NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:846
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ancaman dari Kegelapan

Hutan Abyssal tampak suram seperti biasanya, dengan kabut ungu yang melayang di udara dan suara gemerisik dari makhluk-makhluk magis di antara pepohonan. Kael berjalan di depan, jubah hitamnya menyatu dengan kegelapan di sekitarnya. Arlina mengikutinya dari belakang, napasnya terdengar berat karena ketegangan. Aelric bersandar pada Eryx, wajahnya pucat akibat luka-luka yang baru saja ia derita.

Rupanga Seraphine menyerang kembali karena tidak terima telah di permainkan oleh Kael dan membawa tawanannya pergi, serangan pada istana membuat mereka berlari ke hutan dan sedikit pertempuran.

“Kita harus keluar dari sini sebelum Seraphine mengirim pasukannya,” ujar Kael dengan nada dingin.

Arlina menggenggam busur kecil yang diberikan Eryx sebelumnya. “Kenapa dia begitu terobsesi padamu, Kael?”

Kael melirik ke arah Arlina dengan tatapan tajam. “Seraphine tidak hanya menginginkanku. Dia menginginkan kekuasaan atas seluruh Umbrahlis dan Solaria. Aku adalah hambatan terbesarnya.”

Aelric mendengus pelan. “Kedengarannya kau punya banyak musuh, Pangeran Kegelapan.”

“Dan kau salah satu di antaranya?” balas Kael dengan nada datar, tak menghentikan langkahnya.

“Sudah cukup, kalian berdua,” potong Arlina, suaranya tegas meski nadanya gemetar. “Kita harus bekerja sama untuk keluar dari sini.”

Kael tidak menjawab, tetapi dia melambatkan langkah agar Arlina bisa berjalan di sampingnya.

Setelah beberapa jam perjalanan, rombongan akhirnya tiba di gerbang hutan yang dijaga oleh dua prajurit Umbrahlis. Mereka membungkuk hormat begitu melihat Kael.

“Yang Mulia,” kata salah satu prajurit, “kami menerima laporan bahwa Seraphine telah mengumpulkan pasukannya di dekat perbatasan.”

Kael mengangguk, wajahnya tetap tanpa ekspresi. “Siapkan pertahanan di sisi timur istana. Aku akan menangani ini.”

“Kael,” panggil Arlina dengan nada khawatir. “Apa kau yakin bisa menghadapinya lagi? Seraphine tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.”

Kael menatapnya dalam, matanya yang biasanya dingin kini tampak melembut. “Percayalah padaku, Arlina. Aku tidak akan membiarkan dia menyentuh siapa pun yang ada di bawah perlindunganku.”

Setibanya di Noctis Hall setelah situasi mereda, Eryx membawa Aelric ke ruang penyembuhan sementara Arlina mengikuti Kael ke ruang strategi. Di sana, peta besar Umbrahlis terbentang di atas meja, dengan tanda-tanda merah yang menunjukkan pergerakan musuh.

“Kita tidak bisa membiarkan Seraphine mendekati istana,” kata Kael sambil menunjuk sisi timur peta. “Jika dia berhasil menembus pertahanan kita, seluruh Umbrahlis akan berada dalam bahaya.”

Arlina mendekat, melihat peta dengan cermat. “Apa yang bisa kulakukan untuk membantu?”

Kael mengangkat wajahnya, menatap Arlina seolah mempertimbangkan sesuatu. “Kau sudah cukup membantu dengan membawa kami ke sini dengan selamat.”

“Tapi itu tidak cukup!” protes Arlina. “Aelric terluka, dan aku tidak bisa hanya duduk diam sementara kalian semua mempertaruhkan nyawa.”

“Arlina,” kata Kael dengan nada lembut, “kau sudah melakukan lebih dari cukup. Percayakan sisanya padaku.”

“Kael, aku tidak”

“Cukup,” potong Kael, matanya kembali dingin. “Aku tidak akan membiarkanmu terlibat lebih jauh.”

Arlina terdiam, rahangnya mengeras. Ia tidak menyukai nada perintah Kael, tetapi ia tahu pria itu hanya mencoba melindunginya.

Di sisi lain istana, Eryx duduk di samping Aelric yang masih terbaring di tempat tidur. Wajah Aelric tampak lelah, tetapi matanya memancarkan tekad.

“Kael itu pria yang berbahaya,” kata Aelric pelan.

Eryx mengangkat alis. “Dia mungkin berbahaya, tetapi dia juga satu-satunya yang mampu melindungi Arlina saat ini.”

“Dia mungkin melindunginya sekarang,” balas Aelric, “tapi bagaimana jika dia akhirnya melukai Arlina? Aku tidak percaya dia sepenuhnya.”

Eryx tertawa kecil. “Kau terlalu keras pada Kael. Dia lebih dari sekadar Pangeran Kegelapan yang kau lihat. Jika kau membuka pikiranmu sedikit, kau akan menyadari bahwa dia tidak seburuk itu.”

