Seorang kultivator Supreme bernama Han Zekki yang sedang menjelajah di dunia kultivasi, bertemu dengan beberapa npc sok kuat, ia berencana membuat sekte tak tertandingi sejagat raya.
Akan tetapi ia dihalangi oleh beberapa sekte besar yang sangat kuat, bisakah ia melewati berbagai rintangan tersebut? bagaimana kisahnya?
Ayo baca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Sevian Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Seiring berjalannya waktu, Sekte Nusantara terus berlatih dan mempersiapkan diri. Fei Rong dan Mei Lin semakin berkembang di bawah bimbingan Zekki dan para seniornya, Li Shen dan Yuna. Latihan intens dan meditasi mendalam yang mereka lakukan setiap hari telah membuat mereka semakin kuat dan percaya diri. Namun, Zekki tahu bahwa kekuatan sejati hanya bisa ditempa melalui pengalaman nyata. Untuk itu, ia merencanakan ujian pertarungan bagi Fei Rong dan Mei Lin—uji kemampuan sekaligus ujian mental mereka.
Pagi itu, Zekki mengumpulkan mereka di halaman utama sekte. Udara segar pegunungan dan sinar matahari yang hangat membuat suasana terasa lebih hidup. Fei Rong dan Mei Lin berdiri di depan Zekki, tatapan mereka serius namun penuh antusiasme.
“Hari ini, kalian akan menjalani ujian pertarungan,” kata Zekki dengan suara tegas. “Ini bukan hanya latihan seperti biasanya. Kalian akan menghadapi lawan yang sebenarnya, dan aku ingin melihat sejauh mana kalian bisa mengaplikasikan semua yang telah kalian pelajari.”
Mata Fei Rong berbinar mendengar kata "pertarungan". Wajahnya menunjukkan semangat yang tinggi, sedangkan Mei Lin tetap tenang namun tampak sedikit tegang.
“Ujian ini akan membantu kalian untuk mengukur kemampuan kalian sendiri, mengetahui batasan kalian, dan juga menemukan kelemahan yang masih harus diperbaiki,” lanjut Zekki. “Ingat, pertarungan bukan hanya soal menang atau kalah. Yang penting adalah bagaimana kalian mengatasi tekanan dan tetap tenang dalam situasi sulit.”
Fei Rong mengepalkan tangannya, tak sabar untuk segera bertarung. “Aku siap, Tuan Zekki! Aku ingin menunjukkan hasil latihanku!”
Mei Lin mengangguk pelan, meskipun wajahnya menunjukkan sedikit keraguan. “Aku akan melakukan yang terbaik, Tuan Zekki.”
Zekki mengangguk puas. “Baiklah. Untuk ujian ini, kalian akan bertarung melawan Li Shen dan Yuna secara bergantian. Mereka akan memberi kalian tantangan yang cukup berat, jadi jangan remehkan.”
Fei Rong dan Mei Lin menatap Li Shen dan Yuna dengan penuh respek, tapi juga dengan sedikit rasa gugup. Mereka tahu bahwa Li Shen dan Yuna adalah kultivator yang jauh lebih berpengalaman, dan melawan mereka bukanlah perkara mudah.
Pertarungan Pertama: Fei Rong vs. Li Shen
Fei Rong berdiri di tengah lapangan latihan, memasang kuda-kuda dengan penuh semangat. Li Shen, yang dikenal dengan kekuatan fisiknya yang luar biasa, berdiri di depannya sambil tersenyum santai.
“Fei Rong, kau harus tahu,” kata Li Shen sambil meregangkan ototnya, “aku nggak akan mengasihanimu hanya karena kau murid baru. Kau harus serius kalau mau bertarung melawan aku.”
Fei Rong tertawa kecil. “Tenang saja, Kak Li! Aku sudah siap!”
Zekki mengangkat tangannya sebagai tanda untuk memulai. “Mulai!”
Tanpa ragu, Fei Rong langsung melancarkan serangan pertama. Dia melompat maju dan mengayunkan tinjunya ke arah Li Shen dengan kecepatan tinggi. Namun, Li Shen dengan mudah menghindari serangan itu dan membalas dengan dorongan telapak tangan ke dada Fei Rong, membuatnya terdorong mundur beberapa langkah.
“Jangan terlalu terburu-buru, Fei Rong,” kata Li Shen dengan nada tenang. “Kekuatan tanpa kontrol hanya akan membuatmu mudah dipatahkan.”
Fei Rong mengangguk, mencoba untuk mengendalikan antusiasmenya. Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu kembali maju dengan gerakan yang lebih terukur. Kali ini, dia berusaha membaca gerakan Li Shen sebelum melancarkan serangan.
Li Shen melihat perubahan dalam cara bertarung Fei Rong dan mengangguk kecil. “Bagus, lebih tenang. Sekarang, coba tangkis serangan ini!”
Li Shen melancarkan serangan bertubi-tubi dengan cepat, dan Fei Rong berusaha sekuat tenaga untuk menangkis setiap serangan. Keringat mulai mengalir di wajahnya, tapi dia terus bertahan, menunjukkan ketahanan fisik yang luar biasa.
Saat Li Shen mencoba melancarkan serangan terakhir, Fei Rong melihat celah dan melompat ke samping, menghindari serangan itu dan melancarkan pukulan ke arah Li Shen. Meskipun serangan itu berhasil mengenai Li Shen, dampaknya tidak terlalu besar. Namun, Li Shen tersenyum puas.
“Kau mulai paham, Fei Rong. Terus kembangkan ketenanganmu,” kata Li Shen sambil mengangguk.
Zekki mengangkat tangannya, menandakan akhir dari pertarungan. “Baik, cukup untuk sekarang. Fei Rong, kau sudah menunjukkan perkembangan yang bagus. Terus asah pengendalian diri dan perhatikan setiap gerakan lawan.”
Fei Rong mengangguk, meskipun napasnya masih terengah-engah. “Terima kasih, Tuan Zekki. Aku akan berlatih lebih keras lagi.”
Pertarungan Kedua: Mei Lin vs. Yuna
Sekarang giliran Mei Lin untuk bertarung. Dia berdiri berhadapan dengan Yuna, yang memasang senyum lembut namun penuh keyakinan. Meskipun Yuna terkenal dengan kemampuannya dalam penyembuhan, dia juga memiliki keterampilan bertarung yang tidak bisa diremehkan.
“Mei Lin,” kata Yuna dengan lembut, “jangan terlalu tegang. Lakukan yang terbaik, dan fokus pada kekuatan serta ketenanganmu. Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa mengendalikan dirimu.”
Mei Lin mengangguk, mencoba untuk menenangkan diri. Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu memasang kuda-kuda yang stabil.
Zekki mengangkat tangannya lagi. “Mulai!”
Yuna memulai pertarungan dengan langkah cepat. Dia mendekati Mei Lin dan melancarkan serangan ringan untuk menguji reaksi muridnya. Mei Lin dengan tenang menghindari serangan-serangan itu, matanya tetap fokus pada setiap gerakan Yuna.
Melihat ketenangan Mei Lin, Yuna meningkatkan intensitas serangannya. Dia meluncurkan beberapa serangan cepat yang sulit dihindari. Namun, Mei Lin menunjukkan kemampuan bertahan yang mengesankan. Meskipun beberapa serangan mengenai tubuhnya, dia tetap berdiri teguh dan mencari celah untuk melancarkan serangan balik.
Akhirnya, saat Yuna membuka sedikit ruang, Mei Lin meluncurkan tendangan ke arah Yuna. Meskipun Yuna berhasil menangkisnya, dia tersenyum bangga melihat keberanian Mei Lin untuk menyerang.
“Bagus, Mei Lin. Kau sudah lebih percaya diri. Terus asah keberanian dan ketenanganmu,” kata Yuna.
Zekki kembali mengangkat tangannya, mengakhiri pertarungan. “Mei Lin, kau sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Teruslah berlatih, dan jangan takut untuk mengambil risiko.”
Mei Lin mengangguk, merasa lebih percaya diri. “Terima kasih, Tuan Zekki. Aku akan berusaha lebih keras.”
Latihan Khusus: Penciptaan Energi Bersama
Setelah pertarungan selesai, Zekki mengumpulkan mereka semua kembali di tengah lapangan. Ia memiliki rencana latihan khusus untuk meningkatkan kekompakan dan kemampuan mereka dalam bekerja sama.
“Kalian semua sudah berlatih dengan baik, tapi sekarang aku ingin kalian mencoba latihan yang berbeda,” kata Zekki sambil menatap mereka satu per satu. “Latihan ini membutuhkan kekuatan dan keselarasan energi kalian sebagai sebuah tim.”
Fei Rong mengerutkan kening, merasa bingung. “Apa maksudmu, Tuan Zekki?”
“Kalian akan bekerja sama untuk menciptakan aliran energi bersama,” jelas Zekki. “Ini adalah latihan untuk menggabungkan energi kalian dan membuatnya stabil. Ini akan sangat berguna dalam pertarungan tim, terutama ketika kalian menghadapi lawan yang jauh lebih kuat.”
Zekki memimpin mereka untuk duduk dalam lingkaran, saling berhadapan dan meletakkan tangan mereka ke arah satu sama lain. “Fokuskan energi kalian ke tengah lingkaran, bayangkan energi kalian saling terhubung, membentuk satu aliran yang stabil.”
Mereka semua menutup mata, berusaha mengikuti instruksi Zekki. Perlahan-lahan, Fei Rong, Mei Lin, Li Shen, dan Yuna mulai merasakan energi mereka saling bertautan, seolah-olah ada aliran hangat yang menghubungkan mereka.
Namun, proses ini tidak mudah. Terkadang, energi Fei Rong terlalu kuat dan membuat lingkaran energi goyah. Di lain waktu, energi Mei Lin terasa lemah dan hampir menghilang. Tapi dengan bimbingan Zekki, mereka perlahan-lahan mulai menemukan ritme yang selaras.
“Aku bisa merasakannya,” bisik Mei Lin dengan nada kagum. “Energi kalian… seolah-olah menjadi bagian dari diriku.”
Fei Rong tersenyum, meskipun matanya tetap terpejam. “Iya, ini… luar biasa. Rasanya seperti kita semua adalah satu kesatuan.”
Yuna mengangguk perlahan, merasakan ketenangan dan kedamaian yang mendalam dari aliran energi itu. “Inilah kekuatan sebenarnya dari persaudaraan dan kebersamaan. Kekuatan yang tidak bisa dihancurkan oleh siapa pun.”
Saat latihan ini selesai, mereka semua membuka mata, merasakan kedekatan yang lebih dalam satu sama lain. Zekki tersenyum, merasa bangga melihat hasil latihan ini. Dia tahu bahwa ikatan yang mereka bentuk hari ini adalah kekuatan yang jauh lebih kuat daripada kekuatan fisik atau teknik bertarung. Ini adalah fondasi dari Sekte Nusantara.
“Latihan ini akan terus kita lakukan,” kata Zekki. “Dengan begitu, setiap kali kalian bertarung bersama, kalian akan bisa saling mendukung, bahkan tanpa kata-kata. Inilah kekuatan dari sebuah sekte yang sebenarnya.”
Fei Rong, yang biasanya ceria dan penuh canda, kali ini menunjukkan wajah serius. “Tuan Zekki, terima kasih. Aku tidak pernah merasa sekuat ini. Aku janji akan terus berlatih dan melindungi sekte ini bersama kalian semua.”
Mei Lin mengangguk setuju, matanya berbinar. “Aku juga. Terima kasih, Tuan Zekki, untuk kesempatan ini. Aku akan melakukan yang terbaik.”
Li Shen dan Yuna saling bertukar pandang, tersenyum penuh kebanggaan. Mereka tahu bahwa mereka telah membangun sesuatu yang berharga di Sekte Nusantara, dan mereka tidak akan membiarkan siapa pun menghancurkannya.
Malam itu, mereka semua berkumpul di aula utama, merayakan keberhasilan latihan mereka dengan hidangan sederhana. Suasana penuh canda dan tawa, mempererat ikatan mereka lebih dalam lagi. Meskipun ancaman dari Sekte Langit Timur dan sekte-sekte besar lainnya masih membayangi, mereka tidak merasa gentar.
Di bawah bintang-bintang yang berkilauan di langit, mereka duduk bersama, berbagi cerita, dan merencanakan masa depan. Sekte Nusantara mungkin masih kecil, tapi mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh sekte-sekte besar—persahabatan, kepercayaan, dan tekad untuk melindungi satu sama lain.
Zekki memandang murid-murid dan sahabat-sahabatnya dengan rasa bangga dan harapan yang mendalam. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa mereka telah menemukan kekuatan sejati, kekuatan yang tidak bisa dihancurkan oleh siapa pun. Dan selama mereka bersama, mereka yakin bisa menghadapi apa pun yang datang.
Dengan semangat baru, Sekte Nusantara melangkah maju, lebih kuat dan lebih bersatu dari sebelumnya, siap menghadapi tantangan apa pun yang menanti mereka di masa depan
datng duel pergi datang duel pergi hadehhhhhh
apa gak da kontrol cerita atau pengawas
di protes berkali kal kok gak ditanggapi
bok ya kolom komentar ri hilangkan