahwa apa yang dikatakan Nikita benar, tapi rasa bersalah yang ia rasakan terhadap Ola selalu menghantui setiap langkahnya.
“Aku tidak bisa melupakannya,” bisik Mikel, suaranya hampir tak terdengar.
“Aku mencoba, tapi aku tidak bisa.” lanjut Mikel.
Nikita terbelalak, matanya berkaca kaca.
“Lalu kenapa kamu menikahiku, Mikel? Kenapa kamu memilih aku kalau kamu masih terikat dengan Ola? Apa aku hanya pelarian?” tanya Nikita.
Padahal dalam hati Nikita juga tahu jika dia dijadikan istri kedua, tapi tidak sudi kalah dengan tantangan Ola.
Mikel menunduk, air mata mulai menggenang di sudut matanya. "Aku tidak tahu, Nikita. Aku tidak tahu kenapa aku melakukan semua ini." ucap Mikel.
Nikita menatapnya dengan tatapan kecewa yang mendalam, air mata kini mengalir di pipinya.
“Kamu tahu apa yang paling menyakitkan, Mikel? Kamu tak hanya menghancurkan hidup Yolanda, kau juga menghancurkan hidupku. Dan Michelle, putri kita. Kamu bahkan tidak peduli padanya lagi.”ucap Nikita.
Nama Michelle membuat hati Mikel tersentak. Putrinya, yang dulu begitu ia sayangi, kini hampir tidak pernah ia temui. Rasa bersalah itu semakin membebani, menghancurkan setiap keinginan untuk bertahan di rumah ini.
Malam ini pun tiada keputusan kepastian dan masih demgan masalah yang sama.
***
Sepulang dari kantornya. Niat hati ingin bermain dengan anaknya. Ternyata sudah di dibuat gelisah oleh tingkah Nikita yang cemberut terus. Mikel berlari keluar dari rumah tanpa arah yang jelas. Pikirannya kacau, perasaannya penuh sesak. Setiap langkah terasa berat, seolah ada ribuan beban yang menahan kakinya untuk melangkah lebih jauh. Di balik semua rasa frustrasi itu, satu hal yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa ia telah kehilangan Ola wanita yang ia sakiti, wanita yang sekarang lenyap dari hidupnya.
Malam ini, di tengah heningnya bar, Mikel mengangkat teleponnya, mencoba menghubungi Axel. Sudah berbulan bulan ia berusaha bertemu dengan Axel, berharap bisa mendapatkan informasi tentang keberadaan Ola. Namun setiap kali, Axel sulit ditemui, seolah menghindarinya dengan sengaja.
Akhirnya tersambung dan di angkat oleh Axel.
“Ada yang bisa kubantu?” suara Axel terdengar dingin di seberang telepon, tanpa emosi.
“Axel, aku... aku butuh bicara denganmu. Tolong, katakan di mana Yolanda. Aku hanya ingin tahu apakah dia baik baik saja,” Mikel memohon, suaranya bergetar.
Axel terdiam sejenak, lalu menjawab dengan nada tajam.
“Kamu kehilangan hak untuk tahu tentang dia, Mikel. Kamu yang menghancurkannya, dan sekarang kamu ingin tahu? Apa yang sebenarnya kau inginkan?” tanya Axel.
Mikel terdiam, rasa bersalah menghantamnya lebih kuat lagi. “Aku hanya ingin memperbaiki semuanya…” pintanya.
“Kamu tidak bisa memperbaiki apa yang sudah kamu hancurkan,” jawab Axel singkat sebelum memutus telepon.
Akh!!
Membanting telpnya disana Mikel. Untung saja tidak hancur. Kata kata itu menggema di kepala Mikel, membuatnya semakin terpuruk dalam rasa bersalah yang mendalam.
***
Malam yang kesekian kalinya yang menjadi saksi, saat Mikel pulang dengan keadaan mabuk seperti biasa, Nikita menunggunya di depan pintu. Wajahnya terlihat lelah, tapi kali ini tatapannya penuh amarah yang sulit dikendalikan.
“Kamu tahu, Mikel?” katanya dengan nada dingin.
"Aku sudah muak dengan semua ini. Dengan kamu yang terus-terusan menghancurkan hidupku dan Michelle. Kamu bahkan tidak pernah pulang dengan sadar. Apa kamu masih peduli pada kami?” tekan nada Nikita.
Mikel hanya menggelengkan kepala, matanya memerah karena minuman dan rasa bersalah yang menumpuk.
“Aku tidak bisa... aku tidak tahu harus bagaimana.” lirihnya.
Nikita mendekat, suaranya kini bergetar penuh emosi.
“Kamu yang harus tahu, Mikel. Aku sudah cukup berusaha, tapi kamu... kamu hanya terus menghancurkan semuanya. Jika kamu mencintai Ola, kenapa kamu baru mencarinya sekarang? Kenapa kamu harus menikahiku hanya demi anak yang rumah tangga kalian yamg tidak sempurna? Apa salahku jika aku ingin kamu sentuhnya yang tidak terbagi!" keluh kesah dan keganjalan dalam hatinya malam ini di lapkan.
Mikel terdiam, tidak ada kata yang bisa ia ucapkan. Kenyataannya, dia pun tidak tahu mengapa ia masih bertahan. Ol adalah masa lalunya yang indah dan penuh penyesalan, tapi Nikita adalah realitas yang pahit dan menghancurkan.
“Aku ingin kamu pergi, Mikel,” ucap Nikita akhirnya, air matanya tak lagi terbendung.
“Pergi dan temukan dirimu sendiri. Karena aku sudah tidak bisa bersamamu lagi kalau kau terus seperti ini.” usir Nikita.
Mikel menatapnya, merasakan seluruh dunianya runtuh di hadapannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa semua akan berakhir seperti ini, dengan kehancuran di setiap sudut hidupnya.
Akhirnya Mikel keluar dari sana yang kembali pada bar yang gelap itu, Mikel menghabiskan malamnya dalam keheningan. Rasa bersalah terhadap Ola terus menghantuinya, rasa kehilangan Michelle, dan kemarahan Nikita membanjiri pikirannya, membuatnya semakin terpuruk. Setiap tegukan minuman tidak pernah cukup untuk membendung luka yang semakin dalam di hatinya.
Ketika akhirnya ia menundukkan kepala di meja bar, hanya satu pikiran yang berputar putar di kepalanya.
Aku telah menghancurkan segalanya.
...****************...
Tinggalkan jejak kalian disini ya.
Keren banget 🔥😍