NovelToon NovelToon
ENDING (Akhir Dari Cinta Dan Dendam)

ENDING (Akhir Dari Cinta Dan Dendam)

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Kembar / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Inka

Pernikahan mereka dan hubungan mereka hancur karena kesalahpahaman. Setelah mengetahui penyamaran masing-masing. Kesalahpahaman itu akhirnya terbongkar. Bagaimana cara Kalix mengobati luka menyakitkan di hati Callista dimasa lalu?

Jangan lupa baca cerita author tanpa diskip ya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Di rumah sakit

Callista dimasukkan ke dalam ruangan ICU setelah mendapatkan luka yang cukup serius. Aston masih tinggal di TKP menunggu hasil penyelidikan polisi.

Disisi lain seorang wanita tersenyum menyeringai setelah berhasil menjalankan rencananya. Ia menatap pria bertopi di depannya dengan senyum kepuasan.

"Aku puas dengan kinerja mu! Segera hilangkan jejak sebelum polisi menemukan keberadaan mu!"

Wanita itu menyerahkan sebuah amplop tebal berisi duit ratusan ribu poundsterling.

"Ini sisa uang yang aku janjikan! Segera tinggalkan negara ini! Aku tidak ingin kau sampai tertangkap!" kata wanita itu sebelum pergi dari sana.

Pria itu pergi melalui pintu belakang bar tempat mereka bertemu. Ia menyetop taksi yang melintas di jalan raya dan langsung masuk ke dalam.

"Club malam Sunny." katanya dengan singkat.

Taksi melaju dengan kecepatan sedang menuju lokasi tujuan pria itu.

Tak beberapa lama, taksi berhenti disebuah club malam. Puluhan bahkan ratusan orang berdiri di pinggir jalan tempat yang pria itu datangi. Beberapa dari mereka terlihat sedang berciuman mesra di pinggir jalan tanpa rasa malu sedikit pun.

Pria itu langsung masuk ke dalam club.

"Apa kau sudah mendapatkan uangnya?" tanya seorang pria berbadan besar menghampiri pria itu.

"Tentu saja!" pria itu melemparkan segepok uang tunai ke atas meja pria itu.

"Hutang ku sudah lunas! Aku masih memiliki urusan penting!"

Pria itu turun ke basement club dan masuk ke dalam salah satu mobil berwarna hitam yang tidak terlalu mewah. Ia menghidupkan mobil itu dan melaju keluar dari basement club.

Mobil yang dikendarai pria itu melaju kearah lokasi dataran tinggi yang berada di pinggir kota. Udara sekitar tempat itu terasa sangat sejuk saat malam hari tiba. Apa lagi musim dingin akan segera tiba.

Pria itu beberapa kali menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan hingga rusak dan lecet. Dari kaca spionnya, Ia melihat sebuah mobil terlihat mengikutinya dari belakang.

Pria itu langsung tancap gas dan melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba di sebuah tebing, pria itu langsung membuka pintu dan melompat keluar. Ia berhasil bergelantungan di ranting pohon yang tertutup semak-semak belukar.

Mobil terguling-guling jatuh ke dalam jurang.

DUAR

DUAR

DUAR

Ledakan dari bawah jurang menarik atensi mobil yang mengikuti pria itu.

"Kita tidak perlu melanjutkan tugas yang bos berikan kepada kita! Pria itu mungkin sudah mati terpanggang bersama mobilnya!" kata salah satu dari dua pria yang turun dari dalam mobil itu.

Mereka memperhatikan mobil yang terbakar di dalam jurang dari atas tebing.

Mereka kembali masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.

"Kau tidak akan bisa membunuhku!" gumam pria itu dengan susah payah naik ke atas tebing.

#

#

Di rumah sakit

Callista mengalami koma setelah berhasil melewati masa kritis pasca operasi dibagian kepalanya. Suara monitor medis rumah sakit memenuhi ruangan ICU. Hanya keheningan yang menemani Kalix di dalam ruangan itu.

Kalix tiba-tiba menangis saat melihat tubuh tak berdaya Callista. Beberapa alat medis memenuhi beberapa bagian dari tubuh sang istri.

"Maafkan aku. Maafkan aku. Aku tidak menyangka kalau kemarahan ku tadi akan menyakiti mu."

Kalix menggenggam tangan hangat Callista.

Callista tidak merespon apapun mendengar permintaan maaf dari pria yang masih sah menjadi suaminya hingga sekarang.

Ponsel Kalix berdering berulang kali, namun pria itu terlihat enggan mengangkat panggilan itu.

Tak beberapa lama seorang pemuda membuka pintu ruangan ICU dari luar. Sesaat pandangan mereka bertemu, namun Morgan langsung mengalihkan pandanganya kearah ranjang rumah sakit.

Kalix memutuskan keluar dari sana saat melihat pria itu melangkah kearah Callista.

Morgan menatap wajah Callista dengan mata berkaca-kaca. "Call, mengapa kamu harus berakhir ditempat ini? Aku sangat panik saat Nanny bilang kamu pergi dari rumah tanpa bilang apa-apa."

Kedua bola mata Callista tiba-tiba terbuka dengan tatapan sedikit menyipit. Ia menatap Morgan dengan wajah pucat. Bibir Callista bergerak seperti seseorang yang sedang mengucapkan sebuah kalimat singkat.

Callista kembali mengucapkan kata yang tidak bisa Morgan dengar dari jarak sedekat itu.

Morgan sedikit membungkuk dan mendekatkan pendengarannya ke dekat wajah Callista.

Kalix menyaksikan pemandangan itu dari balik pintu kaca.

"Bawa aku pergi dari sini." kata Callista dengan suara sangat lirih sebelum mengalami kejang-kejang.

Dengan wajah panik Morgan menekan tombol merah di atas kepala ranjang sebelum berlari kearah pintu keluar.

"Dokter! Suster!" teriak Morgan dengan suara yang cukup menggema.

Salah satu dokter jaga yang sedang bertugas menyaksikan kepanikan Morgan dari ujung lorong ruangan ICU rumah sakit. Ia bergegas masuk ke dalam ruangan ICU memeriksa kondisi Callista.

"Cepat! Periksa kondisi Callista!"kata Morgan dengan suara bergetar.

Kalix membatu di depan pintu mendengar kalimat terakhir Morgan.

"Callista?" gumam Kalix dengan jantung berdebar kencang.

"Siapa dia? Apa dia juga menyamar sama seperti ku? Lalu dimana Catherine yang sesungguhnya? Apa mereka juga terlahir kembar?" ujar Kalix dengan penuh tanda tanya.

Wajah Kalix tiba-tiba berubah pucat pasi saat memperhatikan situasi di dalam ruangan ICU dari luar. Tiga orang perawat masuk ke dalam ruangan ICU dan meminta Morgan menunggu di luar.

Emosi Morgan tiba-tiba meledak saat melihat Kalix berdiri di sampingnya dengan wajah melamun. Ia terlihat tidak panik menyaksikan situasi menegangkan di dalam ruangan ICU.

Tanpa berpikir panjang, Morgan langsung melepaskan beberapa pukulan hingga membuat sudut bibir Kalix berdarah.

BUG

BUG

BUG

"Persetan dengan bajingan seperti mu! Apa kau bahagia melihat Callista akhirnya menderita! Jika terjadi sesuatu kepada Callista, aku tidak akan membiarkan mu hidup dengan tenang dan bahagia!" teriak Morgan dengan wajah marah dan emosi yang berapi-api.

"Callista? Siapa dia? Apa Catherine dan Callista orang yang sama?" tanya Kalix dengan wajah bingung.

BUG

Morgan kembali emosi mendengar pertanyaan Kalix. Ia kembali melepaskan sebuah tinjuan mengenai pipi pria itu.

Morgan menarik kerah baju Kalix dan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Mau dia Catherine atau Callista, apa kau pantas memperlakukannya seperti wanita yang tidak punya harga diri? Mau dia penjahat ataupun pembunuh, apa kau pantas menghancurkan hatinya dan mengambil orang-orang yang disayanginya dengan begitu kejam?"

"Kau tidak pantas!" Morgan mendorong tubuh Kalix dengan sedikit kasar ke belakang.

Sejam kemudian dokter keluar dengan wajah berkeringat. Ia menatap keduanya dan menggeleng dengan wajah sedih.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha sebisa kami menyelamatkan pasien. Namun, jantung pasien tiba-tiba berhenti dan kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi."

Deg

Deg

Deg

Kalix merasa ribuan pisau tajam menancap melukai jantungnya mendengar ucapan dokter. "Tidak! Catherine tidak mungkin pergi secepat ini!"

"Anda bisa masuk ke dalam memeriksa kondisi terakhir pasien sebelum dipindahkan ke kamar mayat." ujar dokter itu mengijinkan keduanya masuk ke dalam.

Mereka menuruti perkataan dokter dan melangkah masuk ke dalam ruangan ICU dengan wajah ragu-ragu. Mereka tidak yakin jika Callista sudah benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

Mereka melihat tubuh dan wajah Callista mulai berubah pucat. Beberapa perawat mulai melepaskan satu persatu alat-alat medis yang menempel di tubuh wanita itu.

"Maafkan aku! Maafkan aku gagal menjagamu!"

Tubuh Morgan tiba-tiba luruh ke lantai saat menyaksikan langsung bagaimana kondisi Callista setelah meninggal.

"Love, maafkan aku. Aku janji tidak akan meninggalkan mu dan mengacuhkan mu!Wake up! Kedua bayi kita masih membutuhkan mu!" kata Kalix dengan suara bergetar.

"Maafkan aku! Meskipun kata maaf tidak akan pernah mengembalikan semuanya seperti semula. Tapi, aku mohon... ."

Kalix menggenggam tangan Callista yang masih terasa hangat.

"Wake up! Beri aku kesempatan kedua!"

Hiks

Hiks

Hiks

Air mata yang sedari tadi Kalix tahan akhirnya luruh juga. Ia menangis tersedu-sedu memeluk tubuh Callista.

1
merry jen
AP sakira in Calista yaa
Senja
sampulnya sama kek cerita aku🤣
merry jen
itu model y suka kalik gmnn kbryy tuu ,,moga perbuatan kebongkarr yaa jgnn ksh hdp enkk tu cwee
merry jen
kalikk kalik dh mnggll istrimu br nyesall kmuu ,,l perbuatan mu kejamm dnkhinn di ambil anky dr mm kndung,,dceraiin pulaa Dann dtngkpp dan mertuamu mnggll jg krnn muu ,dhh bnykk tu dosamuu kalik wkkkkkk ,,moga istrimu GK mmgglll itu cm akl aklnn y untuk buat kmu mnyesll
merry jen
jahat x kalik andai gk nahan Calista mngkin mmy Kalista gk dtabrak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!