Tarissa rela menikah dengan Nafandra demi melindungi Keanu dari keluarga Brawijaya. Selian itu dia juga ingin mengungkap kasus kematian Nessa yang kecelakaan itu dibunuh oleh keluarga suaminya.
Suatu hari Tarissa menemukan buku harian milik Nessa yang mencatat banyak sekali rahasia dan misteri yang ada di keluarga Brawijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Bab 14
Pintu yang menjulang tinggi dan terbuat dari kayu jati itu tidak bisa dibuka oleh Tarissa. Tentu saja dia penasaran dengan isi ruangan itu. Karena selama ini dia merasa tidak pernah melihat pembantu rumah tangga memasukinya untuk membersihkan.
"Setiap ruangan pasti ada jendelanya. Ruangan ini jendelanya menghadap ke mana, nya?" Tarissa bergumam sambil berpikir keras.
'Kunci?'
Tarissa teringat dengan kunci yang ditemukan di kamar Keanu kemarin. Dia pun bergegas mengambil kunci itu di kamarnya, karena kemarin dia simpan di kotak boks miliknya.
Anak kunci itu memiliki model kuno. Tarissa berharap itu anak kunci yang cocok dengan lubangnya.
'Tunggu. Kamera CCTV menyala tidak, ya?' batin Tarissa sambil melihat ke arah pojok atas di mana alat itu terpasang.
Beruntung sekali hari ini kamera CCTV itu dalam keadaan mati. Mungkin Pak Budiman atau Nafandra lupa atau terlewat mengaktifkan kamera di sini karena terlalu banyak kamera pengawas.
Buru-buru saja Tarissa berlari menuju ruang pojok lorong. Dia segera masukan anak kunci ke lubangnya dan mencoba memutar untuk membuka.
Klik
Terdengar suara kunci berhasil di buka. Dengan perasaan berdebar-debar Tarissa membuka pintu secara perlahan. Dia mengintip sedikit ke dalam. Di sana cukup gelap karena gorden tertutup.
'Ini ruangan apa?' batin Tarissa yang mencoba memberanikan diri masuk ke dalam.
Bau lembab dan hawa yang sangat dingin itu yang dirasakan oleh Tarissa begitu masuk ke ruangan itu. Menandakan kalau tempat itu tidak pernah di jamah oleh manusia dalam waktu yang sangat lama.Tubuh dia juga tiba-tiba merinding.
Takut ada yang memergoki dirinya menyusup ke sini, Tarissa menutup pintu. Namun, sebelum itu dia mencabut terlebih dahulu anak kuncinya.
Tangan Tarissa meraba-raba mencari saklar lampu. Begitu mendapatkan dia pun menekannya. Seketika ruangan itu terang benderang.
'Apa ini?'
Tubuh Tarissa bergetar hebat. Kedua kakinya mendadak lemas. Dia berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh. Sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Dia bukan seorang polisi atau tim penyelidik. Namun, dia tahu kalau tempat ini merupakan TKP dari suatu peristiwa. Ada kain tergantung menjuntai di kipas angin besar yang tergantung di tengah-tengah ruangan. Kursi yang terguling di bawahnya.
Apakah ini tempat pembunuhan atau tempat bunuh diri? Tarissa tidak bisa menebaknya. Satu hal yang jelas ruangan itu adalah kamar tidur yang terlihat luas dan mewah pada zamannya. Terlihat barang-barang antik dan kuno memenuhi kamar tidur ini.
Ada banyak pigura foto yang terpasang di dinding atau di atas nakas. Tepat di belakang tubuh Tarissa ada sebuah pigura foto berukuran sangat besar.
Begitu Tarissa membalikan badan, dia berteriak ketika melihat pigura foto satu keluarga. Pasangan suami-istri dan anak balita berjenis kelamin laki-laki.
Takut ada yang mendengar suara teriakan barusan, Tarissa refleks menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia menduga kalau balita itu adalah Nafandra karena mirip sekali dengan Keanu hanya beda mata. Keanu mewarisi bentuk mata Nessa dan warna korneanya juga sama dengan sang ibu. Selebihnya yang lain mirip Nafandra.
'Apakah ini dulunya kamar orang tua Nafandra?' batin Tarissa.
'Lalu, apakah yang meninggal di sini adalah ibu kandung Nafandra?' lanjut wanita itu dalam hatinya sambil memerhatikan wajah wanita yang ada di foto.
Tarissa tidak begitu tahu tentang ibu kandung sang suami. Nessa juga pernah bilang kalau tidak tahu sedikit pun tentang mendiang ibu kandung Nafandra.
