Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANGAN MENDIAMKANKU
“Maafkan aku, Ax,” kata Win, “aku tak menyangka dia akan melakukan itu.”
“Aku juga tak menyangka dia akan mengorbankan dirinya sendiri demi mencapai tujuannya, yang ntah apa,” kata Axel.
“Apa kepalamu masih sakit?” tanya Win.
“Sedikit,” jawab Axel.
“Beristirahatlah. Aku yang akan mengambil hasil medical check-up-mu nanti,” ujar Win.
“Thank you, Win. Oya, apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang Jessica?”
“Belum. Beberapa orangku masih mencari keberadaannya. Apa kamu tidak mengetahui sedikit pun lokasi spesifik di mana Jimmy menurunkannya?”
Axel menggelengkan kepalanya, “aku tak tahu. Saat itu aku benar-benar tak peduli.”
“Aku akan mengusahakannya, tapi yang terpenting hiduplan dengan baik.”
“Thank you, Win.”
**
“Ric, aku harus pergi dulu untuk mengambil beberapa barang milikku yang dikirim oleh keluargaku,” kata Win pada Eric.
“Perlu bantuanku?” tanya Eric.
“Terima kasih, aku bisa melakukannya sendiri. Hanya beberapa barang kebutuhanku sehari-hari yang tak sempat aku bawa saat datang ke sini.”
“Baik, pergilah. Aku akan meng-handle semua pekerjaanmu.”
“Ok, aku pergi dulu.”
Win akhirnya pergi sendiri. Ia memang berencana mengambil beberapa barang yang dikirimkam oleh keluarganya. Selain itu, ia juga akan mengambil hasil medical check-up milik Axel. Sebelumnya, Axel telah menghubungi dokter yang memeriksanya.
Saat Win telah pergi, Axel memanggil Eric untuk menanyakan beberapa hal, “Apa Ansel sudah menghubungimu, Ric?”
“Belum, ada apa, Tuan?”
“Aku tidak tahu. Mungkin ia membutuhkan bantuanmu. Oya, di mana Win?” tanya Axel.
“Aku tidak tahu di mana dia. Ia tak ada di ruangannya, bahkan tak memberitahuku ke mana ia pergi. Apa pilihanmu sepupu anda cukup kompeten, Tuan?” tanya Eric.
Kamu bahkan berusaha menjelek-jelekkan Win. Padahal aku bisa memantau semuanya dari sini. - batin Axel.
“Aku percaya pada sepupuku, Ric. Mungkin dia masih harus banyak belajar, tapi kamu pasti bisa mengajarinya.”
“Baik, Tuan. Aku sangat merindukan Jimmy,” ujar Eric.
“Apa kamu pernah menghubunginya?” tanya Axel.
“Tidak, Tuan.”
“Baiklah, mungkin dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya.”
Setelah menyerahkan beberapa berkas yang sudah ia tanda tangani pada Eric, Eric pun keluar dari ruang kerja Axel. Axel memeriksa berkas tersebut dan melihat beberapa coretan Axel. Ia berdecak kesal karena Axel masih saja teliti saat memeriksa dokumen, meskipun sudah tak ada Jimmy. Biasanya Jimmy-lah yang membantu Axel.
“Aku akan menghancurkan perusahaan ini, seperti Tuan Lexy menghancurkan perusahaan Daddyku,” gumam Eric.
**
Setelah mengetahui bahwa Axel juga terkontaminasi zat berbahaya seperti yang juga ada dalam tubuh Xin, Axel mulai memilah makanan dan minuman yang diberikan oleh Eric.
Win mengatakan bahwa dengan dosis yang diberikan oleh Eric, memang butuh waktu yang jauh lebih lama untuk Axel bisa seperti Jessica. Eric sepertinya tak ingin ketahuan telah memberikn obat itu.
Satu minggu, satu bulan, tiga bulan berlalu …
Axel telah pindah ke apartemen. Ia beralasan ingin sendiri. Axel mengijinkan Eric untuk tetap tinggal di mansionnya, tapi akhirnya Eric pun keluar dari sana dan tinggal di sebuah apartemen juga.
“Kalian akan pergi lagi, Dad?” tanya Axel yang malam ini mengunjungi kedua orang tuanya.
“Mengapa kalian jadi suka bepergian?” tanya Axel lagi karena melihat kedua orang tuanya yang belakangan ini sering sekali pergi dan pasti dalam waktu beberapa minggu.
