Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
"Kenapa?" Abian mencengkeram wajah Alena dengan kasar, saat mereka sudah berada di dalam kamar. "Kau itu wanita murahan! Sudah seharusnya melayaniku!"
Rasanya Alena ingin sekali menangis, saat pria yang sangat dicintainya itu, kembali menyebutnya sebagai wanita murahan. Namun sekuat mungkin Alena menahannya, karena tidak ingin terlihat lemah di mata Abian.
"Ya aku memang murahan, kau ingin dilayani bukan?" Alena menghempaskan tangan Abian dari wajahnya, mulai melepaskan satu persatu yang melekat di tubuhnya hingga tanpa sehelai benang pun.
Abian yang tengah diselimuti oleh amarah, terdiam saat melihat tubuh polos Alena yang berdiri tepat dihadapannya. Memang bukan kali ini saja ia melihat tubuh polos itu, karena mereka sudah sering melakukannya.
"Untuk malam ini, kau akan membayarku berapa?" Alena mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja Abian, meloloskan kemeja itu dari tubuh kekar suaminya. "Aku tanya berapa bayaranku?" Alena mengulangi pertanyaannya saat Abian hanya diam saja.
"Seperti biasa."
Ya, setiap kali mereka bercinta Abian pasti akan membayar Alena. Selain untuk menyakiti wanita itu, dia juga ingin menunjukkan kedudukan Alena yang hanya seorang wanita murahan, bukan sebagai seorang istri.
"Baiklah," Alena tersenyum meskipun hatinya terluka. Tapi dia tidak bisa menolak uang bayaran tersebut, karena membutuhkannya. Uang itu harus dikumpulkan, untuk ia gunakan di saat keinginannya telah tercapai.
"Sekarang puaskan aku!"
Alena mengikuti keinginan suaminya, dengan mengecup benda kenyal yang selalu membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Kecupan demi kecupan berubah menjadi ******* yang begitu menuntut, saat Abian membalas ciumannya dengan memeluk, dan menjamah tubuhnya.
"Kenapa terasa panas?" gumam Abian dalam hati, sambil terus ******* bibir Alena dengan kasar. Mengenyampingkan pertanyaan dalam hatinya saat merasakan tubuh Alena yang terasa panas.
Abian terus mencumbu Alena, membawa wanita itu ke atas tempat tidur. Meluapkan semua amarahnya karena teringat kejadian beberapa bulan yang lalu, dengan menggigit kasar ke seluruh tubuh Alena. Yang pastinya akan meninggalkan jejak kebiruan di tubuh polos itu.
"Bi..." Alena meringis, tubuhnya tersentak saat dengan kasar Abian melakukan penyatuan mereka. Pria itu begitu kasar bermain di atas tubuhnya, sambil terus menyebut nama Alana tanpa mempedulikan perasaannya.
"Kau mengagumkan Al," Abian merancau menikmati percintaan mereka.
Ingin sekali Alena berteriak, meminta pria itu untuk bermain dengan sedikit lembut. Namun niat itu diurungkannya saat melihat wajah Abian yang menatapnya dengan intens.
Ya, hanya pada saat mereka sedang bercinta, pria itu mau menatap wajahnya dengan intens bahkan memujanya. Meskipun pujaan itu lebih tepatnya untuk Alana, karena Abian selalu menganggapnya Alana saat mereka sedang bercinta.
Lama mereka bergumul di atas tempat tidur, demi mengejar sebuah kenikmatan dunia. Suara desah dan lenguhan, terdengar ke seluruh ruangan. Bahkan hawa ruangan yang tadinya dingin, kini berubah menjadi panas.
"Aku mencintaimu Alana," ucap Abian setelah puas bermain. Dia tidak akan segan membuangnya di dalam, karena tahu wanita itu tidak akan pernah hamil. Karena setiap selesai bercinta Abian akan memberikan pil kontrasepsi darurat, yang selalu tersedia di kamarnya. "Minum!" dia menyodorkan obat tersebut pada Alena.
"Taruh saja di atas nakas, nanti akan aku meminum," jawabannya dengan lemah. Karena dia sudah tidak sanggup untuk bangun dari atas tempat tidur, atau hanya sekedar membuka kedua matanya.
"Bangun! Minum obatnya dan cepat keluar dari kamarku !" Abian menarik tangan Alena. Namun dirinya terkejut saat merasakan begitu panas tangan wanita itu. "Alena!" panggilannya sambil mengecek suhu tubuh wanita itu. "****! Tubuhnya panas sekali," dengan cepat Abian mengambil ponselnya untuk menghubungi dokter. Dia begitu khawatir apalagi saat menyadari Alena pingsan.
ni othronya yg terlalu mengada". cinta aja dia gak tau.🙃
gak konsisten amat..kalau cinta langsung bilang gak usah pake mikir.🤦♀️🥱😪
kalau mereka tulis, seharusnya rasa itu mulai ada sejak alena masoh bersama mereka.