NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kurai Yaiba: Teknik Pedang Kegelapan

Pagi itu, hawa dingin menusuk, tetapi tidak cukup untuk menggoyahkan semangatku. Seperti hari-hari sebelumnya, aku dan Takashi bertemu di lapangan latihan, tempat yang sepi di tengah hutan bambu, jauh dari hiruk-pikuk peradaban. Sinar matahari yang masih malu-malu menembus celah pepohonan, memantulkan warna keemasan di atas dedaunan. Aroma tanah basah menyatu dengan udara pagi, menambah kesan segar. Di sinilah aku menempa diriku setiap hari selama lebih dari setahun terakhir.

Takashi sudah menungguku, seperti biasa, dengan pedangnya tergantung di pinggang. Jubahnya berkibar pelan ketika angin berhembus. “Pagi yang indah untuk belajar teknik baru,” ucapnya, nadanya santai namun ada sedikit ironi di sana. Wajahnya yang berwibawa tetap tenang, namun matanya selalu memancarkan rasa penasaran, seolah ingin melihat seberapa jauh aku bisa berkembang.

Aku menatapnya dengan penuh semangat. “Aku sudah siap. Apa teknik yang akan kita pelajari hari ini?”

Takashi tersenyum tipis. “Hari ini, kita akan mulai dengan Kurai Yaiba Pedang Kegelapan. Teknik ini bukan sekadar memotong atau menyerang lawan, tapi memanfaatkan kekuatan kegelapan dalam dirimu dan kiryoku untuk menciptakan harmoni. Ini bukan sesuatu yang mudah, Kaelan. Banyak yang mencoba, tapi hanya sedikit yang berhasil.”

Aku menyimak dengan saksama. Suara Takashi selalu terdengar menenangkan, namun juga penuh dengan tantangan tersembunyi. Aku tahu, setiap pelajaran darinya pasti memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar latihan fisik. Di sinilah perbedaan antara seorang petarung biasa dan seorang ahli.

“Pertama, kita mulai dengan dasar-dasarnya,” lanjutnya, mengeluarkan pedangnya dengan gerakan halus. Kilatan pedang itu memantulkan sinar matahari, berkilau tajam namun penuh misteri. “Kurai Yaiba membutuhkan fokus total. Bukan hanya kekuatan fisik yang diperlukan, tetapi juga pikiran dan hati. Kau harus merangkul kegelapan dalam dirimu, tapi tidak terjebak olehnya. Pedang ini, dalam teknik ini, bukan hanya alat, tetapi perpanjangan dari dirimu.”

Aku mengangguk, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkannya. Takashi lalu mengambil posisi, tubuhnya tegak namun terlihat ringan, seperti tidak ada ketegangan sama sekali. Dia mengayunkan pedangnya dengan gerakan perlahan, namun aku bisa merasakan kekuatan yang mengalir dari bilah pedangnya. Kiryoku hitam pekat melapisi pedangnya, seolah menelan cahaya di sekitarnya.

“Lihat ini,” katanya. “Setiap ayunan Kurai Yaiba harus dilakukan dengan hati yang tenang. Kekuatan pedang ini bukan berasal dari dorongan untuk menyerang, melainkan dari keseimbangan antara ketenangan dan kegelapan.”

Aku meniru gerakannya, mengangkat pedangku dengan kedua tangan. Perlahan, aku mencoba memfokuskan kiryoku merah darahku ke bilah pedang, seperti yang diajarkannya kemarin. Tapi kali ini berbeda. Kali ini aku harus membawa kegelapan ke dalam energi itu, mencampurnya dengan kekuatan yang lebih gelap dari yang pernah aku coba sebelumnya.

“Fokus,” bisiknya. “Rasakan kegelapan, biarkan ia mengalir melalui dirimu. Jangan melawan, tapi arahkan.”

Aku memejamkan mata, mencoba merasakan energi yang ada di sekitarku. Kegelapan itu terasa dingin, namun juga menenangkan, seperti lautan luas yang dalam dan tak berujung. Aku menarik napas dalam-dalam, membiarkan energi itu masuk ke dalam tubuhku, menyatu dengan kiryoku-ku.

Saat aku membuka mata, pedang di tanganku mulai bersinar dengan aura yang berbeda. Kiryoku merah darahku kini tercampur dengan energi hitam yang berputar-putar di sekeliling bilahnya. Pedang itu terasa lebih berat, lebih solid. Setiap gerakan yang aku lakukan menjadi lebih lambat namun juga lebih kuat.

