Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 02
MENYAMAR MENJADI WANITA KAYA
Three Days Before (Tiga Hari Sebelumnya)
Dua orang wanita berbeda penampilan, saling duduk berhadapan di sebuah cafe tertutup. Satu di antara mereka adalah wanita kaya, anak dari konglomerat Los Angeles. Pakaian yang elegan dan sedikit terbuka dengan kulit putih serta aksesoris mewah yang dia pakai.
Sementara di sisi lainnya, seorang wanita berbalut pakaian sederhana berupa kaos dan jaket hitam. berkulit putih dengan rambut sepunggung yang tergerai.
“Tugasku hanya berkencan saja kan? Maksudku, tidak ada kegiatan lainnya.” Tanya wanita cantik bernama Grace Kennedy itu kepada wanita di depannya yang bernama Jacqueline Odelia (25th). Ya, dia masih muda, lebih muda dari Grace.
“Iya. Temui pria yang akan bekerja sama dengan ayahku untuk satu hari saja. Setelah itu aku akan memberimu upah.” Jelas wanita itu membuat Grace berpikir kembali. Mereka bahkan sama-sama tidak mengerti bagaimana tampang dan kepribadian pria yang akan ditemui nanti.
“Bukankah kau butuh biaya asuransi untuk melunasi hutang.” Tebak wanita bernama Jacqueline itu membuat Grace ingat kembali dengan kejadian hari itu.
“Tapi kami korban, kenapa harus membayar semua tagihan itu?” gumam Grace sedikit didengar oleh wanita di depannya, namun dengan sigap Grace mengelaknya.
“Baiklah aku terima. Hanya untuk satu hari tidak membuatku masalah! Apa yang perlu aku lakukan? Rupanya Grace tak ada pilihan lain untuk mendapatkan uang jumlah besar, apalagi dia masih tidak ada panggilan pekerjaan.
...***...
Tanpa butuh waktu yang lama. Jacqueline mengajarkan apa saja yang harus Grace lakukan saat bertemu, bahkan pakaian dan penampilan wanita itu pun dirubah total hingga tak ada yang bisa mengenalinya sebagai Grace Kennedy.
Selang beberapa jam saat menjelang makan malam. Sepasang jenjang kaki yang indah baru saja melangkah masuk di sebuah restoran mewah.
Seorang wanita cantik bertubuh langsing bak model dengan body yang wah baru saja mencuri perhatian banyak orang di sana hingga dia berdiri tepat di salah satu meja yang terdapat seorang pria dengan setelan jas hitam panjang, rambut hitam yang rapi, kulit yang tak terlalu gelap dan tidak juga putih serta mata birunya yang selalu memikat kaum wanita.
“Good evening Mr.Vincent!” sapa wanita cantik tadi dengan nada menggoda layaknya wanita kaya yang manja pada umumnya.
Pria dengan tatapan tegas dan dingin itu menatap intens dari ujung kaki sampai rambut pendek lurus wanita di depannya saat ini.
“Good evening Mrs. Jacqueline— ”
“A, a, a, a... Call me Jac!” potong wanita itu sedikit memperjelas bibir seksinya yang merah merona.
Sejujurnya dia bukanlah Jacqueline yang asli, tapi Grace Kennedy.yang menyamar menjadi wanita itu. Tanpa diminta, Grace duduk berhadapan dengan pria tampan berkarisma yang memiliki rahang tegas.
-‘Oh, dia benar-benar bukan manusia. Dia sangat tampan.... Tapi sedikit, acuh.’ Batin Grace dalam hati.
“Jadi Nyonya Jac! Ayahmu meminta pertemuan ini hanya untuk merayuku agar aku mau bekerjasama dengan bisnisnya.” Jelas pria bernama Vincent itu terdengar santai dan bersuara berat.
Segelas wine baru saja pria itu tuangkan untuk Jacqueline alias Grace.
“Kau tahu apa sebutan kasarnya?”
Kini pria itu menatapnya tajam. “Menjual putrinya sendiri hanya untuk berbisnis! Konyol sekali.” Tak ada tawa melainkan smirk licik yang pria tu tunjukkan.
Sementara Grace terkejut mendengarnya. Kehidupan orang kaya memang berbeda. Tapi bodohnya Grace, dia tak tahu bahwa yang sedang dia hadapi adalah seorang mafia beringas, hot, and cruel!
