"Apa-apaan ini?" teriak Alea
"Nikah sama aku!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa
"Kamu nolak siap-siap aku hancurin karier kamu juga kehidupan kamu!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh
Meskipun Alexa belum ingin pulang, tetapi dirinya juga tidak ingin egois. Suaminya pasti memiliki urusan lain
Setelah berkeliling dan makan malam, mereka pergi ke bandara. Pesawat pribadi Nicholas sudah menunggu mereka. Mereka langsung masuk ke dalam pesawat, tetapi dikejutkan dengan keberadaan Emma.
Aura Nicholas menggelap, "apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
"Aku ada pemotretan di negara ini. Kebetulan malam ini aku harus kembali. Jadi … apa salahnya aku menumpang pesawat ini," ucap Emma percaya diri.
"Keluar!" perintah Nicholas. Suaranya memang pelan, tetapi penuh tekanan.
Alexa yang melihat aura Nicholas dibuat ketakutan. "Nick, sudahlah. Biarkan dia di sini kalau dia mau."
Pandangan Alexa beralih pada Emma, yang duduk dengan memainkan kukunya. Selama hidupnya Alexa baru melihat ada wanita tidak tahu malu seperti Emma.
"Kenapa masih di situ. Ayo duduklah!" ucap Emma.
"Ayo, Nick. Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau." Karena tidak ingin membuang tenaga juga waktu Alexa menarik lengan Nicholas membawanya menuju tempat duduk mereka.
Hening mengambil alih susana. Apalagi pesawat sudah take off. Alexa merangkul lengan Nicholas, ia bersandar pada pundak sang suami. Bisa saja mereka masuk ke dalam kamar, tetapi Alexa menolak lantaran ingin membuat Emma kepanasan.
"Ngantuk, mm?" tanya Nicholas.
"Iya." Alexa mengangguk seraya menguap.
"Tidur." Nicholas mengecup kening Alexa.
Pesawat itu masih mengudara di langit gelap. Alexa yang merasa lelah sudah tertidur di kursinya. Tangan tidak lepas dari lengan Nicholas, meskipun ia sudah tertidur pulas.
Nicholas sendiri masih tetap terjaga. Pandangannya menatap ke arah atas, lalu sekilas melihat yang sedang tertidur di sebelahnya. Ada senyum tipis yang tercipta di bibir Nicholas saat melihat istrinya tertidur dengan begitu tenangnya. Wajahnya nampak tenang. Namun, senyum itu mendadak sirna saat tatapannya bertemu dengan Emma.
Segera Nicholas memalingkan wajahnya dari perempuan itu. Nicholas menyingkirkan tangan Alexa yang masih melingkar di lengannya, ia beranjak dari tempat duduknya, mengayunkan langkahnya menuju ke bagian belakang pesawat itu.
Nicholas mengambil satu botol wine yang ada di lemari penyimpanan. Lalu menuangkan isinya ke gelas kristal berkaki. Sebelum meminumnya, Nicholas lebih dulu mencium harum dari wine itu. Gerakannya terhenti saat merasakan seseorang memeluknya dari belakang.
"Aku tahu, tidak akan semudah itu bagimu untuk melupakan aku."
"Singkirkan tanganmu dari tubuhku!" Nicholas berucap dengan tenang. Namun, nada bicaranya terdengar begitu mengerikan.
"Aku merindukanmu." Emma menggelengkan kepala. "Aku juga tahu kamu pun sangat merindukan aku. Jadi biarkan aku memelukmu sebentar lagi," ucap Emma dengan suaranya yang manja.
Tangan Emma berkeliaran di dada Nicholas, bahkan berani membuka beberapa kancing kemeja pria itu, mengusap dada Nicholas bermaksud untuk memancing hasrat sang mantan.
"Singkirkan tanganmu!" suruh Nicholas.
"Nico —"
"Singkirkan atau kamu mau kehilangan kedua tanganmu." Nicholas menukas ujaran Emma, meminum wine tanpa berbalik ke arah Emma. "Jangan buang waktumu untuk merayuku atau bahkan menyentuhku dengan tangan kotormu itu."
"Nico, tidak bisakah kamu memaafkan aku untuk satu kesalahanku itu? Aku khilaf. Dan itupun karena Reno yang merayuku," ucap Emma.
“Dan kamu terkena oleh rayuannya hingga membuatmu mau membuka kakimu lebar-lebar?" Nicholas berbalik menatap Emma dengan tajam.
"Nico tolong lupakan itu. Ayo kita mulai kembali hubungan kita dari awal," bujuk Emma. "Kamu tinggalkan saja Alexa, berikan dia uang yang banyak."
"Cih!" Nicholas berdecih mendengar permintaan Emma. "Apa kamu perempuan yang tidak memiliki akal. Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan tadi?" maki Nicholas. "Tidak ingatkah apa yang kukatakan terakhir kalinya, wanita sialan!"
Mata Emma terbelalak, tangannya mengepal menahan amarah karena perkataan Nicholas.
"Dengar ini! Jangan jadi wanita bodoh yang mau dimanfaatkan oleh pria tua itu," ucap Nicholas.
"Nick."
Nicholas mengalihkan pandangannya, ke asal suara, berniat kembali ke tempat Alexa, tetapi tanpa Nicholas duga, Emma menarik tengkuknya membuat bibir mereka menyatu.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Nicholas langsung mendorong Emma memberikan jarak dengan wanita itu, menatap Emma dengan marah.
