berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kompor pembuka jalan
Sepulang dari tempat berjualan,Aya berjalan menggendong Nunu,sedangkan Jaka menggendong Nana yang lebih besar dari Nunu.
Ditengah malam,mereka pun berjalan menyusuri malam yang panjang,tak ada kata lelah untuk seorang Aya dan Jaka.
"Aya, apa kamu menyesal hidup dengan aku?."
Tanya Jaka yang berjalan di samping nya.
"Sedikit pun aku tidak menyesal hidup dengan
kamu,aku justru lebih bahagia hidup dengan cara kamu, walaupun sebenarnya aku tidak mau dalam keadaan seperti ini."
Jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
"Dunia pasti berputar Aya, mungkin saat ini kita sedang ada diposisi terendah, tapi aku bahagia, karena aku memiliki teman sejati,
yaitu kamu."
ujar Jaka yang melihat wajah Aya.
"hmmmm,kamu sedang memujiku, atau sedang meledekku."
ujar Aya yang sudah sampai didepan pintu rumah nya.
"Akhirnya sampai juga, cepatlah istirahat, besok kamu harus bekerja kembali."
ujar Jaka yang langsung membuka pintu rumah nya.
malam itu, mereka harus tidur dalam kegelapan, tanpa penerangan lampu seperti rumah nya yang dulu.
Waktu pun terus berjalan, tak terasa sudah hampir tiga bulan Aya dan jaka hidup dijalan.
hingga akhirnya, Aya Pun meminta izin pada jaka untuk membuka warung ditempat tinggal nya.
", Yah, lebih baik kita berjualan disini, kita tidak perlu berjalan jauh, kasihan juga anak-anak,jika harus terus melewati malam dijalan.
"Jangan Aya, tidak enak dengan para tetangga,masa kita jualan disini,apa lagi semuanya juga berjualan kopi Aya,apa mereka tidak akan marah?."
tanya Jaka yang kurang setuju dengan pendapat Aya."
"untuk apa juga kita memikirkan orang lain.
rezeki sudah ada yang mengatur,lagi pula tempat ini juga bagus."
ucap Aya yang masih membujuk Jaka.
Setelah beberapa kali bertukar pikiran, akhirnya Jaka pun menyetujui pendapat Aya,
*****Awal berjualan*****
Hari ini Aya memulai berjualan kembali,masih tanpa kompor seperti hari-hari kemarin.
Hingga akhirnya,mas Salim datang ke warung Aya.
"Teh, kenapa ngga jualan didepan?."
Tanya mas Salim yang berjualan siomay disamping Aya dulu.
"Oh iya mas,aku mau jualan disini, kasihan anak-anak kalau sering tidur di pinggir jalan,
Jawab Aya pada mas Salim.
"ya sudah,aku mau kopi satu, sekalian lagi nunggu Tedy, yang belum juga datang."
ujar mas Salim pada Aya.
"maaf mas, airnya belum ada,masih menunggu Jaka."
jawab Aya yang tersenyum pada mas Salim.
"Lah, emang nya kemana si Jaka?."
tanya mas Salim yang melihat warung Aya yang serba seadanya.
"lagi ikut masak air mas,aku belum punya kompor."
jawab Aya yang terlihat malu pada mas Salim.
"owalah,,,kamu ngga punya kompor?, kalau aku kasih kompor apa kamu Aya?, maaf bukan menghina, kompor nya bukan kompor baru Aya,apa kamu tidak masalah?."
Tanya mas Salim yang berkali-kali bertanya pada Aya.
"terima kasih mas,aku justru sangat senang,"
jawab Aya yang berterima kasih pada mas Salim.
"Besok aku suruh Tedi antar ke sini, kalau begitu saya pulang dulu,"
ujar Mas Salim yang berpamitan pada Aya.
Tak lama kemudian,Jaka pun datang yang membawa termos air panas,mau bagaimana lagi, keadaan mereka sungguh sangat pas-pasan, sehingga sulit untuk membeli barang kebutuhan mereka.
Satu Minggu kemudian,
"ya elah,ini warung apa main-main?."
ujar tetangga sebelah,yang mengomentari warung Aya.
Aya tidak mau menjawab,dan memilah untuk masuk kedalam warung nya.
