NovelToon NovelToon
Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

Every time I hear the terms  "data primer dan sekunder," it feels like something fairly simple to explain, rasanya itu sesuatu yang cukup sederhana untuk dijelaskan.

I know data primer adalah data yang kita kumpulkan sendiri, langsung dari sumbernya—seperti ketika kita mewawancarai orang, mengisi kuesioner, atau mengamati sesuatu secara langsung. Data sekunder, di sisi lain, adalah data yang sudah ada, yang kita peroleh dari buku, jurnal, laporan penelitian, atau sumber tertulis lainnya.

In theory, this is basic knowledge that I have already mastered. Secara teori, ini adalah pengetahuan dasar yang sudah aku kuasai.

***

Saat dosen bertanya tentang data primer dan sekunder, many people might think it's an easy question to answer. banyak orang mungkin berpikir bahwa pertanyaan itu mudah dijawab.

In theory, konsepnya memang sederhana—data primer adalah data yang kita peroleh langsung dari sumbernya, sementara data sekunder adalah data yang sudah ada, diambil dari buku, jurnal, atau laporan.

But when we delve deeper into the world of research, the reality we face is far more complex than just the basic definitions.

Tapi ketika kita masuk lebih dalam ke dunia penelitian, kenyataan yang dihadapi jauh lebih kompleks daripada sekadar definisi dasar.

The first issue that often arises, adalah bagaimana kita mendapatkan data primer yang benar-benar relevan dan bebas dari bias. For example, ketika kita melakukan survei, pemilihan responden sangat krusial.

Jika responden tidak representatif, maka data yang dikumpulkan bisa saja tidak menggambarkan realitas yang ingin kita teliti. Even worse, jika ada kesalahan dalam menyusun pertanyaan survei atau dalam cara kita mengumpulkan data, the results can be misleading, hasilnya bisa menyesatkan.

Aku pernah mendengar cerita seorang teman yang harus merevisi seluruh bab metodologi karena dosen menemukan bahwa pertanyaan surveinya tidak cukup jelas, sehingga jawaban responden menjadi ambigu. As a result, dia harus mengulang proses pengumpulan data dari awal, which consumed a great deal of time and energy, yang tentu saja memakan waktu dan energi yang sangat banyak.

Kemudian ada masalah keandalan data sekunder. Menggunakan data dari jurnal atau laporan mungkin tampak lebih mudah dibandingkan mengumpulkan data primer, but in reality, it's not that simple, tetapi kenyataannya, tidak sesederhana itu.

We have to be extremely careful in selecting sources. Kita harus sangat berhati-hati dalam memilih sumber. Tidak semua jurnal atau buku yang kita temukan memiliki kredibilitas yang sama.

Misalnya, ada teman lain yang menggunakan data dari sebuah artikel jurnal yang ternyata diterbitkan di jurnal predatory—jurnal yang hanya peduli pada keuntungan dan tidak memiliki proses peer-review yang ketat.

Ketika dosennya memeriksa, dia disuruh untuk mencari sumber lain yang lebih kredibel, yang artinya dia harus merevisi bagian literatur dan mungkin mengubah seluruh analisis yang sudah dibuat berdasarkan data tersebut.

Sumber data sekunder juga sering kali menjadi masalah ketika ada inkonsistensi antara berbagai sumber yang digunakan. For example, kita bisa saja menemukan data yang berbeda untuk variabel yang sama dari dua jurnal berbeda.

In such situations, kita harus bisa menjelaskan mengapa kita memilih salah satu sumber data tersebut dan mengabaikan yang lain. But this is no easy task, tapi ini bukan perkara mudah.

Dosen mungkin akan bertanya lebih jauh, meminta kita untuk menjelaskan proses pemilihan sumber data itu dengan sangat detail. If we cannot provide a strong rationale, , jika kita tidak bisa memberikan alasan yang kuat, bisa jadi kita akan diminta untuk merevisi analisis yang sudah kita buat, atau bahkan harus mencari data sekunder lain yang lebih konsisten.

Masalah lainnya bisa muncul saat kita mencoba mengintegrasikan data primer dan sekunder dalam penelitian kita. Often, data primer yang kita kumpulkan tidak sepenuhnya cocok atau selaras dengan data sekunder yang kita gunakan.