Awalnya Alexa terkejut saat melihat apa yang dilakukan suaminya dengan mantan kekasihnya. Namun, berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakang aku?" Alexa melipat kedua tangannya dan menyandarkan punggungnya di dinding pesawat.
“Jangan salah paham, Sayangku." Nicholas mendekat ke arah Alexa. “Ini hanyalah sebuah kecelakaan.” Mata memicik tajam ke arah Emma.
"Nico, buka matamu! Perempuan itu hanya ingin hartamu. Dia tidak tulus mencintaimu," tuduh Emma.
"Lalu kenapa? Sudah aku bilang jika tahu itu dan dia sama sekali tidak merasa keberatan," balas Alexa. "Iya, 'kan, Sayang?" Alexa bicara pada Nicholas.
"Hmmm." Nicholas bergumam untuk merespon perkataan Alexa.
"Bagaimana bisa, kamu seperti ini, Nico?" Emma menggeleng tidak percaya.
“Setidaknya dia bukan wanita yang munafik seperti dirimu,” ucap Nicholas. "Kamu juga menginginkan hartaku juga, bukan?" serang Nicholas.
"I-tu ti-dak benar, Nico," tepis Emma.
"Iya ataupun tidak itu bukan urusanku! Aku minta menjauhlah dari hidupku! Jangan sampai aku yang akan memaksamu pergi," ancam Nicholas.
"Nic—"
"Ayo pergi, Sayang." Nicholas melingkarkan tangannya ke pinggang Alexa, berniat membawa pergi istrinya dari tempat itu. Namun, Alexa menahan langkahnya.
"Suamiku ...." Alexa menggantungkan kalimatnya lantas menarik tengkuk Nicholas untuk menyatukan bibir mereka. "Aku tidak suka ada bekas orang lain di sini." Alexa mengusap bekas ciumannya di bibir Nicholas.
Nicholas menarik kedua ujung bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman.
Alexa lantas berbalik menghadap Emma, menunjukkan senyum remeh pada mantan kekasih suaminya.
"Aku harap kamu ingat dengan statusmu, Nona Emma! Kamu hanyalah masa lalu suamiku. Nicholas kini adalah suamiku. Jadi aku minta ... jaga sikapmu!" ucap penuh penekanan. "Jika tidak ... terpaksa aku akan meminta awak pesawat untuk melemparmu dari udara detik ini juga," ancam Alexa. "Bahkan Nicholas pun tidak bisa mencegahku nanti," lanjut Alexa.
Mendengar itu Emma mengepalkan kedua telapak tangannya di samping tubuhnya. Mendengar ancaman Alexa, membuat Emma tidak bisa berbuat apapun kecuali diam.
“Awas kamu, Alexa! Kali ini aku akan diam, tapi tidak dengan lain waktu," batin Emma.
Emma lantas kembali ke tempat duduknya dengan membawa sejuta kekesalan dalam dirinya.
"Kamu harus membayarku lebih setiap kali aku melakukan hal seperti ini," pinta Alexa pada Nicholas.
"Uang bulanan kamu sudah aku transfer berikut dengan bonusnya," ucap Nicholas lantas pergi mengayunkan langkahnya lantas kembali meja pantry. Nicholas kembali meminum kembali wine dari gelasnya.
"Jika kamu masih mencintainya kenapa tidak kembali padanya. Kenapa harus menyiksa dirimu seperti ini?" Alexa menuang wine ke dalam gelas kristal berkaki, saat akan minum Nicholas menghentikannya.
"Siapa yang izinin kamu minum?" Nicholas mengambil alih gelas yang Alexa pegang, ia langsung meneguk habis minuman itu.
"Sekali saja," rengek Alexa.
"Jangan bermimpi!"
"Ck." Alexa berdecak lantas mengerucutkan bibirnya sebal. "Oh iya, kamu belum menjawab pertanyaan aku."
"Apa?"
"Ck, kamu masih mencintai wanita itu?"
"Aku tidak mencintainya lagi. Kebencianku terhadapnya justru makin besar. Aku hanya sedang berpikir bagaimana caranya agar dia berhenti mengejarku seperti ini," jawab Nicholas.
"Kita siksa saja dia seperti tadi. Perlahan dia juga akan mundur," usul Alexa.
Nicholas tidak merespon usulan Alexa. Dia yakin itu tidak akan berhasil. Nicholas kembali meminum winenya lantas menaruh gelas ke meja di sampingnya. Tangannya bergerak untuk meraih pergelangan tangan . membawa untuk duduk di atas pangkuannya. Kedua tangannya melingkar di pinggang Alexa, menahannya agar tidak jatuh.
"Tapi sekarang justru kamu 'lah yang sedang menyiksaku." Nicholas menyelipkan rambut Alexa ke belakang telinganya.
Alexa mengerucut sebal, ia tahu apa maksud dari perkataan suaminya. Segera Alexa bangun dari atas pangkuan suaminya.
“Tidak, aku tidak akan melakukan hal itu di dalam pesawat ini. Banyak orang,” ucap Alexa .
“Lalu apa kamu mau membiarkan suamimu tersiksa seperti ini?” omel Nicholas.
“Ya sudah, kamu mandi saja dengan air dingin,” suruh Alexa membuat Nicholas mendengkus kesal.
“Aku akan menghabisimu setelah datang bulanmu selesai,” ancam Nicholas membuat tubuh Alexa merinding.
sabaaaar yaaa ,,sebentar juga malam
ditunggu jawabannya thoor ,,kalo bisa jangan kelamaan hehe
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang