Awalnya pertemuan tak sengaja dan berujung di ranjang tetangga.
Saking kesepiannya, Intan Novalia berselingkuh dengan tetangganya yaitu seorang dosen bernama Doni pratama.
Keseringan di tinggal dinas oleh sang suami yaitu Indra Arshaka. Intan, secara diam-diam menduakan suaminya sendiri tanpa sepengetahuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 7
Drap.. Drap.. Drap..
Indra nampak sedang berjalan cepat menuju apartemennya. Dia merasa cukup gelisah karena sudah terlalu lama meninggalkan Intan di apartemen.
"Aku tidak ingin membuat Intan lebih kesal padaku." Gumamnya.
Saat itu juga Indra memencet sandi pintu apartemennya dan tak lama kemudian pintu pun terbuka.
Indra tahu, seharusnya dia seharian ini menemani sang isteri yang sedang berulang tahun. Namun, dia lebih tahu sifat sang ibu yang tak ingin membuat Intan semakin di benci.
Ceklek
Saat itu juga, pandangan Indra tertuju pada seseorang yang kini ada di depan matanya. Ya, dia melihat Doni dan Intan terlihat sedang duduk di lantai.
"Lho, ada apa ini?" Tanya Indra sambil menatap bingung mereka berdua. Dahinya juga sampai mengerut melihatnya.
Intan pun mendongak. "Ah, ini.. Kami sedang membersihkan pecahan gelas, mas."
Sebenarnya situasinya tadi bisa gawat jika Indra melihatnya. Untung saja, Intan segera mengurai pelukannya saat mendengar pintu apartemen terbuka.
"Siang, mas Indra. Maaf, saya berkunjung kesini sebentar." Ucap Doni menyapa Indra dengan sopan.
"Astaga, kenapa kamu tak menyuruh bi Narsih yang membersihkannya, sayang?" Ucap Indra panik karena melihat sang isteri sedang membersihkan beberapa pecahan gelas di lantai.
Intan hanya tersenyum tipis. "Bi Narsih sedang mencari kotak p3k di dapur, karena mas Doni tak sengaja tangannya menyentuh pecahan gelas tadi."
Dengan cepat Indra langsung mendekat ke arah mereka, Indra melihat tangan Doni yang berlumuran darah. Sepertinya luka itu cukup dalam, karena darah tersebut terus keluar dari telapak tangan Doni.
"Sudah-sudah, kalian berdiri saja. Biar bi Narsih nanti yang membersihkan semua ini. Mas Doni, ayo basuh dulu tangan anda, takutnya terkena infeksi."
Doni pun mengangguk saat mendengar ucapan Indra, dan setelah itu dia langsung berdiri. Doni menatap darah miliknya yang berceceran di atas lantai. Tak hanya itu, dia pun sedikit melirik ke arah Intan dan Intan pun tersadar dengan tatapan Doni.
"Saya pinjam kamar mandinya sebentar ya, saya juga sepertinya harus mengganti pakaian, kemeja saya terkena cukup banyak darah." Ucap Doni melirik pakaiannya sendiri yang terkena darah.
"Saya akan pinjamkan baju saya, mas. Mungkin pakaian saya akan pas di tubuh anda. Sebentar ya.. Dan sayang, tolong kamu antar mas Doni ke kamar mandi yang ada di kamar tamu, aku akan cari pakaian dulu."
Doni merasa tak enak karena sudah merepotkan Intan dan juga Indra. "Aduh, mas. Saya gak enak nih. Saya malah merepotkan kalian berdua.
"Gak papa, kita tetangga. Jangan sungkan." Ucapnya langsung pergi menuju kamar.
Sedangkan itu, Doni dan Intan menuju ke kamar sebelah.
"Ayo, mas. Saya akan antar kamu ke sana." Ucapnya dengan nada lembut.
Doni hanya mengangguk pelan dan sesekali melirik Intan. Dalam hatinya, dia terus memuji kecantikan Intan dan sosok lembut Intan yang berhasil menarik perhatiannya.
Terlepas terjadinya adegan tadi pagi yang akhirnya membuat mereka canggung, pesona Intan memang benar-benar berhasil memikat dirinya.
Sepertinya Doni paham, kalau Intan ini sebenarnya adalah wanita kesepian yang kurang sentuhan suami. Namun dia tak ingin melewati batas itu karena status Intan adalah isteri orang.
Ceklek
"Nah, silahkan masuk. Kamar mandinya disana. Saya akan menunggu di sini, anda bisa kesana langsung." Ucapnya menunjuk kamar mandi. Sedangkan Intan akan menunggu di dalam kamar.
Doni pun hanya mengangguk. Tanpa menunggu lama, Doni langsung masuk ke kamar mandi. Intan sesekali melihat isi dalam kamar lalu duduk di atas ranjang. Beberapa kali dia menghela nafasnya saat teringat situasi dimana tadi dia malah memeluk Doni.
"Duh... Kau benar-benar bodoh, Intan. Kenapa kau melakukan kesalahan lagi? Pake meluk-meluk segala lagi. Pasti mas Doni akan semakin risih jika berdekatan denganku." Gumamnya kesal mengingat kejadian tadi. Intan bahkan terus menyalahkan dirinya yang selalu berprilaku ceroboh.
"Sial, cincinku...? Astaga, aku meletakannya di atas meja tadi, bagaimana ini." Tiba-tiba teringat lagi tentang cincinnya. Intan pun mencoba beranjak dari duduknya dan mencoba untuk keluar dulu dari kamar.
Saat Intan menyentuh gagang pintu mencoba untuk membuka, tiba-tiba pintunya tak bisa di buka dan terkunci.
"Lho, kenapa gak bisa di buka?
Sekali lagi Intan menunjukkan wajah paniknya, karena pintu tersebut susah sekali untuk di buka. Oh ayolah, Intan terus menerus merasa sial hari ini, padahal hari ini masih hari ulang tahunnya.
"Yakkk, kuncinya ada di mana sih?" Pekiknya kesal karena kunci pintu kamar tak ada menempel di gagang pintu.
Intan memang tak tahu. Kalau sebenarnya, pintu kamar yang ini memang sudah rusak dan harus di ganti. Pintu kamar ini kadang selalu mengunci sendiri.
"Aduh.. Kenapa juga mas Indra lama? Huwaaaa hari ulang tahunku berubah menjadi hari sial." Pada akhirnya Intan pun menggerutu.
Dan tak berselang lama.
Ceklek
Pintu kamar mandi pun terbuka, Intan pun langsung menoleh ke asal suara. "Eh...?"
Pandangan Intan terhenti saat menatap Doni dalam keadaan setengah telanjang. Doni melepas pakaiannya dan hanya memakai celana panjangnya.
Doni juga terkejut saat tahu kalau Intan ternyata ada di sini. Mereka berdua langsung mengalihkan pandangannya karena sama-sama malu.
Tubuh kekar Doni terpampang jelas, dada bidang yang lebar, beserta otot perut yang terlihat ada beberapa roti sobek, membuat kaum hawa pasti sulit untuk tak kagum saat melihatnya.
"Mbak.. M-maaf, saya lupa kalau mbak masih ada disini." Ucap Doni dengan terbata-bata.
"Ah, ya.." Jawabnya tanpa menoleh ke arah Doni.
Bisa di bilang, mereka berdua canggung satu sama lain.
"Mm... Mas Doni, sepertinya kita terkunci." Ucapnya dengan nada pelan.
Mata Doni terbelalak saat mendengar ucapan Intan. "A-apa? Terkunci?"
Dengan cepat Doni melangkah dan mendekat ke arah pintu untuk memastikan kembali apa benar pintunya terkunci.
"Sial, ini benar-benar terkunci. Dan lagi, kenapa kuncinya gak ada tergantung disini." Gerutunya pelan.
"Saya juga gak tahu dimana kuncinya, saat saya menutup pintunya tadi, tiba-tiba sudah terkunci sendiri."
Doni kembali memijit pelipisnya. Dia tidak tahu cara lain lagi selain mendobraknya. Namun, ini bukan pintu rumah miliknya, dia tak bisa melakukan itu.
Dan pada akhirnya mereka terkunci berdua di dalam kamar.
Intan memicingkan matanya saat melihat sesuatu yang membuatnya penasaran. Dia pun langsung mendekat ke arah Doni untuk memastikannya.
"Mas Doni, di sudut bibir anda.... Sepertinya itu lipstik."
Deg
"A-apa?"
Dan benar saja, saat Doni menoleh ke arah cermin yang ada di dekatnya, dia melihat di sudut bibirnya ada bekas lipstik. Dia tahu, kalau bekas lipstik tersebut dari lipstiknya Linda saat mereka berciuman tadi. Dan sialnya, kenapa harus menempel dan terlihat oleh orang lain?
Tangan Intan tiba-tiba mengepal, entah apa yang terjadi dengannya, dia merasa kesal saat itu juga. Atau mungkin, bisa di bilang Intan sedang cemburu. Cemburu pada orang yang bukan siapa-siapa baginya.
"Mas, kali ini tolong jangan buat aku berhenti!!"
Srettt
"Eh, apa maksud....."
Cup