Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9. Keluar Hutan
...Cinta sama halnya dengan api. Ia menghangatkan dalam takaran normal, namun menghancurkan bila dalam takaran berlebihan...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Seluruh anggota panitia perkemahan tengah mengadakan rapat di depan tenda khusus panitia yang dipimpin oleh Raja tentunya. Cowok itu terus membahas dengan wajah serius tanda ada celah bercanda sedikit pun.
Liam yang biasa selalu berceloteh kini mendadak diam sembari memerhatikan Raja yang masih terus bicara di hadapannya. Saat mereka tengah serius memperhatikan penjelasan dari Raja untuk kegiatan hari ini, tiba-tiba saja sebuah teriakan mengejutkan mereka.
"KAKAK SENIOR! PERMISI, KAK, TEMAN SAYA GAK ADA DI TENDA, KAK. KAYAKNYA HILANG GAK TAHU KE MANA!" teriak Niara sembari menstabilkan napasnya.
Seluruh panitia saling bertatap kemudian beranjak ke arah gadis berambut panjang itu. "Siapa yang hilang? Gimana ceritanya bisa hilang? Jangan-jangan demit di sini udah beraksi," tanya Liam.
Galih datang dari arah belakang sembari menggampar kepala Liam keras, membuat sang empu meringis kesakitan. "Weh, anj*r, lo! Gue udah bego jangan lo gampar kepala gue, bisa-bisa makin bego gue," ocehnya.
Abella, salah satu panitia yang berdiri di hadapan Niara tampak khawatir. "Siapa nama temen lo? Dan di mana tenda kalian?"
Niara menunjuk ke arah tenda yang berada jauh di ujung dekat hutan. Abella mendelik karenanya, ia menjadi teringat akan temannya yang pernah menghilang ke dalam hutan dan di temukan tak bernyawa bersimpah darah.
"L-lo udah cek sekitar? Mungkin aja dia ke toilet," sahut Nana.
Niara menggeleng kuat, ia bahkan sudah mencari sahabatnya hampir ke seluruh tempat yang memungkinkan untuk Ratu datangi, namun tak satu pun tempat ia jumpai keberadaan gadis itu.
"Enggak, Kak. Gue udah cari Ratu ke mana-mana tapi tetap gak ketemu. Padahal tadinya Mischa, eh, maksud gue Ratu cuma izin mau ke tempatnya Kak Raja doang, setelah itu gue gak tahu dia ke mana," ungkapnya.
Mendengar nama Raja dari mulut Niara, sontak senior yang ada di sana menoleh menatap cowok yang tengah meneguk sebotol air mineral. Cowok itu kemudian berbalik sembari menaikkan kedua alis tebalnya seakan bertanya 'kenapa?'.
"Lo lihat cewek yang waktu itu lo angkat ke UKS gak? Cewek yang pakai kacamata itu, Ja." Nathalie bertanya pada Raja sembari sedikit berbisik.
Raja tampak terdiam seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Nathalie turut terdiam menunggu jawaban cowok di hadapannya. Nathalie mendelik usai teringat akan sesuatu.
Nathalie sempat melihat Raja memarahi Ratu entah karena apa, yang Nathalie dengar hanyalah hukuman yang ditujukan untuk Ratu, yakni harus menggumpulkan kayu bakar dari dalam hutan. "Ja, lo tadi nyuruh tuh cewek ke hutan, 'kan? Jangan bilang kalau dari tadi dia belum keluar dari hutan itu. Hutan di sana lebat, Ja, bahaya!"
Tanpa aba-aba Raja lantas bergegas berlari menuju hutan, mengabaikan teriakan demi teriakan dari kawan-kawannya yang lain. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatan dari gadis itu.
Raja terdiam di mulut hutan, ia memastikan dari arah mana dirinya menyuruh Ratu untuk masuk ke dalam hutan. Matanya terus mencari tanda silang yang dibuatnya di atas tanah untuk menandai agar gadis itu meletakkan kayu bakarnya di sana.
"Kalau lo gak bisa bawa kayu dari dalam sana jangan harap lo keluar dari hutan itu dan taruh kayu bakarnya di sini!" tegas Raja dengan penuh emosinya.
Raja menjambak rambutnya frustasi merasa benar-benar bersalah sudah menghukum gadis malang itu. Tidak seharusnya ia menghukumnya mencari kayu bakar dari dalam hutan yang kerap menelan korban lantaran di sana pepohonan masih sangat lebat sehingga sangat sulit bisa keluar dari sana.
Beberapa guru sudah menegaskan bahwa tidak boleh ada siswa yang masuk ke dalam hutan itu, namun apa yang dilakukan Raja? Ia justru dengan tegas menghukum gadis malang itu untuk masuk ke dalam hutan.
Raja terus melangkah sembari meninggalkan jejak agar tidak tersesat. Sesekali Raja berteriak memanggil nama gadis itu. "Ratu! Agak aneh kalau gua manggil namanya."
Sesaat kemudian ia kembali tersadar dan kembali berteriak mencari keberadaan Ratu. "WOI, ANAK ORANG, LO DI MANA? LO MASIH ADA DI SINI? JAWAB GUA, JANGAN BUAT GUA KHAWATIR!"
Namun tentu tidak ada sahutan dari gadis itu. Ia semakin mempercepat langkahnya melewati jalanan yang mulai licin, sesekali dirinya terpeleset hingga celana yang ia kenakan sudah kotor berlumurkan tanah basah.
Entah mengapa Raja menjadi teringat berita yang sempat menggemparkan sekolahnya dua tahun yang lalu. Tepat di hari MOS ketiga, dikabarkan ada seorang siswi menghilang tanpa jejak di daerah hutan.
Dalam kurun waktu tiga hari akhirnya gadis yang hilang itu pun berhasil ditemukan, namun nahas. Gadis itu ditemukan sudah tidak bernyawa bersimpah darah di tengah lebatnya hutan.
Raja menepis kuat pikirannya itu. "Gak! Gua pasti bisa temuin cewek itu. Gua gak akan keluar dari sini sebelum gua temuin cewek itu!"
Ia semakin jauh memasuki hutan, ia mengabaikan tubuhnya yang sudah mulai menggigil kedinginan. Beruntung hujan sudah reda sedari tadi sehingga suhu di dalam hutan tidak sedingin sikap doi.
Semakin dalam Raja melangkah, perasaan ragu dalam dirinya semakin menyelimuti. Ia ragu apakah ia akan lanjut ataukah tidak, lantaran dirinya sudah terlalu jauh memasuki hutan. Namun jika hendak berbalik, ia takut jika gadis itu ternyata memang ada di dalam hutan itu.
Raja sempat terdiam merasa benar-benar bimbang harus bagaimana. Hingga akhirnya tanpa sengaja ekor matanya menjumpai sebuah syal berwarna ungu. "Ini punya itu cewek? WOI, LO ADA DI SINI GAK? KALAU LO ADA DI SINI JAWAB GUA! JANGAN BUAT GUA KHAWATIR KAYAK GINI. GUA MINTA MAAF!" teriaknya lagi sembari meraih syal itu. Detik kemudian ia melemparkan syal itu ke sembarang arah.
Saat Raja melemparkan syal itu, tiba-tiba saja sayup-sayup terdengar sebuah tangisan kecil. Raja dibuat merinding karenanya. Sudah hawa dingin yang terus menerjangnya, perasaan bersalah, rasa lelah, dan sekarang? Ia justru dibuat takut karena tangisan itu.
"T-tolong!"
"Tolong!"
Seketika bulu kuduk Raja berdiri karena suara minta tolong dan suara isakan tangis itu. Raja mengembuskan napasnya mencoba mengumpulkan keberaniannya agar bisa kembali melangkah.
"Kak Raja tolon**g!"
"Kak Raja!"
Raja membelalak mendengar namanya dipanggil oleh suara misterius itu. Suaranya cewek. Apa itu si cewek burik itu? pikirnya.