Aelric hanya menghela napas, menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Di luar istana, langit mulai berubah menjadi merah keunguan, tanda bahwa energi magis Seraphine semakin dekat. Kael berdiri di balkon, memandang ke arah cakrawala. Arlina mendekat, berdiri di sampingnya.

“Aku tidak akan pergi,” katanya tiba-tiba.

Kael menoleh, menatapnya dengan alis terangkat. “Apa maksudmu?”

“Aku tidak akan meninggalkanmu menghadapi ini sendirian,” lanjut Arlina, matanya menunjukkan ketegasan.

Kael tersenyum tipis, senyuman yang jarang terlihat. “Kau keras kepala, ya?”

“Keras kepala adalah sifat keluarga kami,” balas Arlina sambil tersenyum kecil.

Kael tertawa pelan, suaranya dalam dan menenangkan. “Baiklah, kalau begitu. Tapi ingat, tetaplah di belakangku. Aku tidak ingin kau terluka.”

Arlina mengangguk, merasa sedikit lega bahwa Kael mulai mempercayainya.

Ketika malam tiba, pasukan Seraphine muncul di kaki bukit di luar Umbrahlis. Prajurit Umbrahlis bersiap di dinding istana, panah dan sihir gelap mereka siap dilepaskan kapan saja.

Seraphine muncul di depan pasukannya, mengenakan jubah hitam dengan perhiasan merah darah. Wajahnya penuh dengan kebencian dan ambisi.

“Kael Nocturne!” teriaknya, suaranya menggema di seluruh lembah. “Serahkan Arlina padaku, atau aku akan menghancurkan istanamu ini!”

Kael melangkah keluar ke balkon, diikuti oleh Arlina. Ia menatap Seraphine dengan ekspresi datar. “Kau tahu aku tidak akan pernah menyerahkan siapa pun padamu, Seraphine. Kau tidak punya kekuatan untuk menghancurkan Umbrahlis.”

Seraphine tertawa dingin. “Kita lihat saja, Kael. Aku akan kembali dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Dan saat itu, kau tidak akan bisa menyelamatkan dirimu sendiri.”

Dengan itu, Seraphine dan pasukannya mundur, meninggalkan ancaman yang menggantung di udara.

Setelah semuanya tenang, Arlina mendekati Kael di ruang takhta. “Apa kau pikir dia akan kembali?”

Kael mengangguk pelan. “Seraphine tidak pernah membuat ancaman kosong. Kita harus bersiap untuk serangan berikutnya.”

Arlina menatapnya dengan penuh kekhawatiran. “Kael, aku tahu kau bisa menghadapi ini. Tapi aku juga ingin membantu.”

Kael menatap Arlina, matanya melembut. “Kehadiranmu di sini sudah cukup membantu, Arlina. Jangan pernah meremehkan pengaruhmu pada orang-orang di sekitarmu, termasuk aku.”

Kata-kata Kael membuat Arlina merasa hangat di dalam hati, meskipun ancaman dari Seraphine masih menghantui mereka. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa di tengah kegelapan, ada harapan yang mulai tumbuh.

Di ruang takhta yang remang, Kael duduk di kursinya, tampak tenggelam dalam pikiran. Arlina berdiri di sampingnya, matanya mengamati pria itu dengan cermat.

“Kael,” panggil Arlina perlahan.

Kael mendongak, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterka. “Apa?”

“Aku tahu aku terus memaksa, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku ada di sini bukan hanya karena Aelric. Aku ingin membantu karena aku peduli,” ujar Arlina dengan nada serius.

Kael tersenyum tipis, meski matanya tetap terlihat lelah. “Kau terlalu baik untuk dunia ini, Arlina. Dunia kami penuh dengan pengkhianatan dan darah.”

“Dan itulah alasan aku ingin membantu. Tidak semua hal harus berakhir dengan kegelapan,” jawab Arlina tegas.

Kael menghela napas panjang, kemudian berdiri. “Kau keras kepala, tapi aku menghormati itu.”

Mendadak, pintu ruang takhta terbuka, dan Eryx masuk dengan langkah tergesa.

“Yang Mulia,” katanya dengan napas tersengal. “Seraphine telah meninggalkan sesuatu di perbatasan. Sebuah pesan, atau mungkin jebakan.”

Kael mengernyit. “Apa yang dia tinggalkan?”

“Sebuah peti berisi kristal merah. Tampaknya berasal dari Solaria,” jawab Eryx.

Arlina menoleh ke Kael, wajahnya tegang. “Seraphine tidak akan pergi begitu saja tanpa rencana.”

Kael mengangguk pelan. “Aku tahu. Kita akan memeriksa peti itu dengan hati-hati. Tapi apa pun yang terjadi, kau tetap di istana. Aku tidak mau mengambil risiko.”

Arlina hendak memprotes, tapi melihat keteguhan di mata Kael, dia akhirnya mengangguk. “Baiklah. Tapi hati-hati, Kael.”

Kael hanya tersenyum tipis sebelum berjalan pergi bersama Eryx, meninggalkan Arlina yang mulai dihantui firasat buruk.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!