Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 11
Malam itu sunyi, hanya terdengar desahan nafas lembut dari suaminya yang tertidur di samping. Cahaya bulan menerobos tirai jendela, menciptakan bayangan lembut di dinding kamar.
Seorang wanita tengah terbangun dari mimpi indahnya tanpa sengaja, matanya masih setengah terpejam. Dia merasakan ketidaknyamanan yang menggelayuti hati, sebuah firasat yang terus membayangi pikiran.
Dia menatap wajah suaminya, Rafael, yang terlihat tenang dan damai. Rahang tegas di wajahnya memancarkan ketampanan, kesan maskulin yang selalu membuat Stella merasa aman. Namun, malam ini, keindahan itu terasa samar.
'Apakah semua ini hanya ilusi?' batinnya bertanya. 'Ataukah aku yang terlalu paranoid?'
Stella menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia memandangi wajah tampan yang ada di samping nya dengan berbagai asumsi yang bergelayut manja di pikiran nya.
'Laki-laki di hadapan ku ini ... laki-laki yang sangat aku cintai, bukan cuma suami ku tapi sahabat ku sejak dulu. Orang yang sudah berbagi suka dan duka selama bertahun tahun.'
Stella menatap dalam wajah suaminya.
'Selama ini kami sangat dekat, tapi ... belakangan ini Mas Rafael kenapa terasa jauh, biarpun raga nya ada di hadapanku tapi kenapa hatinya semakin lama seperti tidak bisa aku jangkau. Bahkan sekarang untuk percaya sama dia pun aku sangat sulit.'
Kemudian pandangan nya beralih menatap langit-langit kamar, meraup oksigen sebanyak mungkin dan menghembuskannya secara perlahan dengan kedua netra nya yang terus mengamati setiap sudut ruangan.
Tiba-tiba sekilas ucapan janji suci pernikahan yang di lontarkan Rafael terngiang kembali memenuhi isi kepalanya.
'Aku gak mau berprasangka buruk, tapi kenapa aku merasa bahwa semua janji yg pernah Mas Rafael ucapkan itu kini semuanya tinggal janji.'
'Tapi enggak aku gak boleh nyerah. Pernikahan kami mungkin sedang di uji, tapi aku gak akan membiarkan rumah tanggaku hancur, pernikahan yang sudah kami bangun bertahun-tahun semua perjuangan kami gak akan aku biarkan kandas, Aku gak boleh nyerah begitu saja.'
Kekeh Stella dalam hati terus berperang dengan bayangan yang tak pasti itu.
Stella kembali memandangi wajah tampan suaminya yang nampak damai dalam tidurnya.
'Kalau memang ada yg sudah merebut hati suamiku aku akan merebutnya kembali akan aku kembalikan perhatian Mas Rafael seluruhnya. Hanya untuk aku, hanya untuk Rafella ....'
Tangannya kini mengepal, jari-jarinya merasakan ketegangan yang mulai menumpuk.
Satu sudut hati Stella berusaha meyakinkannya bahwa dia salah.
'Mungkin dia hanya sibuk dengan pekerjaannya.'
Namun, sebuah keraguan terus mengusik pikirannya.
'Tapi, mengapa dia tak membaginya dengan ku?'
Stella kembali menatap wajah Rafael kini dengan tatapan penuh harapan sekaligus ketakutan.
'Aku ingin percaya padamu, Mas. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Tapi jika semua ini hanyalah topeng, jika kamu benar-benar pergi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku.'
Dia menarik nafas lagi, mencoba meredakan gelombang emosinya. Lagi dan lagi Stella menyapu pandang ke setiap sudut ruangan. Dalam keheningan malam itu, Stella berdoa, berharap agar apa yang dia rasakan hanyalah ilusi. Dia ingin bangkit dari ketidakpastian ini, tetapi malam ini, firasatnya tidak bisa diabaikan.
Dia menggeser tubuhnya sedikit, menatap kembali suaminya, yang masih tertidur lelap di sampingnya. Nafasnya yang teratur mengalun dalam irama yang menenangkan. Namun, entah mengapa, hati Stella tak sejalan dengan ketenangan malam itu. Ada keraguan yang menggerogoti pikirannya. Sekilas, bayangan sosok lain muncul di benaknya sosok yang seharusnya tak ada dalam hidupnya. Perasaan cemas itu kembali menghantui, membuatnya terus berusaha menenangkan diri.
