Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Semakin Penasaran
Seno dan Riko saat ini sudah pergi dari komplek rumah dinas. Kini keduanya telah duduk di sebuah gazebo tepatnya di cafe sederhana area perkebunan. Tempat ini cukup sepi jika di siang hari. Hanya terlihat beberapa orang pengunjung saja dan sangat cocok untuk berbicara empat mata. Namun bila malam hari terutama akhir pekan, lokasi ini cukup ramai dikunjungi.
"Jadi, Dokter Heni itu istri baru kamu?" tanya Riko membuka obrolan.
"Hem," jawab Seno.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu mendadak datang ke sini enggak kasih kabar dulu? Biasanya juga kasih kabar minimal kirim W A,"
"Pengin ngebuktikan saja," jawab Riko apa adanya.
"Ngebuktiin apa?"
"Siapa yang mulai duluan kirim chat tes ombak kemarin? Pamer kalau habis melepas masa duda lapuknya. Tapi aku yakin tuh t0rpedo punyamu juga masih belum diasah lagi buat unjuk kebolehan di atas arena ring tinju cinta yang panas membara," ledek Riko seraya melirik dengan kode mata pada senjata masa depan yang ada di bawah perut Seno dan tengah bersembunyi dibalik celananya.
Di mana ia juga memiliki senjata krusial yang sama. Walaupun dari segi panjang, bentuk dan kekuatan pastinya ia tak mau disamakan persis dengan milik Seno. Dominan para lelaki akan menganggap bahwa dirinya jauh lebih gagah perkasa serta lebih expert daripada laki-laki lain untuk bidang yang satu itu. You know what I mean.^^
"Dasar kuyak !!" pekik Seno seraya otomatis tangannya mengambil dan melemparkan kepalan tisu yang ada di atas meja hingga terbang melayang ke arah wajah Riko. Namun berhasil ditangkap oleh ajudan setia mendiang Wakapolri yang satu ini yang memang dikenal tangkas.
"Haha..." gelak tawa Riko membuat suasana semakin riuh di gazebo yang mereka tempati.
"Dasar duda lapuk! Otak isinya mesyum saja. Huft !!" gerutu Seno.
"Kamu mesyum sama istrimu enggak apa-apa, Bro. Sudah halal. Dibolak-balik mesra kayak sate di atas kasur juga pahala kok. Daripada mesyum sama istri orang, kan bukan Seno banget gitu loh. Bener enggak?
Seno pun hanya terdiam mendengarkan celotehan Riko, sahabatnya.
Akhirnya Riko menodong cerita lengkap dari Seno mengenai pernikahan itu bisa terjadi. Dan mengalir lah cerita dari Seno tentang kejadian yang pada akhirnya membuat ia dan Dokter Heni terpaksa menikah.
"Wah, belum apa-apa sudah dapat yang enak-enak nih. Sayang banget kamu enggak sadar waktu itu. Kalau pas sadar seratus persen pasti bringas. Maklum sudah lama karatan. Takutnya tuh senjata mendadak linglung. Lupa sama peta buat masuk ke dalam tol bebas hambatan yang enggak ada lampunya sama sekali tapi nikmat. Haha..." ledek Riko.
"Kalau aku sadar, ya enggak mungkin lakuin hal itu sama dia."
"Mulut bisa berkata tidak tapi hati berkata iya. Nah loh, enggak bahaya ta?"
"Terus saja ledekin. Nanti kalau kamu nikah lagi, gantian aku ledekin kamu sampai pingsan."
"Habisnya, punya bini cantik kok dianggurin. Mau bagaimana pun kalian berdua bisa akhirnya bersatu, ya semua sudah takdir dari Tuhan. Syukuri dan nikmati hidupmu, Bro. Buat apa masih mikirin masa lalu. Orang yang pernah kamu cintai di masa lalu juga sudah enggak mikirin kamu dan anak-anak pastinya. Dia sudah move on. Masa kamu masih diam di tempat sih!"
Ya, Riko sengaja menyindir Seno yang menurutnya masih gagal move on dari Manda. Sebagai sahabat, ia tahu Seno sudah tidak mencintai Amanda Zianida. Hanya saja membiarkan diri tergerus dengan kenangan pahit di masa lalu juga tentunya tidak baik. Terlebih ada Aya yang masih kecil dan butuh kasih sayang dari seorang ibu.
Beda dengan dirinya yang duda karena ditinggal istri yang meninggal dunia. Putrinya kini sudah berusia 17 tahun. Banyak wanita yang mendekatinya namun putrinya tersebut yang menolak. Alhasil tentunya ia tidak akan menikah lagi jika calon istrinya tak mendapat restu dari putrinya.
"Tadi aku lihat kamu sempat berbicara cukup lama sama dia di depan rumahku. Apa kamu punya hubungan khusus dengannya di masa lalu? Mantan kekasih mungkin,"
"Dia siapa?" tanya Riko sengaja. Padahal ia tahu yang dimaksud oleh Seno adalah Dokter Heni.
"Ya, kamu pasti tahu lah dia itu siapa yang aku maksud."
"Dia itu punya nama, Mayor Seno Pradipta Pamungkas. Bahkan dia itu punya status dalam hidupmu loh sekarang ini. Walaupun kamu masih enggak rela dia menyandang status itu," sindir Riko.
"Heni, istriku. Puas?" jawab Seno setengah berteriak pada Riko dengan wajah yang sudah bertekuk-tekuk.
"Haha... puas banget," jawab Riko seraya tertawa.
"Terus jadinya, apa betul kamu kenal istriku di masa lalu?"
"Iya. Tapi dia bukan mantan pacarku. Teman juga bukan," jawab Riko apa adanya.
"Lalu, kalian berdua kenal di mana? Kapan kenalnya?" tanya Seno yang tanpa sadar dirinya semakin didera rasa penasaran hingga mencecar Riko dan ingin segera tahu jawabannya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya