Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Ada Apa Dengan Steven
Dengan penuh semangat, Ayuna menara hasil masakannya di meja makan. Ia senang, bisa membantu Mega menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Sebagai tamu, ia harus tau diri tidak hanya menumpang saja, tapi harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah di sela-sela ada waktu senggang.
'Andai saja, aku masih ada di rumah sendiri. Menyiapkan sarapan bersama dengan Mama. Mungkin aku jauh lebih bahagia,' ucap Ayuna membatin.
Tanpa dia sadari seseorang telah mengamatinya dari pintu penghubung ke ruang makan.
Ekhem...
"Lagi serius amat," ucap Allard dengan bersedekap dada menatap Ayuna.
Ayuna terkejut, karena saat tengah melamun ada orang yang berdehem di belakangnya.
Saat dia menoleh, didapatinya Allard tengah berdiri tersenyum padanya.
"Kak Allard. Kak Allard ngagetin aja. Apa udah dari tadi ada di sini?" tanya Ayuna.
"Ya, lumayan sih, lihatin kamu lagi nata sarapan di meja. Hanya laki-laki yang beruntung aja yang bisa dapetin kamu Yun. Udah cantik, baik, pinter lagi," ucap Allard memuji Ayuna.
"Kak Allard bisa aja. Aku itu nggak ada baiknya kak. Jangan terlalu memujiku," celetuk Ayuna.
"Loh! Ini faktanya, aku nggak lagi muji kamu kok. Kalau kamu itu pinter, buktinya aja kamu jadi dokter spesialis Jantung. Berarti kamu orang pinter kan? Kamu juga pinter masak, buktinya kamu tadi di dapur bantuin Mama bikin sarapan kan? Dan satu lagi, kamu itu cantik, emang kenyataannya kamu itu sangat cantik, bukan cuma cantik parasnya aja, tapi hatinya juga cantik."
Allard memberikan banyak memberikan pujian sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.
"Kak Allard," ucap Ayuna tersipu malu dengan wajahnya yang semburat memerah.
Dari kejauhan Steven melihat keduanya yang tampak tersenyum saling mengagumi.
Dia berdecih, tidak menyukai kedekatan Allard dengan Ayuna.
'Ck, kenapa harus dia yang akan dinikahi oleh abang sih, apa nggak ada cewek lain selain dia. Bukannya dia udah punya cewek sendiri, masih juga gombalin cewek lain.'
Steven menatap geram pada Allard. Entah apa yang sudah membuat perasaannya terusik, tapi dia benar-benar tidak menyukai kedekatan Ayuna dengan Allard.
'Nggak? Ini nggak bisa dibiarkan, aku harus gagalin pernikahan mereka.'
Steven mengepalkan tangannya, dan memukulkannya ke dinding.
Mega yang keluar dari dapur hendak menuju ruang makan, dia mendapati Steven yang terlihat kesal dengan muka sebalnya. Dia mendekat pada Steven, ingin tahu apa yang sudah dialami oleh anaknya itu.
"Stev! Kamu itu ngapain ada di sini. Kalau mau sarapan ya sana, gabung sama abangmu. Jangan cuma mematung di sini," tegur Mega.
"Apaan sih Ma. Siapa juga yang udah mematung. Aku lagi males makan aja, pingin makan di luar," alibi Steven.
"Jangan makan di luar. Mama udah bikin sarapan banyak banget buat kalian. Ayo sekarang kalian makan dulu, jangan biarkan masakan yang sudah matang ini mubazir," tutur Mega.
Steven menghela nafasnya dan memutuskan untuk menurut pada mamanya.
"Oke baiklah. Aku makan di rumah."
Steven langsung bergegas menuju ruang makan dan langsung duduk di kursi kosong dekat dengan Allard.
Mega tersenyum dengan menggelengkan kepalanya.
'Semoga saja Steven bisa berubah ya Allah. Aku sangat menyesal jika gagal menjadi ibu yang baik dan tidak bisa mendidik anak-anakku.'
Mega juga bergegas menuju ruang makan bergabung dengan anak-anaknya.
"Wah! Kalau bisa ngumpul rame-rame gini tiap hari, mama bakalan seneng banget, melihat anaknya tampak akur. Semoga kalian bisa saling menjaga ya?"
Mega menatap Allard dan Steven bergantian. Setelahnya, dia menoleh pada Ayuna.
Steven hanya diam, dia mengambil air minum dan menenggaknya.
"Allard! Ayuna. Alangkah baiknya kalau kalian segera menikah saja.
Uhuk.... Uhuk.....
Steven langsung tersedak air yang diminumnya.
"Stev! Hati-hati dong, kalau minum. Kok bisa tersedak gini," celetuk Allard dengan memijat tengkuknya.