Begitu juga dengan sosok ayah mertua yang juga sudah lama meninggal, tidak pernah ada seorang pun di rumah ini yang membicarakan mereka. Hanya sedikit informasi yang diketahui oleh banyak orang. Yaitu, Bara Brawijaya adalah seorang pengusaha sukses di negeri ini.
Takut Kenau keburu bangun, Tarissa cepat-cepat keluar dari ruangan itu. Dia tidak lupa mengunci kembali pintunya.
***
Tarissa kembali membuka buku harian milik Nessa. Sulit sekali baginya untuk membaca buku ini, selalu saja ada kendala.
5 Mei 2022
Hari ini Mas Andra mengumumkan kehamilan aku kepada semua orang. Dia mengundang kenalan dan keluarganya. Banyak orang yang terkejut atas kabar ini.
Aku mendengar bisik-bisik dari tamu yang datang. Mereka mengatakan, apakah bayinya akan selamat dan bisa lahir?
Aku sampai ketakutan dan kepikiran akan bayi yang ada di dalam kandungan aku. Untungnya ada Kak Tarissa dan Mas Dhika yang selalu memberikan support dan mendoakan kebaikan untukku dan bayiku.
Tarissa masih ingat betul waktu itu Nessa sampai kelihatan stres karena adanya omongan mirip. Sang adik takut bayinya mati sebelum sempat dilahirkan.
'Tunggu. Kenapa bulan April tidak ada satu pun catatan di buku ini?' batin Tarissa. Dia memeriksa apa ada lembaran kertas yang sobek atau terlepas. Namun, tidak ada bekas kertas sobek atau kertas yang lepas.
Tangan Nafandra menggapai perut Tarissa. Tentu saja dia terkejut sampai jantungnya terasa copot jatuh ke dasar perut. Dia buru-buru menyimpan buku harian itu ke balik bantal.
"Sayang, kau belum tidur?" Nafandra membuka mata yang terasa berat dan suara yang serak.
"Tadi sudah tidur, tapi kebangun lagi," balas Tarissa yang kini menghadap suaminya.
"Apa ada yang menjadi pikiran kamu?" tanya Nafandra sambil membelai pipi sang istri.
"Apa boleh besok aku pergi jalan-jalan keluar? Aku ingin melakukan perawatan ke salon," jawab Tarissa malu-malu.
Selama ini Tarissa tidak pernah pergi ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan tubuhnya. Dia biasa melakukan itu di rumah seorang diri, kecuali ketika melakukan luluran sekaligus pijat di sekujur tubuh, baru memanggil jasa tukang pijat yang merupakan tetangganya.
Mendengar permintaan sang istri, Nafandra tertawa kecil. Dia tidak menyangka kalau Tarissa punya keinginan untuk pergi ke salon. Karena Nessa pernah cerita kalau kembarannya itu anti ke salon karena akan membuang-buang waktu dan uang. Namun, kini setelah menjadi istrinya punya keinginan untuk melakukan perawatan. Sebagai seorang suami pastinya akan sangat senang melihat istrinya menjadi cantik dan tubuhnya terawat.
"Tentu saja boleh. Apa perlu aku antar kamu?" tanya Nafandra tersenyum lembut.
"Tidak perlu! Eh, maksud aku nanti tidak akan jadi kejutan, dong! Aaaaaaa, padahal aku ingin beri kejutan sama kamu, Mas. Nggak jadi, deh!"
Tarissa memasang wajah cemberut. Dia pura-pura kesal. Rencananya besok wanita itu akan bertemu dengan Larasati di salon langganannya. Mereka akan membuat skenario awal mula kedekatan hubungan pertemanan. Biar kedepannya bisa berjalan lancar.
Bagaskara tahu kalau Nafandra bukanlah orang bodoh. Meski orangnya cuek, tetapi sangat kritis dan segala sesuatu harus sangat jelas dan masuk akal. Jika tiba-tiba saja Tarissa berteman dengan Larasati, maka akan mengundang curiga.
"Jangan marah. Atau aku akan kurung kamu seharian!" ancam Nafandra.
Tarissa memutar bola matanya. Dia tahu apa yang akan suaminya lakukan saat mengurung dia seharian itu.
"Jadi, izinkan aku pergi?"
"Iya, Sayang."
"Aku ajak Keanu, ya?"
"Iya, Sayang."
"Pulangnya Mas jemput, ya?"
Nafandra tersenyum tipis. Dia gemas sekali kepada Tarissa. Laki-laki itu tidak pernah menyangka kalau mantan kakak iparnya bisa bersikap seperti ini.
'Aduh, aku harus pandai berakting sekarang! Maafkan aku, bukan niatku membohongi kamu. Aku melakukan ini demi keadilan untuk Nessa,' batin Tarissa.
***