"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
"Waalaikumsalam Wr. Wb. Maaf ya Kak, buka nya lama." ujar Zelia.
"Iyah nggap papa kok." ucap Kak Fatimah.
"Bisa di panggil Syifa nya?"
"Syifa? Tapi dia lagi di urut Kak. Badan badannya sakit semua." terang Aiffa.
Kak Fatimah pun masuk....
"Syifa ayo ikut saya." ujar Kak Fatimah karena sekarang Syifa sudah berganti pakaian dan tidak di urut lagi.
"Hah, buat apa kak? Ini sudah malam." ucap Syifa tak tau malu dengan para senior....
Sesaat kemudian Syifa paham dengan ucapan Kak Fatimah.
"Okey guys, gue sama Kak Fatimah pergi dulu, ya?" ucap
"Nak, kamu tidak kenapa napa kan?" tanya Umi Aya saat Syifa sudah datang.
"Ini gara gara anaknya Umi." gerutu Syifa.
"Loh, ada apa dengan suami mu Nak?" tanya Umi Aya.
"Tu Mi, masa aku di suruh bersihin kamar mandi yang harumnya sangat luar biasa wangi. Terus di lanjutkan dengan membersihkan setengah lapangan. Jadi badan aku semuanya pda remuk umi." keluh Syifa.
"Makanya jangan pencicilan." ucap Gus Alwi yang baru datang.
"Gus gue nggak pencicilan ya. Malahan tadi gue bikin semua orang tersenyum." ujar Syifa tak mau kalah.
"Faktah."
"Hah, fakta apa nih. Gue senangin banyak orang atau Gue gadis pencicilan?"
"OTW Google." ucap Gus Alwi.
"Isssh aku serius. Gus harus tanggung jawab ya, karena badan aku semuanya remuk." gerutu Syifa.
"Ada kesalahan ada hukuman." jawab Gus Alwi masih datar.
"Isssh Gus, lihat aja ya Gue Nggak bakal stor surat ke Gus dan belajar membaca Al Qur'an."
ancam Syifa. Dan membuat Umi Aya kaget. Mendengar Syifa belum bisa membaca Al- Quran.
"Nak, kamu sungguh mirip Umi mu. Orangnya pencicilan juga. Tapi pada akhirnya dia adalah wanita penghafal Al- Qur'an, dan sangat baik hati." ucap Umi Aya menyeka sedikit air mata nya yang jatuh. Dia mengingat kebersamaannya bersama almarhumah sahabatnya.
"Umi yang sabar ya. Aku bisa kok jadi Umi buat Umi... Eh maksudn.....
"Ya Umi memang melihat sahabat Umi dalam versi muda lagi dan juga pencicilan seperti kamu. Tapi Umi yakin hati kamu baik seperti Umi mu Nak. Jadi jangan pernah berhenti memperbaiki diri ya sayang." ucap Umi Aisyah mengusap lembut kepala menantunya, Dan memeluknya setelah itu melepaskan pelukan itu.
Sedangkan perkataan Umi Aya membuat Syifa tidak bisa menahan cairan bening yang sudah menumpuk. Gus Alwi yang melihat itu langsung menyeka air mata istrinya
"Jangan cengeng."Ucap Gus Alwi,
"Siapa yang cengeng, gue nggak tuh." bisa bisanya di saat sedih begini tingkah gadis ini malah ingin membuat Umi Aya yang tadi menangis tertawa. Gus Alwi langsung tersenyum tipis.
"Umi, kalau Umi kangen sama Umi ku, nanti Umi tinggal telfon aku aja ya. Dengan senang hati aku bakal dateng. dan Umi bisa sepuasnya lihatin Aku, bahkan jika suatu saat Umi ingin minta wajah aku pun, bakal aku kasih." ujar Syifa random.
"Hah?" yang tadinya terharu kini mendengar kata terakhir nya Syifa. Gus Alwi, Umi Aya beserta Kyai Rahen yang baru datang di buat melongo tak percaya.
"Allahuakbar, Nduk." ucap Abi Rahen tersenyum kecil.
"Hehehe Abi, Assalamualaikum Wr. Wb." salama Syifa sok sokan.
"Waalaikumsalam Wr. Wb." mereka pun menyalimi Kyai Rahen.
"Apa kamu rela, wajahnya di berikan sama Umi?" tanya Kyai Rahen bercanda, mewakili pertanyaan Umi Aya dan Gus Alwi.
" maksudnya foto aku Abi." jawab Syifa
"Umi mikir nya ke arah lain. Hehehe." ujar Umi Aya.
"Pasti Umi pikir aku mau kasih wajah asli aku kan. Nggak lah Mi, nanti anak Umi sama Abi nggak sayang lagi dong sama aku." ujar Syifa tersenyum menggoda menatap Gus Alwi,
Yang wajahnya sudah memerah.
"Nah kan, wajah Gus udah memerah." ledek Syifa. Gus Alwi langsung memalingkan wajahnya melihat kedua orang tuanya sudah tersenyum meledek.
Setelah beberapa saat mereka habiskan untuk mengobrol. Yang hanya sejak tadi tadi terdengar
Suara Syifa yang terdengar mendominasi ruangan itu.
"Kalau gitu, aku pulang dulu ya Umi, Abi." pamit Syifa dan berdiri dari tempat duduknya.
"Pulang ke mana? Ini kan rumah mu Nduk." ucap Umi Aya.
"Maksudnya pulang ke asrama Umi." jawab Syifa.
"Tidak, ini sudah malam."
larang Gus Alwi.
"Isssh Gus, tapi gue udah janji sama teman teman gue buat balik lagi." ujar Syifa.
"Iyah Nak, kalau gitu kamu antar aja istrimu." ujar Umi Aya.
"Iyah Gus, benar kata Umi Gus anterin aku ke asrama. Biar nggak ada yang menculik istri mu ini, dan tenang saja Gus besok kan jadwal gue di rumah ini, jadi rindunya di pending dulu ya." jawab Syifa sokan lembut.
"Saya tidak rindu." jawab Gus Alwi. Wajahnya ini sudah semakin memerah bahkan leher dan telingan pun sama. Istri bar barnya ini memang sudah menjatuhkan harga dirinya di depan Umi dan Abinya sendiri.
"Yaudah deh, bagus kalau gitu, berarti gue nggak usah datang ke sini." ujar Syifa lagi.
"Syifa." gumam Gus Alwi, tingkah istrinya ini memang di luar nurul.
"Hahaha iye deh, di kurangin ya. Kemerahan di wajahnya." ucap Syifa Kyai Rahen, dan Umi Aya juga ikut tertawa.