“Bagus,” kata Takashi, mengangguk puas. “Sekarang, mari kita lihat seberapa jauh kau bisa menguasainya dalam pertarungan.”

Dia melangkah maju, memposisikan dirinya untuk bertarung. “Kau dan aku akan melakukan sparing. Tapi ingat, ini bukan tentang siapa yang menang atau kalah. Ini tentang bagaimana kau bisa menggunakan teknik yang baru saja kau pelajari dalam situasi nyata. Jangan terlalu memaksakan dirimu, tapi juga jangan terlalu lembek.”

Aku tersenyum mendengar candaan terakhirnya. Dia mungkin terlihat serius, tapi Takashi selalu punya cara untuk mencairkan suasana. “Baiklah, aku siap.”

Kami mengambil posisi berhadapan, angin yang berhembus lembut membawa dedaunan beterbangan di sekitar kami. Takashi mengangkat pedangnya dengan satu tangan, terlihat santai namun jelas dia sedang mempersiapkan serangan. Aku memperkuat cengkeramanku pada pedangku, mengalirkan kiryoku dan kegelapan ke bilahnya.

“Saatnya memulai,” ucap Takashi sebelum tiba-tiba menyerang.

Wuussh! Dalam sekejap, pedangnya meluncur ke arahku dengan kecepatan yang mengesankan. Aku berusaha menangkis dengan pedangku, tapi dampaknya begitu kuat sehingga aku terdorong beberapa langkah ke belakang.

“Jangan terlalu tegang!” serunya sambil tertawa kecil. “Kau terlihat seperti batu yang akan retak!”

Aku menghela napas, mencoba lebih rileks. Kali ini aku yang maju, mengayunkan pedangku dengan kecepatan penuh. Bilah pedangku berkilau dengan petir merah yang menyatu dengan kegelapan kiryoku, menciptakan suara zzzzztt yang menusuk telinga. Namun, Takashi dengan mudah menangkis seranganku, mengayunkan pedangnya ke samping.

“Jangan hanya mengandalkan kekuatan! Pikirkan taktik, gunakan kreativitasmu!” teriaknya sambil mengayunkan pedangnya ke arahku lagi.

Pertarungan kami berlangsung sengit. Setiap kali pedang kami bertemu, percikan energi terlihat di udara, menciptakan suara yang memekakkan telinga. Aku merasa semakin bisa mengontrol kekuatan Kurai Yaiba, namun Takashi selalu selangkah lebih maju. Serangannya terlihat sederhana, tapi selalu berhasil menempatkanku dalam posisi sulit.

Setelah beberapa menit bertarung, aku mulai merasa lelah. Tapi Takashi tetap tenang, seolah tidak kehabisan energi. “Kau mulai lelah?” tanyanya sambil tersenyum. “Ingat, pedang bukan tentang kekuatan fisik semata. Ini soal ketahanan dan kecerdasan. Belajar untuk menghemat energimu.”

Aku tertawa kecil, mengakui kebenaran kata-katanya. “Aku masih belajar, sensei.”

Akhirnya, Takashi menurunkan pedangnya dan berkata, “Cukup untuk hari ini. Kau sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Tapi ingat, ini baru permulaan. Latihan ini akan terus berlanjut, dan kau harus selalu siap untuk belajar lebih banyak.”

Aku mengangguk, terengah-engah tapi puas. Pertarungan itu bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kontrol, strategi, dan keseimbangan antara kiryoku dan kegelapan.

“Besok kita lanjutkan dengan teknik berikutnya,” kata Takashi sambil berjalan meninggalkanku, “Tapi malam ini, jangan lupa istirahat. Kau butuh semua energimu untuk menghadapi tantangan berikutnya.”

Aku menghela napas panjang, merasakan lelah yang mulai menyelimuti tubuhku. Namun, di balik kelelahan itu, ada rasa puas yang mengisi hatiku. Pelajaran hari ini mengajarkanku bahwa kekuatan bukan hanya tentang ledakan energi, tapi juga tentang pemahaman, kontrol, dan ketenangan. Aku tersenyum, tahu bahwa jalan panjang masih menantiku. Namun satu hal yang pasti, aku semakin mendekati kekuatan yang selama ini kucari.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!