Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Manyun - part 1
Kanaya masih tertawa-tawa geli melihat Galan yang duduk dengan setengah manyun. Gara-gara tadi ada seorang polisi yang mengetuk-ngetuk mobil jadi bikin mereka batal menonton. Apalagi tadi Galan sempat disuruh turun dan juga dinterogasi sekitar lima belas menit. Dia sempat cerita kalau dia kesal karena melihat polisi yang menegur dia terlihat tidak mau percaya sama sekali. Tapi Galan berusaha meyakinkan kalau dia memang tidak berbuat yang aneh-aneh dengan Kanaya. Memang benar karena dia cuma mengecup Kanaya sebentar aja. Huh!
Tapi yang bikin Galan manyun adalah kalau dia tetap mendapatkan surat cinta dari polisi yaitu surat tilang sebagai pelanggaran memarkirkan mobil di tempat yang memang tidak boleh ada mobil yang berhenti. Bikin tambah kerjaan aja kalau dia besok harus ke kantor polisi untuk mengurat surat-suratnya juga.
"Ya ampun makin ganteng aja calonnya aku kalo tambah manyun gini." Kanaya meledeki Galan dengan geli.
Memang lucu banget melihat Galan yang benar-benar manyun di mobil. Malam itu akhirnya mereka pergi ke Menteng untuk makan nasi goreng. Tapi Galan mau makan di mobil aja katanya. Soalnya memang ramai dan dia udah lapar banget gara-gara diinterogasi sama polisi. Padahal tadi niatnya setelah menonton dia mau ngajak Kanaya makan di salah satu restaurant Italia di dalam mallnya. Sebenarnya bisa aja tetap makan walau nggak nonton. Cuma tadi jalanan lagi super macet banget mengingat besok sudah weekend. Jadi jalan satu-satunya adalah makan di Menteng aja apalagi perut Galan sudah kukuruyuk sepanjang jalan. Banyak makanan enak juga kebetulan disana.
"Diem kamu! Nggak usah ngomong!" Galan masih belum meredakan manyunnya. Kanaya benar-benar jadi tertawa ngakak sekarang. Dia memeluk Galan dan mengecupnya dengan gemas.
"Gemes bangettttttt! Besok aku temenin ya ke kantor polisi sayang." ucap Kanaya sambil merangkul bergelayutan di leher Galan.
"Auk!" Galan ngedumel dengan raut sewotnya. Kanaya berusaha menahan tawanya dengan menggigit lidah dia.
"I love you muah, muah, muah, muah!" Kanaya mengecup-ngecup pipi Galan berkali-kali dan kembali ke posisi duduknya.
Galan jadi tersenyum dalam hati dia. Kanaya memang menggemaskan kalau udah melihat Galan yang lagi kesal. Dia sering melakukan hal-hal manja untuk meredakan suasana hati Galan yang misalnya sedang mengalami mood tidak baik. Kalau Galan bercerita tentang kerjaan dia yang lagi bikin pusing pasti Kanaya berperilaku manja dengan dirinya. Selalu mencari cara dalam mengambil hati dia agar bisa kembali tersenyum. Dan Kanaya memang selalu berhasil melakukannya.
"Coba liat. Bagus nggak?" Kanaya tiba-tiba memperlihatkan gaya model warna rambut pada Galan. Warna dark burgundy yang membuat variasi warna rambut burgundy dengan dasar merah yang dicampur dengan cokelat, ungu, dan tone hitam. Hasilnya adalah warna merah anggur pekat.
"Kamu mau warnain rambut?" tanya Galan yang langsung dibalas Kanaya dengan ekspresi nyengir kuda.
"Bagus nggak?" Kanaya merangkul manja Galan agar dia mengijinkan Kanaya mengganti warna rambutnya.
Sebenarnya Galan bukan tipikal yang suka melarang Kanaya setiap dia mau memperlihatkan penampilannya. Bagi Galan, Kanaya selalu cantik apapun gaya dia karena dia memang sangat cantik sekali. Apa yang Kanaya kenakan selama ini tidak pernah dia protes sekali pun. Tapi tidak ada salahnya menanyakan pendapat Galan bagi Kanaya. Apalagi Galan adalah calon suami dia nanti. Dia juga ingin membuat penampilan dia menjadi hal yang selalu disukai oleh mata Galan.
"Bagus. Kamu diapain juga bagus. Di warnain orange juga bagus kayaknya." Galan sedikit memberikan ide untuk Kanaya. Membayangkan juga kalau rambut Kanaya warna orange. Yang jelas sih apapun warna rambut Kanaya dia tetap akan selalu cantk. Cuma nggak tahu aja Kanaya mau apa nggak dengan ide dia itu.
"Ihhh! Kurang ajar! Enak aja kuning! Masa iya rambut aku diwarnain orange!" Kanaya jadi cemberut. Ada-ada aja deh ide Galan! Masa iya nyuruh dia warnain rambut jadi orange.
Galan langsung tertawa ngakak. Tapi dia memang penasaran kalau Kanaya merubah warna rambutnya jadi orange. Mungkin bisa cocok di diri dia.
"Bagus kayaknya deh. Jadi kayak singkong balado." Galan semakin tertawa geli.
"Galan kurang ajar lo ya! Lo aja tuh yang warnain rambut lo jadi warna hijau sama kuning. Belang-belang!" Kanaya mencibir. Galan berusaha meredakan tawa dia walau dia masih pengen banget tertawa rasanya.
"Kayak kue talam dong aku." Galan cekikikan melihat Kanaya yang udah manyun.
"Iya! Kayak kue talem biar aku makan sekalian!"
"Mau dong di makan kamu." ucap Galan dengan nada jahilnya.
"Ihhh dasar om-om genit!"
"Eh sialan lo ya ngatain gue om-om!" gantian Galan yang cemberut. Kanaya balik menertawai Galan yang suka kesal kalau Kanaya meledeki dia dengan sebutan om-om. Biarin aja dia ngambek!
"Om ganteng. Mau beli nggak rokoknya." Kanaya mencolek dagu Galan layaknya dia sedang menggoda. Galan langsung menoleh ke arah Kanaya.
"Tuh kan kamu pasti pernah ya jadi SPG-SPG gitu!" tuduh Galan melihat Kanaya yang menawarkan dia rokok seperti sales promotion girl.
Jadi ingat tentang pengalaman dia dulu kalau sedang nongkrong. Selalu ada aja sales promotion girl yang menawarkan barang jualan mereka dengan cara genit-genit. Meski tidak semua sih tapi Galan selalu mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan. Galan menatap Kanaya dengan raut sedikit kesal. Jadi membayangkan Kanaya yang jadi sales promotion girl ke cowok-cowok.
Meski Kanaya memang tidak pernah bekerja jadi sales promotion girl tapi Galan selalu aja kesal kalau Kanaya udah berlagak demikian. Maklum aja Galan nggak pernah suka kalau Kanaya bekerja menjadi sales promotion girl. Bukan merendahkan pekerja seperti sales promotion girl tapi Galan sama sekali tidak mau kalau Kanaya menawarkan barang-barang yang mayoritas adalah laki-laki. Sudah pasti akan banyak yang menggoda dia atau iseng menanyakan nomor telepon.
"Mana pernah kerja sih akunya. Emang pengen sih freelance cuma sayang aja belom sempet coba-coba." ungkap Kanaya.
Sudah lama dia pengen kerja freelance cuma belum sempat ada yang cocok. Banyak sih tawaran dari teman-teman dia yang juga melakukan freelance. Cuma sayang aja Galan nggak pernah setuju dengan pekerjaan yang Kanaya ambil. Alasannya Kanaya harus fokus kuliah tanpa mengambil pekerjaan apapun itu. Dia nggak mau pikiran Kanaya yang lagi kuliah bisa terbagi dengan pekerjaan yang sifatnya sementara. Lagian kalau dia fokus kan Kanaya jadi bisa lulus secara tepat waktu dan dia bisa menikahi Kanaya setelah lulus kuliah.
"Awas ya pokoknya kamu nggak boleh kerja kayak gitu!"
"Tapi yang lain boleh kan?" Kanaya menyandarkan kepala dia di bahu Galan. Tangannya merangkul tangan Galan dengan manja. Sekalian dia membujuk Galan agar mengijinkan dia bekerja.
Pengen juga merasakan kerja seperti teman-temannya. Meski Kanaya memiliki kehidupan yang sudah sangat berkecukupan tapi dia selalu senang dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat dirinya menambah pengalaman. Apalagi dia juga sudah merasakan kerja dengan membantu usaha mamanya. Pasti akan seru jika dia bisa cari kerja dengan usahanya sendiri. Jadi wanita karier hihihi.
"Boleh tapi kapan-kapan." jawaban Galan yang terdengar asal membuat Kanaya mengangkat kepalanya dari bahu Galan.
"Kok kapan-kapan sih? Pokoknya kalo udah lulus kuliah aku mau kerja!" Kanaya memperlihatkan raut mukanya yang setengah melotot dengan nada ketegasan dia. Tapi Galan terlihat santai-santai aja meski Kanaya memasang muka layaknya guru BK.
"Kamu lulus nanti kan kita mau siap-siap nikah."
"Iya emang tapi kan aku juga mau kerja."
"Kamu kan udah kerja nanti pas nikah sayang."
"Kerja apa? Emangnya kamu udah cariin aku kerjaan buat nanti kalo kita udah nikah?" tanya Kanaya yang terlihat antusias. Dia benar-benar tidak menyangka tentang apa yang sudah disiapkan oleh Galan.
Galan memang sangat matang dalam mempersiapkan semuanya. Bahkan Kanaya aja masih tidak habis pikir kalau dia akan memberikan Kanaya pekerjaan nanti jika mereka sudah menikah. Galan juga pernah bilang kalau dia tidak akan melarang Kanaya yang mau bekerja jika nanti sudah menikah. Yang penting Galan akan selalu mengantar dan menjemput Kanaya. Apapun yang Kanaya lakukan Galan akan selalu mendukung Kanaya selama itu adalah hal positif.
Galan tertawa kecil melihat Kanaya yang sangat antusias sekali. Sudah kelihatan sekali kalau dia adalah perempuan yang pekerja keras. Dia bisa melakukan banyak hal. Disamping dia memang bisa, dia juga mau melakukannya. Karena banyak orang yang bisa melakukannya tapi mereka malah enggan melakukannya.
Bahkan Kanaya tidak pernah malu dalam membantu mamanya yang berjualan catering makanan. Dia ikut memasarkan di social media dalam mempromosikan jualan mamanya yang sekarang sudah banjir dengan para konsumen tetap. Sampai saat ini mamanya sudah memiliki beberapa karyawan untuk membantu jualannya. Dulu Galan pernah ikut mengantar Kanaya yang kebagian mengantarkan pesanan-pesanan makanan. Tidak pernah dia melihat Kanaya yang mengeluh sedikit pun walau dia membawa banyak pesanan kotak makanan.
"Kamu emang kasih aku kerjaan apa nanti? Satu tempat kerjaan sama kamu nggak?" Kanaya semakin antusias menunggu jawaban dari Galan. Lucu juga kalau dia nanti bisa satu tempat kerja sama Galan. Udah tinggal satu rumah dan kerja juga bareng. Pasti bikin Kanaya semakin semangat.
Galan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Dia sudah tahu kalau hal itu akan membuat Kanaya semakin senang sekali. Lihat saja senyuman Kanaya yang sangat sumringah saat mendengarnya.
"Aku jadi posisi apa? Pasti kamu kasih aku posisi jadi personal assistant kamu ya?" tebak Kanaya yakin. Sudah ketebak banget ide Galan yang akan mempekerjakan dia sebagai assistant pribadi untuk mengurusi Galan dan bisa ikut kemana pun kalau Galan ada meeting di luar. Sekalian memantau Kanaya pastinya! Tapi apapun pekerjaannya yang pasti Kanaya akan sangat senang sekali.
"Iya kamu asisten aku nantinya. Kamu siapin aku makanan, siapin aku pakaian kalo mau ke kantor, nungguin aku pulang kerja, kita mandi bareng, tidur bareng dan mesra-mesraan bareng."
Kanaya terdiam sejenak mendengarkan penjelasan Galan. Kenapa kerjaan dia jadi ada mandi bareng dan segala mesra-mesraan? Emangnya Galan nggak malu apa ya meski dia udah nikah nanti tapi tetap aja kan nggak enak kalau mau menampilkan segala kemesraan di tempat umum.
"Emangnya kamu nggak malu nan..." Kanaya menghentikan ucapannya seketika. Dia baru sadar pekerjaan apa sebenarnya yang dimaksud oleh Galan.
"Kenapa sayang?" tanya Galan lembut. Tapi kelihatan sekali kalau dia sedang menahan tawa dia karena dia tahu kalau Kanaya sudah berhasil menebak pekerjaan apa sebenarnya buat dia nanti.
"Maksud kamu aku kerja di rumah jadi ibu rumah tangga yaaaaaa?????" Kanaya setengah teriak dengan kekesalannya.
"HAHAHAHAHHAHAHAHHAHAHAHAHA... iya kamu di rumah aja yaaaa."
"NGGAK MAUUUUUUUU!!"
"Nurut sama suami!"
"Nggak mauuuu! Beloman jadi suami jadi jangan kurang ajar!"
"Eh kamu yang nggak boleh kurang ajar tau!"
"BODO AMATTTTTT!"
***