Meski sejujurnya Grace mulai gugup dan panik, wanita itu pandai merubah topik menjadi lebih releks. “Ah, itu... Aku sudah mengetahuinya. Dan soal menggodamu— ”
Wanita itu berhenti saat matanya melirik menatap Vincent yang juga sama menatapnya. -‘Sial! Tiba-tiba tubuhku merinding. Auranya benar-benar mencengkram ku.’ Grace tersadar kembali dengan senyuman remang. “I'm sorry!” lanjutnya terlihat bodoh.
Bahkan di kedua sisi pria itu ada anak buah berbadan besar-besar yang siap menjaga bos mereka. Grace menelan ludahnya kasar, jika sampai salah bicara mungkin nyawanya akan terancam.
“Lupakan soal bisnis untuk sejenak! Apa kau tidak merasa jijik melihatku? Maksudku, penampilan seksi seperti ini sangat jarang dipakai, iya kan!” kekonyolan apa lagi ini. Sambil menyelipkan rambutnya di balik telinga, Grace juga membelai leher jenjangnya dengan jari-jarinya dengan kuku panjang warna merah.
Bahkan dress merah merona yang ia pakai hanya memperlihatkan belahan dada dan pahanya yang mulus. Masih Ada banyak pakaian yang lebih terbuka yang pernah Vincent lihat di tubuh para wanita lainnya.
Pria itu masih diam sehingga Grace terlihat seperti seseorang yang berbicara sendiri.
Merasa bodoh sendiri, Grace kembali diam dan mulai meneguk segelas wine nya hingga habis. Sementara Vincent masih mengamatinya. “Sudah punya kekasih?” tanya Vincent.
Mendengar hal itu Grace sedikit terkejut hingga hampir tersedak. “Ak-aku... Hahaha! Tentu saja tidak. Sudah lama aku ingin bersamamu Mr.Vin!” ucap Grace. Ucapan dan hati sangatlah berbeda. Grace bahkan merasa aneh dengan ucapan tersebut, tapi bagaimana lagi, itu merupakan dialog dari Jacqueline.
Dengan curiga, Vincent menatap wanita di depannya sementara Grace masih menggertakkan giginya di dalam rongga mulutnya.
“Bawa dia.” Seketika suara perintah dari Vincent kepada kedua anak buahnya membuat Grace terbelalak polos dan kebingungan. Tanpa pikir panjang, pria bernama Vincent itu berjalan pergi dan salah satu anak buahnya yang bertubuh besar berkulit cokelat langsung menggendong Grace bak karung beras.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Hei lepaskan aku. HELP ME!! HELP ME!” teriak Grace meminta tolong kepada orang-orang yang berada di restoran mewah tadi hingga suaranya serak. Namun tak ada yang memperdulikannya.
Napas Grace mulai memburu dan dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa berdoa agar nyawanya terselamatkan. Tangan Grace mencoba memukul punggung pria bertubuh besar itu, namun tak sekuat wonder woman.
Dengan kasar Grace di lempar ke dalam mobil lalu kedua matanya ditutup oleh kain merah dan kedua tangannya juga ditali. “Hei, aku mohon lepaskan aku. Kalian bisa dituntut dan di penjara.” Sentak Grace tak terima dengan perilaku pria bernama Vincent itu.
“Kau yang bermain dulu denganku, Mrs. Jacqueline! Ayo jalan.” Suara dingin bercampur seringaian kecil sungguh mengerikan.
Grace yang duduk di belakang mobil bersama Vincent hanya bisa menoleh ke akan dan kiri karena dia tidak bisa melihat apapun. -‘Aku bukan Jac, aku bukan Jac. Oh, Ya Tuhan tolong aku hahh— hahh— Hahh... ’ Grace menelan ludahnya karena tenggorokannya mulai kering karena panik.
Tas nya juga belum sempat dia bawa, dia tidak bisa meminta tolong kepada wanita bernama Jacqueline itu. -‘Jangan bilang kalau ini jebakan nya.’ Gerutu Grace dalam hati benar-benar ketakutan.
Vincent menoleh ke wanita yang tak bersuara namun napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun tak karuan hingga peluh membasahi leher serta dadanya. Pria itu menyeringai licik, jari telunjuknya terulur mengusap butiran tetes keringat yang hampir masuk ke sela belahan dada Grace.
Saat kulit jari Vincent menyentuh kulitnya, Grace terkejut bak disengat listrik hingga dia meronta kasar namun Vincent langsung menekan lehernya ke dinding mobil.