Dari seminggu berjualan, tidak ada satu orang pun yang datang untuk membeli kopi milik Aya, membuat Aya semakin putus asa.
"maaf teh,ini warung teh Aya bukan?."
tanya seorang anak muda yang datang ke warung Aya.
"iya,ini warung saya,ada apa?,"
tanya Aya yang merasa tidak kenal pada orang yang sedang ada didepan nya.
"saya Tedy,saya disuruh anterin kompor kewarung teh Aya,"
ujar Tedy yang membawa kompor gas pemberian mas Salim.
"oh iya, benar,mas tedy saudara nya mas Salim?."
tanya Aya yang ingin memastikan kebenaran nya.
"iya benar teh,ini kompor nya, mudah-mudahan bisa bermanfaat."
ujar Teddy yang langsung berpamitan untuk kembali ke warung siomay nya.
"Sampai kan,rasa terima kasih saya pada mas Salim ya."
ujar Aya yang langsung mengambil kompor gas itu.
Dari awal punya kompor inilah, Aya bisa berjualan.
Waktu pun terus berjalan, usaha Aya mulai sedikit berkembang, ternyata banyak orang yang berminat untuk membeli barang dagangan Aya,
Sedikit demi sedikit, warung Aya mulai tumbuh besar,dari awalnya hanya bermodalkan tiga puluh ribu,Aya bisa mengatur kembali kehidupan nya.
*****lima tahun kemudian*****
"ngga nyangka, kalau warung kita bakal sebesar ini Aya, setidaknya,kita tidak lagi kekurangan makan untuk sehari-hari."
ujar Jaka yang melihat banyak stok barang yang sudah disediakan oleh Aya.
"Alhamdulillah yah, akhirnya bisa jadi tumbuh besar."
jawab Aya yang tersenyum pada Jaka.
Perlahan demi perlahan,Aya pun mulai memilih untuk berjualan roti bakar,semakin banyak yang dijual semakin banyak pula keuntungan yang Aya dapatkan.
Dari berjualan bakso, Aya mendapatkan banyak keuntungan, apa lagi Aya sudah memiliki banyak pelanggan.
"Aku sangat berterima kasih pada mas Salim,
berkat kompor dari nya,aku bisa berjualan seperti ini."
ucap Aya pada Jaka yang sedang duduk di samping Aya.
Sayang nya, warung Aya masih belum juga memiliki penerangan yang cukup,masih bergantung pada lampu charger yang ikut mengecas di tetangga depan warung nya.
"teh, kopi satu sama roti bakar nya juga satu,"
ucap pelanggan Aya yang sudah selalu datang setiap hari ke warung Aya.
"iya pak, sebentar saya buatkan terlebih dahulu."
jawab Aya yang tersenyum pada pak Irul yang hampir setiap hari datang.
"ya Allah pak,saya sebenarnya malu pada bapak."
ujar Aya yang sedang menyiapkan pesanan pelanggan nya.
"Loh kok malu, memang nya Kenapa teh,"
Tanya pak Irul yang tersenyum pada Aya.
"pokoknya malu saya kalau ingat kejadian itu,
bahkan saya sendiri tidak bisa melupakan nya."
jawab Aya yang terlihat malu pada pak Irul.
"ya elah teh,ngga jelas banget,saya yang malah jadi penasaran sama teteh,"
ujar pak Irul yang duduk di meja kayu buatan Jaka.
"Atuh pak, nanti saja saya cerita nya,masih belum siap."
Jawab Aya kembali yang sudah siap dengan pesanan yang sudah dipesan oleh pak Irul.
Tanpa bertanya lagi,Pak Irul pun langsung menyantap hidangan yang disajikan oleh Aya.
Dalam hati Aya,masih terngiang jelas, saat pertama kali berjualan,hanya satu orang yang Sudi dan mau singgah diwarung nya,
Hampir datang setiap pagi,dan kemudian pulang hingga sore hari,sungguh pelanggan setia yang tidak pernah bisa Aya lupakan selama hidup nya.
Siapakah pelanggan pertama Aya?
kejadian apa yang membuat Aya tidak bisa melupakan nya?
Kita lanjutkan di bab berikutnya,🙏🙏🙏