“Kapan lagi kami bisa pergi kalau tidak sekarang? Anak-anak sudah mengurus perusahaan menggantikan kami, jadi kini giliran Dad dan Mom untuk menikmati kan?” jawab Lexy.
“Aku merindukan kalian,” kata Axel tiba-tiba. Ia mendekati Gia dan memeluknya.
Gia membalas pelukan Axel. Sudah lama juga ia tak memeluk putranya itu. Tampak tubuh Axel bergetar karena menahan isakan tangis. Axel masih belum berani mengakui kesalahannya pada kedua orang tuanya. Ia bingung bagaimana mengatakannya dan dari mana ia harus memulainya.
“Bolehkah aku tidur dengan Mommy malam ini?” tanya Axel.
“Enak saja! Mommy akan tidur dengan Dad,” ujar Lexy.
“Semalam saja, Dad. Pelit sekali!” gerutu Axel.
“Kamu itu sudah dewasa, tidak boleh tidur dengan Mommy lagi. Seharusnya kamu menikah dan tidur bersama istrimu,” kata Lexy.
“Daddy sudah tua, berbagi sedikit saja tidak mau,” Axel masih saja menggerutu. Namun di dalam hati, ia seakan tertampar dengan perkataan Dad Lexy. Ia sudah menikah, bahkan sudah bercerai, tapi kedua orang tuanya tak pernah mengetahuinya.
Selama tiga bulan ini, Win belum bisa menemukan keberadaan Jessica. Selain karena kesibukannya, Jessica seakan hilang ditelan bumi. Hati Axel semakin gelisah memikirkannya. Rencananya, ia akan menghubungi Michael lagi untuk meminta bantuannya. Ia yakin Michael akan dengan mudah mendapatkan informasinya.
“Aku akan menemani Axel, sayang. Jangan cemburu,” kata Gia. Gia membisikkan sesuatu pada Lexy dan akhirnya Lexy pun menganggukkan kepalanya.
“Semalam saja! Jangan minta lebih,” kata Lexy yang kemudian melangkah ke dalam kamar tidurnya. Malam ini ia akan tidur seorang diri.
Gia pun bersama Axel masuk ke dalam kamar tidur Axel. Wajah Axel tampak berbeda dengan wajah sebelum ia masuk ke dalam kamar tadi.
“Ansel ke mana, Mom?” tanya Axel yang tak melihat keberadaan adiknya itu.
“Dia pergi Zurich menemui Niesha.”
“Niesha? Memangnya ada apa dengan Niesha?” tanya Axel lagi.
“Mommy juga tak begitu tahu. Hanya saja Niesha selalu menghubungi adikmu. Mungkin ia butuh teman mengobrol,” jawab Gia.
Axel naik ke atas tempat tidur setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Gia telah duduk di atas tempat tidur dan bersandar.
“Apa kamu sedang banyak pikiran?” tanya Gia yang sebenarnya sangat tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Axel. Lexy selalu memantau putra sulung mereka itu sejak Jessica berada dalam pengawasan mereka.
Axel merebahkan kepalanya di atas pahha Gia dan menatap Mommynya itu.
“Mom, apa Mommy akan marah jika aku melakukan kesalahan?”
“Tergantung kesalahan apa itu.”
“Jika kesalahanku sangat besar dan menyakiti perasaan Mommy. Apa Mommy akan memaafkanku?” tanya Axel.
Gia menghela nafasnya pelan. Ia memejamkan matanya kemudian mengusap rambut Axel.
“Mommy tak akan marah padamu, tapi mungkin Mommy akan kecewa. Mommy menyayangimu, sangat menyayangimu. Kamu adalah kebahagiaan terbesar Mommy. Apa kamu akan tega menyakiti perasaan Mommy?”
Axel seakan tak sanggup menjawab pertanyaan Gia. Ia memiringkan tubuhnya dan memeluk Gia erat.
“Aku menyayangimu, Mom. Jika suatu saat nanti aku sampai menyakitimu, pukul dan marahi aku. Tapi … jangan pernah mendiamkanku. Aku tak akan sanggup menghadapi itu. Mommy adalah segalanya untukku,” kata Axel dengan lirih.
Gia merasa ingin sekali menangis saat mendengar perkataan Axel. Ia kembali mengusap rambut Axel, putra sulungnya, seseorang yang membuatnya bahagia karena pertama kali dipanggil dengan sebutan Mommy.
“Mommy menyayangimu,” Gia mengecup kening Axel dan membiarkan putranya tidur di pangkuannya.
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