'Apakah mungkin Mas Rafael ....'
Stella berpikir, meski suara hatinya bergetar, menolak untuk menyimpulkan. Dia mengingat senyuman manis Rafael, caranya memeluknya setiap malam, dan janji-janji yang telah terucap di antara mereka. Namun, bayang-bayang kecurigaan itu terus berusaha mendominasi pikirannya.
'Tak mungkin dia ....'
Stella membantah sendiri, berusaha mencari logika dalam keraguannya.
'Dia mencintai aku, kan?'
Setiap detik yang berlalu, hatinya berperang antara kepercayaan dan ketidakpastian. Dia merasakan kesedihan dan kepedihan saat memikirkan kemungkinan itu. Tiba-tiba, matanya berkaca-kaca, tetapi dia cepat-cepat menghapus air mata yang mungkin akan jatuh.
Stella mengalihkan pandangannya, menelusuri garis wajah Rafael. Dalam cahaya redup, ia melihat kedamaian, ketulusan yang selalu mengisi hatinya. Kenangan indah mereka berdua berputar seperti slide film, dari tawa yang membahagiakan hingga momen-momen sederhana yang membuat hidup terasa sempurna.
'Cintaku padamu lebih besar dari segala keraguan.'
Bisiknya dalam hati, mencoba merangkul kepercayaan yang mulai goyah.
'Aku harus percaya padamu.'
Stella menarik napas dalam-dalam, membuang semua beban pikiran yang menggerogoti.
Setelah beberapa saat berjuang melawan kegelisahan, rasa lelah mengalahkan segala keraguan. Stella memejamkan mata, merasakan ketenangan kembali menyelimuti hati. Dia kembali berbaring, dekat dengan Rafael, merasakan hangatnya tubuh suaminya yang menenangkan.
Dalam pelukan malam yang tenang, Stella berbisik lembut pada pria yang kini ada di hadapannya.
'Selamat malam, Sayang. Aku percaya padamu.'
Dan dalam hitungan menit, Stella terlelap, meninggalkan semua keraguan di balik tirai mimpi yang damai.
🍁🍁🍁
Pagi pun tiba.
Sinar matahari menyelinap masuk melalui tirai jendela kamar, menyoroti sosok pria yang sudah siap dengan pakaian kantornya. Pria itu mengenakan jas berwarna gelap dan dasi rapi yang melengkapi penampilannya. Dengan langkah mantap, dia menuju ruang makan, di mana sang istri sedang menyiapkan sarapan.
Pria itu tak lain adalah Rafael sosok seorang ayah sekaligus suami yang begitu mencintai keluarga kecil nya, tapi semua berubah setelah pertemuan nya dengan wanita yang berhasil merebut hati Rafael dari Stella.
Lambat laun perasaan Rafael terhadap Stella sedikit demi sedikit mulai terkikis, Rafael pun tak jarang selalu membandingkan penampilan Stella dengan Angel yang terlihat begitu modis membuatnya selalu bergairah saat bersama wanita nya. Namun, semua itu hanya mampu dia katakan lewat suara hatinya yang terus meronta akan kejujuran itu.
"Sayang, hari ini aku akan pergi ke luar kota untuk urusan dinas. Cuma tiga hari saja kok." Ucapnya sambil menikmati nasi goreng buatan istrinya.
Stella mengangguk, meski dalam hati dia merasa sedikit khawatir
"Jangan lupa telpon ya, Mas. Aku akan merindukanmu." Ucapnya lembut, menatap suaminya dengan penuh kasih.
"Tentu, Sayang. Aku pasti akan mengabarimu." Balas Rafael, berusaha terlihat santai. Di dalam hati dia tersenyum lebar, merasa lega karena Stella tidak curiga.
Setelah sarapan, Rafael bersiap-siap untuk pergi. Dia meraih tas kerja dan menatap Stella.
"Aku pergi dulu ya, Sayang. Jaga dirimu. Doakan perjalanan ini lancar." kata Rafael sambil mengecup kening Stella dengan seulas senyum yang terbit di bibir tipis nya.
"Semoga sukses, Sayang! Hati-hati di jalan." Jawab Stella tersenyum.
"Princess, Dad berangkat dulu ya. Kamu jangan nakal, nurut sama Mommy, ok!"