Misalnya, data sekunder dari sebuah jurnal menunjukkan tren tertentu yang tidak muncul dalam data primer yang kita kumpulkan. In such cases, we must be very cautious in drawing conclusions, dalam situasi seperti ini, kita harus sangat berhati-hati dalam membuat kesimpulan.

Dosen mungkin akan menantang kita untuk menjelaskan perbedaan ini—apakah ada masalah dalam cara kita mengumpulkan data primer, atau mungkin data sekunder yang kita gunakan tidak sesuai dengan konteks penelitian kita.

Moreover, ada juga tantangan dalam memastikan bahwa data yang kita gunakan, baik primer maupun sekunder, valid dan dapat diandalkan. Dalam penelitian kuantitatif, misalnya, kita harus memastikan bahwa data yang kita gunakan bisa diukur dengan metode statistik yang tepat.

Jika data primer kita terlalu terbatas atau tidak cukup detail, hasil analisisnya bisa jadi tidak signifikan. Conversely, dalam penelitian kualitatif, kita harus bisa menunjukkan bahwa data primer kita mencerminkan realitas yang kita teliti, bukan sekadar interpretasi subjektif kita sendiri.

This is often a major challenge, ini sering kali menjadi tantangan besar, terutama ketika dosen menanyakan tentang validitas dan reliabilitas data yang kita gunakan.

In the end, bagian data, baik itu primer atau sekunder, often becomes the most challenging aspect of research, sering menjadi sumber masalah yang paling rumit dalam penelitian.

While it may seem simple on the surface, meski terlihat sederhana di permukaan, tantangan yang muncul saat kita harus benar-benar mengaplikasikan konsep ini dalam penelitian bisa sangat besar.

Many people who initially feel confident in the data they’ve collected end up having to make major revisions after receiving feedback from their professors.

Banyak orang yang pada awalnya merasa yakin dengan data yang mereka kumpulkan, akhirnya harus melakukan revisi besar-besaran setelah menerima feedback dari dosen.

This can be not only frustrating but also mentally exhausting.

Hal ini bukan hanya membuat frustrasi, tetapi juga bisa sangat melelahkan secara mental.

***

Setiap kali aku duduk di depan laptop, niatku selalu sama: menyelesaikan proposal yang sudah terlalu lama tertunda.

But somehow, every time I manage to complete one section, my body seems to conspire with an overwhelming sense of laziness.

Tapi, entah kenapa, setiap kali aku berhasil menyelesaikan satu bagian, tubuhku seakan bersekongkol dengan rasa malas yang begitu kuat.

I end up lying down again, as if there's a magnet pulling me back to bed.

Aku pun rebahan lagi, seperti ada magnet yang menarikku kembali ke tempat tidur.

Typing out just one page feels like a heavy struggle, ngetik satu lembar sudah terasa seperti perjuangan berat.

After that, I feel like I've earned a break. Setelah itu, aku merasa berhak untuk istirahat. So, aku mulai membuka TikTok, menggulir tanpa tujuan. Than, aku beralih ke Facebook, mencari distraksi lain, even though I know time is slipping away, padahal aku tahu waktu terus berjalan.

Sometimes, I tell myself I'll just lie down for a bit, but I end up falling asleep for real. When I wake up, the guilt hits me, but my energy is already drained to face it.

Kadang aku hanya ingin tiduran sebentar, tapi ujung-ujungnya malah ketiduran beneran. Begitu bangun, rasa bersalah datang, tapi energiku sudah habis untuk menghadapinya.

It’s a cycle that's hard to break, ini jadi siklus yang sulit dipatahkan. Proposalku tak kunjung selesai, and the deadline keeps getting closer, dan deadline semakin mendekat.

I know I need to focus more, but every time I try, the temptation to rest always wins. It feels like running in place—I’m putting in the effort, but never making it to the finish line.

Aku tahu aku harus lebih fokus, tapi setiap kali berusaha, godaan untuk istirahat selalu menang. Rasanya seperti berlari di tempat, usaha ada, tapi hasilnya tak pernah sampai ke garis finis.

1
Delita bae
hadir semangat pagi😁
anggita
like👍☝tonton iklan. moga lancar berkarya tulis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!