Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
... POV Author...
...Rumah Beni...
"Kita mampir kerumah Beni dulu, Pa!" pinta Dita sambil mengalihkan pandanganya ke arah luar jendela mobil dengan tatapan yang sulit di artikan.
Revan melihat istrinya seperti itu hanya bisa menghela nafas panjang dan mengangguk.
"keluarga pak Bagas, memang benar-benar sangat keterlaluan, Pa. Bagaimana bisa mereka menghina kita, padahal kita masih berada disana. Dan terlihat sangat jelas bahwa mereka sangat merendahkan keluarga Mentari. Aku tidak habis pikir kenapa ada keluarga semacam itu?" ujar Dita lagi.
Pandangannya masih beralih ke arah kaca jendela mobil dengan fikiran yang berkecamuk. Entah dia terkejut dengan keadaan yang ada di rumah Mentari. Sejujurnya dia tidak merasa terhina dengan apa yang di pikirkan oleh kerabat Mentari, karena kenyataannya tidak seperti itu. Walaupun Dirga itu lumpuh, tetapi anaknya itu bisa menghidupi Mentari dengan layak.
Daripada dia merasa terhina, dia lebih jauh merasa kasihan kepada keluarga Bagas. Bagaimana bisa saudara-saudaranya yang notabenenya adalah adik-adik kandungnya bersikap seperti itu?. Mereka menghina Bagas beserta keluarganya secara terang-terangan.
Hanya karena Mentari akan dinikahi seorang pria yang lumpuh, dan orangtuanya seorang pembantu dan sopir. Padahal Dita sendiri yang notabenenya adalah orang kaya yang sejak dari lahir, tidak pernah berpikiran untuk menghina orang lain seperti itu.
"Itulah kehidupan, Ma. Tidak semua pemikiran orang itu sama dengan pemikiran kita. Memang kalau dilihat-lihat sepertinya keluarga besar Pak Beni tidak menghargai perbedaan kita itu. Karena yang papa dengar dari orang-orang, memang hanya keluarga Pak Bagas yang kehidupannya di bilang kurang sejahtera dari pada saudaranya yang lain lumayan. Dan itu semua juga hasil dari kerja keras pak Bagas sendiri, tetapi sepertinya mereka tidak pernah berniat untuk membalas kebaikan pak Bagas sedikitpun". Sahut Revan dengan wajah masam.
Saat pertama kali istrinya mengatakan ingin menjodohkan putranya dengan gadis yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, ia tidak pernah keberatan. Karena ia juga awalnya dari keluarga yang biasa-biasa juga. Kehidupannya yang sekarang ini juga berasal dari sokongan istrinya yang notabene keluarganya kaya raya.
Lagi pula Mentari adalah sosok gadis yang tangguh, pekerja keras, cantik, dan sopan santunnya yang tinggi. Revan merasa tenang jika Mentari lah yang berada disisi Dirga.
Namun, entah kenapa Revan enggan untuk menunjukkan jatidiri mereka sesungguhnya kepada keluarga besar Mentari. Meskipun sebenarnya keluarga inti dari Mentari sudah mengetahui sebenarnya siapa mereka.
Revan mempunyai firasat yang tidak enak. Ternyata benar, keluarga Mentari adalah bukan keluarga yang seperti pada umumnya. Yang biasanya akan mendukung dan menyemangati keponakannya dalam mengambil keputusan, tapi ini malah sebaliknya. Mereka akan menghina dan di jadikan bahan tertawaan.
"Untung saja, kita tadi mengatakan kalau pekerjaan kita ada sopir dan pembantu ya, Pa. Mama, tidak bisa membayangkan gimana kalau mereka tahu siapa kita sebenarnya. Pasti mereka akan menjadi penjilat, sama seperti manusianya yanh berhati busuk lainnya". Kata Dita menghela nafas panjang, dengan menatap Revan dengan tatapan yang dalam. "Untuk kali ini, kita benar-benar mengambil langkah yang tepat. Kita akan membuat mereka membayar apa yang telah mereka semua kulakukan pada keluarga Mentari!" imbuh Dita lagi.
Mobil berhenti di depan rumah Beni adiknya Dita. mereka langsung membuka pintu mobil dan turun. Beni memang di tugaskan oleh Dita untuk menjalankan pabrik yangg ada di desa ini. Rumah Beni juga paling mencolok terlihat besar dan mewah dari pada rumah-rumah yang lainnya.
"Mas, Mbak! Sudah selesai?" tanya Beni saat Revan dan Dita turun dari mobil. Saat ini Beni dan juga istrinya yang bernama Ranti sedang duduk di teras rumahnya, melihat Dita dan Revan langsung diajak masuk kedalam rumahnya.
"iya, makanya kita sebelum pulang, mampir kesini dulu". Jawab Dita sambil duduk di atas sofa ruang tamu adiknya.
"Udahlah, Mbak! Kalian gak perlu pulang. Mending nginep saja disini. Pulangnya besok pagi saja, toh sekarang sudah malam!" bujuk Ranti agar Dita mau menginap dirumahnya.
"Mana bisa aku menginap, Ran. Kamu sendiri juga tahu kan kalau Dirga sendirian dirumah. Meskipun dirumah banyak pelayan, tapi tetap saja Mbak khawatir sama Dirga". Dita menyahuti.
Daerah tempat tinggal Beni berada di pinggiran kota. Sementara rumah Dita berada di pusat kota. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya, Tapi Dita tetap saja tidak bisa menginap, karena Dirga sendirian dirumah.
"Ya sudah kalau begitu, kalian istirahat saja dulu disini. Terus tadi gimana acaranya? Berjalan lancar? Kalau menurut aku sih, pasti lancar lah. Mentari dan juga keluarganya sangat baik, Mbak. Dan mereka juga orangnya gak pernah neko-neko". Kata Ranti dengan wajah sumringah.
Ranti memang sudah mengenal lama keluarga pak Bagas, karena dia memang asli orang desa sini. Sedangkan Beni adalah orang kota yang menetap disini setelah menikah. Jadi Ranti sudah tahu sifat dan keadaan keluarga dari Mentari.
"Iya, Mbak! Aku sudah paham betul bagaimana sifat pak Bagas dan keluarganya seperti apa. Makanya saat Mbak bilang ingin menjodohkan Dirga dengan Mentari, kami langsung setuju-setuju saja". Beni juga ikut menimpalinya.
"Benar, apa yang kalian bilang... Mentari dan keluarganya sangat baik. Meskipun mereka orang kurang mampu, tapi mereka sangat menjunjung tinggi sopan santun dan juga etika yang baik terhadap tamu juga luar biasa". Sahut Dita mengangguk-anggukan kepala. "Tetapi beberapa keluarga Mentari seperti buleknya yang notabenenya adalah adiknya pak Bagas benar-benar minim akhlak, mereka sama sekali tidak mempunyai sopan santun ". Imbuh Dita lagi.
"Kita juga berbohong kepada keluarga besarnya Mentari. Aku mengatakan kalau kami hanyalah seorang supir dan pembantu di rumah kakakmu yang ada di kota. Aku lakukan itu sengaja ingin tahu bagaimana reaksi mereka, dan ternyata benar. Mereka mengetahui kalau Mentari akan dinikahi oleh laki-laki Lumpuh dan anak dari seorang pembantu dan sopir, mereka langsung mencemooh dan mengejek Mentari dan keluarganya. Mas, sungguh gak habis pikir, kenapa ada orang yang bisa seperti itu?" Revan ikut menimpalinya.
Beni dan Ranti saling berpandangan dan menggelengkan kepala. Karena mereka sudah memperkirakan bahwa keluarga Mentari akan menunjukkan sikap seperti itu.
"Aduh Mbak! Mas!. Kalian gak perlu heran, karena aku juga tadi mengobrol kan masalah ini sama Mas Beni. Kalian akan terkejut dengan sikap keluarga besar Mentari nanti dengan sifatnya yang diluar nurul itu. Memang bukan rahasia lagi, semua masyarakat disini sudah tahu bagaimana perlakuan mereka terhadap keluarga pak Beni, yang menganggap rendah dari kehidupan mereka". Deng cepat Ranti menyahutinya.
"Ya.. Kita lihat saja nanti apa mereka masih bisa melakukan hal seperti ini, jika mereka mengetahui apa yang kita punya sebenarnya. Dan nantinya akan jatuh ke tangan Dirga sebagai pewaris tunggal, yang notabenenya adalah suaminya Mentari. Gadis yang selama ini mereka hina". Dita bergumam dengan wajah datar.
...****************...
lanjut thor
ines bukan rasa cinta itu..