Rafael mengecup pucuk kepala sang buah hati kemudian dia melangkah keluar dari rumah dan segera menuju mobil sport miliknya.
*
Namun, alih-alih pergi ke kantor atau Bandara, Rafael mengarahkan mobilnya ke sebuah apartemen. 20 menit kemudian mobil yang dia bawa sudah tiba di sebuah gedung mewah, kemudian dia memarkirkan mobilnya ke rest area.
Dengan langkah kebar, Rafael masuk ke dalam gedung dan menaiki lift menuju lantai tujuh. Ketika pintu lift terbuka, ia melihat Angel, pacar virtualnya, menunggu di depan pintu apartemen dengan senyum menggoda.
"Wow, kamu datang tepat waktu!" Seru Angel, melangkah maju dan merangkul Rafael sembari mendaratkan ciuman di bibir pria itu. Ciuman yang begitu hangat di rasakan oleh sosok Rafael dengan rasa Chery yang memabukkan dirinya.
Beberapa detik kemudian Rafael melepaskan pagutan itu, sebelum juniornya menegang dan berakhir di ranjang sontak Rafael mengakhiri kegiatan panasnya.
"Aku sudah menyiapkan semuanya untuk kita, Sayang." Angel menatap intens wajah Rafael sembari jemari lentiknya bergerilya di dada bidang pria itu.
"Ayo, kita pergi!" Ucapnya antusias sambil meraih tangan Angel yang bermain di dada bidangnya.
Mereka pun keluar dari apartemen, menyusuri lorong menuju mobil Rafael. Di dalam mobil, Rafael melepaskan tawa bahagia. "Ini akan menjadi akhir pekan yang menyenangkan." Rafael berkata sembari menghidupkan mesin dan memacu mobilnya ke arah jalan tol, meninggalkan segalanya di belakang.
"Iya, Sayang. Aku sudah tidak sabar untuk menikmati momen bersama kita nanti." Balas Angel bersandar di bahu Rafael yang tengah mengemudikan mobil.
🍁Mansion Rafael🍁
Sementara itu, di mansion, Stella tengah menikmati makan malam bersama putrinya, tersaji beberapa menu makanan yang telah di siapkan oleh Bi Yati.
"Mom, Dad sudah telpon Mommy kah? Rafella kangen Daddy ..." Rafella menunduk sambil memasang wajah sedihnya.
"Belum, Sayang. Mungkin saja Daddy masih sibuk. Nanti kalau Daddy sudah telpon, Mommy akan menyuruh Dad menghubungimu ya." Stella coba meyakinkan sang buah hati supaya tidak terlihat sedih lagi.
Namun, saat memeriksa ponselnya, Stella melihat tidak ada satu pun pesan atau telepon yang masuk dari Rafael. Seakan ada yang mengganjal, dia merasakan keraguan. "Apa dia benar-benar pergi dinas?" Pikirnya. Tetapi, rasa cinta dan kepercayaannya kepada suaminya menahan semua keraguan itu.
"Mom ... " Panggil Rafella yang menyadarkan Stella dari lamunan nya.
Mendengar dirinya yang di panggil oleh sang buah hati sontak dia tersentak kaget, menoleh menatap putrinya.
"Eh! Iya, Sayang. Ada apa?" Jawab Stella yang baru saja sadar dari lamunan nya.
"Besok antar Rafella pergi ke sekolah ya, Mom ...." pinta sang buah hati dengan wajah melasnya.
"Iya, Sayang. Ayo, habiskan makanan nya!" seru Stella sambil tersenyum menatap putrinya.
"Yes, Mom." Sahut Rafella.
Sementara Rafael dan Angel sudah menjauh meninggalkan mansion mewah nya. Stella tetap berharap suaminya akan segera kembali. Dua dunia yang berbeda, dua rasa yang saling berseberangan cinta dan pengkhianatan, kepercayaan dan keraguan bertemu di tengah hari yang tampak biasa.
*
Di lain tempat sepasang kekasih tengah bercumbu mesra dan sedang menikmati aksinya di bawah cahaya redup yang mengelilingi nya. Terdengar desahan yang lolos dari bibir wanita yang membuat pria itu semakin bergairah, sehingga tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan nya.
"Mas Rafael! Apa yang kamu lakukan, Mas."
"S-sayang ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁
Jgn jadi wanita lemah dong stell