"Nggak papa, aku baik-baik saja," ucap Steven masih dengan terbatuk-batuk.
"Kamu itu memang ceroboh. Dari tadi mama lihat kamu juga nampak ngelamun terus, ada apa sih?" tanya Mega.
"Nggak ada apa-apa? Hanya masalah kantor," jawab Steven.
"Emangnya di kantor ada masalah apaan? Kenapa aku nggak tahu. Ayo katakan, apa yang sudah terjadi di kantor?" tanya Allard dengan menatap datar pada Steven.
"Nggak begitu rumit, aku bisa atasi sendiri, kamu tenang aja."
Steven beralibi agar tidak diketahui oleh keluarganya.
"Oh! Yaudah, kalau ada apa-apa ngomong sama abang," peringat Allard.
"Iya," jawab Steven cepat.
"Syukurlah kalau kamu bisa mengatasinya. Mama jadi nggak khawatir," ucap Mega.
"Iya, mama nggak usah khawatir, biar aku yang handel," tutur Steven.
Mega menoleh pada Allard dan juga Ayuna. Dia tersenyum menatap keduanya yang sama-sama keras kepala.
"Untuk kalian berdua, Mama mohon, tolong jangan keras kepala. Mama ingin kalian itu menikah, jangan bohongi nenek kalian. Untuk hubungan Allard dengan kekasihnya, mama Minta tolong segera selesaikan. Dan untuk Ayuna, tolong nak, kamu juga harus turuti keinginan nenek, yang sangat berharap menjadikanmu menantunya."
Ayuna dan Allard saling bertatapan. Ayuna bingung harus berbuat apa. Sedangkan dirinya tidak sekali dua kali menjelaskan pada Mega kalau dirinya tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan Allard dengan kekasihnya. Namun Mega tidak pernah mau mengerti perasaannya saat ini.
"Kasih kami waktu buat berfikir ya Ma," jawab Allard.
"Berfikir apa lagi Al. Berniat untuk tidak jadi menikahi Ayuna, karena Ayuna tidak mau menjadi orang ketiga gitu," cecar Mega kecewa.
"Aku tidak ingin buru-buru buat nikah Ma. Aku juga harus menghormati Ayuna. Kalau Ayuna memutuskan menikah denganku, ok, aku juga siap, dan segera kuputuskan kekasihku. Tapi kalau Ayuna masih saja tidak ingin menikah denganku karena takut dikatain orang ketiga, maka aku juga harus menghormati keputusan Ayuna," jawab Allard.
Mega menghela nafasnya kasar, dia sudah berjanji akan menjadikan Ayuna sebagai menantunya. Dan kini Ayuna malah menolak untuk jadi menantunya dengan alasan tidak mau menjadi orang ketiga.
"Yaudah, mama kasih waktu buat kalian berfikir. Mama tahu perasaan kalian. Bukan maksud mama buat kekang kalian, tapi juga demi kebaikan kalian, jadi alangkah baiknya kalau Mama bakalan tunggu jawaban dari kalian."
Steven mengepalkan tangannya mendengarkan obrolan Mamanya. Hatinya bergemuruh panas, ingin sekali melemparkan makanan yang sudah rapi tertata di meja.
"Oh! Iya Mama sampai lupa. Kamu ada waktu senggang nggak hari ini. Kalau ada waktu Mama minta tolong buat anterin Mama sama Yuna ke rumah sakit. Mama mau jenguk nenek, semoga aja ada keajaiban, hari ini nenek sadar dari qomanya."
"Katanya tadi Mama Minta anterin aku, kenapa sekarang berubah jadi minta anterin abang sih. Kalau minta tolong cukup sama satu orang saja Ma."
Steven menyahut kesal, menatap Mega dengan sebal.
"Loh! Bukannya kamu tadi nggak mau. Katanya mau meeting pagi sekali. Dan ada keperluan penting di luar. Jadi ya udah, Mama bisa minta anter Allard atau naik taxi," jawab Mega.
"Nggak perlu. Aku yang anterin aja. Masih ada waktu," sahut Steven.
"Dan kamu bang! Kamu harus temui kekasihmu dulu sebelum mutusin buat nikah sama orang lain. Jangan buat pasanganmu sendiri kecewa dan membencimu," peringat Steven.
Allard menautkan kedua alisnya menatap lekat pada Steven.
"Aku melakukan semua ini demi kebahagiaan keluarga. Dan aku rasa, aku tidak salah kalau harus menikahi Ayuna. Aku yakin kok, aku pasti akan bahagia bersamanya."
Tak menjawab, Steven langsung beranjak pergi meninggalkannya dengan raut muka juteknya.