Raja memberanikan diri mendekat ke sumber suara, semakin mendekat ia semakin jelas mendengar suara itu. Suara yang begitu mirip dengan gadis yang tengah ia cari. Ia membuka tanaman yang menutupi siapa pemilik suara misterius itu dan—
Mengetahui siapa pemilik suara itu, Raja lantas membawa sang gadis ke dalam dekapannya sembari terus meminta maaf. Raja lalu menggendong gadis itu ke punggungnya, namun gadis itu menolaknya.
"Enggak mau! Ratu takut Kakak marah lagi sama Ratu, Ratu minta maaf udah buat Kakak marah. Mending Kakak balik lagi aja, biarin aku di sini daripada Kakak selamatin cewek kayak Ratu yang bisanya cuma repotin Kakak," lirihnya sembari menunduk.
"Gua makin kerepotan kalau lo gak ikut gua keluar dari hutan ini. Naik punggung gua, kita keluar dari sini," perintah Raja dengan nada lebih lembut.
Ratu justru berbalik arah kemudian meraih setumpuk kayu bakar yang berhasil ia kumpulkan dan menyerahkannya pada Raja. "Ini kayu bakarnya, Kak. Maaf kalau Ratu gak bisa bawa keluar dari hutan, karena Ratu justru tersesat di sini. Tapi, ini bukan mimpi, 'kan?" cicitnya polos.
Raja menarik hidung Ratu dengan tangan kekarnya, sedangkan sang empu mengaduh kesakitan. "Aduh, sakit tahu, Kak."
"Kalau sakit bukan mimpi," balas Raja. "Tinggalin kayu bakarnya di situ. Thanks udah lakuin hukuman lo dan gua minta maaf udah buat lo susah."
"Kak Raja gak buat Ratu susah kok, justru Ratu yang buat Kakak susah. Besok almamater Kakak Ratu ganti, deh," cicitnya.
Raja berjongkok kemudian ia menggendong Ratu kemudian kembali melangkah. Ratu mengeratkan pelukannya takut jika dirinya terjatuh, mata cantik Ratu melirik ke arah langit. Samar-samar terlihat bintang berkelap-kelip cantik di langit yang mulai cerah. "Kakak, Ratu kangen sama Mama. Dulu Mama suka dongengin Ratu di atas atap sambil natap bintang gitu. Ratu kangen banget tahu."
"Ketemu aja," balas Raja singkat.
Seketika raut wajah Ratu berubah sendu, ia mengembuskan napasnya berusaha tetap tegar.
Andai kakak tahu, batin Ratu.
"Tapi, Ratu pengin jadi bintang tahu, Kak. Mereka tetap setia menemani rembulan, walaupun kebanyakan orang hanya memuji sang rembulannya saja," jelasnya.
Raja masih menunduk sembari terus mendengar ocehan sang gadis. Sesekali ia menatap ke arah langit yang mendadak menjadi begitu cerah, secerah senyum manisnya. "Jangan mau jadi bintang. Mama gua bilang, orang yang udah meninggal yang jadi bintang," cakapnya.
Sebenarnya itu yang Ratu mau, Kak. Tapi kehidupan tidak mengizinkan Ratu untuk mati, entahlah mengapa, ungkap Ratu dalam hatinya.
Ratu hanya terdiam sembari meletakkan kepala di bahu Raja. Ratu memejamkan matanya merasa benar-benar lelah. Raja membetulkan posisi gendongannya agar Ratu merasa lebih nyaman. "Tidur aja gak pa-pa, gua tahu lo capek."
"Makasih, Kak Raja!" seru Ratu sebelum dirinya tertidur dalam gendongan Raja. Tak lama terdengar dengkuran halus dari mulut Ratu menandakan gadis itu sudah masuk ke alam mimpinya.
Raja menyunggingkan senyum manis yang sudah lama tidak tercetak di wajah datarnya. "Aneh, cuma sama lo gua bisa dengan mudah senyum kayak gini," gumamnya sembari terus melangkah keluar dari hutan.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/