seorang gadis yang berusia 19 tahun terpaksa menjadi pengantin pengganti demi membalas Budi. tumbuh tanpa kedua orang tua dan sering di tindas oleh tante dan juga anak tantenya. membuat Aara tumbuh menjadi gadis yang tahan banting dan tangguh.
Author mau kasih tau ya. di Novel ini. ada dua cerita di dalamnya. Satu berada di ke 118 bab dengan Judul PELANGI SETELAH HUJAN. (genrenya pernikahan kilat) kisah (Bima & Ayuna)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Setelah berpamitan Aggam dan Aara langsung pergi dari rumah paman Dimas.
,,,
Di jalan Aggam hanya diam, fokus menyetir, tak jauh berbeda dengan Aara, ia juga hanya diam.
Tiba-tiba Aggam menghentikan mobilnya di tengah jalan. "Turun!" titah Aggam tanpa melihat ke arah wanita yang baru saja menjadi isterinya.
Aara masih diam tak bergerak sedikitpun dari posisinya.
"Aku kata turun! Selain bisu kau jugak tuli hah!" Sentak Aggam pada Aara.
Perlahan ia membuka pintuol mobil, ingin turun dari mobil Aggam.
"Bawa tasmu."
Ia paruh dan mengambil tasnya di kursi penumpang mobil Aggam.
"Sudahku katakan tadi, terlambat sedikit saja maka kau akan berjalan sampai ke Villa ku." Tambah Aggam, mengambil alamat Villanya, dan melemparkannya pada Aara. Ia langsung refleks menangkap alamat yang di berikan oleh pria angkuh itu.
Kembali menjalankan mobilnya meninggalkan Aara tanpa berfikir panjang. Apa lagi hari sudah mulai gelap, tapi itu tak membuatnya iba.
Perlahan mobil itu semangkin hilang di pandang mata.
"Ya Allah ... Apa lagi ujian yang akan kau berikan pada ku, semoga engkau selalu melapangkan dadaku untuk menerima semua lika liku kehidupan yang berada di hadapanku ya Allah ... Hiks ... Bunda ... Ayah ... Aara merindukan Ayah bunda ... Andai kalian masih hidup, Aara pasti tidak akan seperti ini, tapi kembali lagi pada takdir ... Mungkin ini takdir yang telah di tetapkan pada jalan kehidupan ku oleh sang pengatur segalanya" kata Aara lalu terus melangkah dengan air mata yang sudah membasahi cadarnya.
,,,
Di mana alamat ini ... Aku merasa, jika aku sudah berjalan satu setengah jam yang lalu, tapi aku masih belum menemukan alamat ini, apa yang harus hamba mu ini lakukan ya Allah, ponselku juga sudah lowbet. Batin Aara karena ia merasa sudah sangat lelah.
Melihat naik keatas langit yang tampak mulai menghitam karena gelap sudah hampir menyelimuti malam.
"Hari sudah hampir gelap, sholat Maghrib sebentar lagi ... Dan aku masih di sini, tidak ada rumah atau apa pun," gumam Aara.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di dekatnya "Hai ladies, kau mau kemana, hari sudah mau gelap, di sini juga belum tentu aman dari orang-orang yang kurang baik." Kata Bima melihat gadis di depannya, berjalan sendirian dan membawa tas pakaiannya.
Aara melihat waspada pada Bima.
Menyadari tatapan gadis bercadar itu penuh waspada padanya, ia tersenyum manis.
"Tenanglah ladies ... Aku bukan orang jahat, hanya kurang baik saja hahaha ... Sama ya?" Canda Bima lalu tertawa sendiri. Ia memang seorang pria yang sangat ramah.
Aara masih tetap diam. Dia juga ragu ingin kembali melangkah ke depan karena melihat dunia sudah hampir di tutupi oleh hitamnya malam
"Naiklah, aku akan menghantarmu ke rumahmu, eh, tapi ngomong-ngomong, kok kau bawa-bawa tas, apa mungkin kau sedang di usir oleh suami mu? Hahahaha kasihan sekali kau, atau jangan-jangan, kau di usir oleh madumu." Canda Bima semangkin ngawur kemana-mana.
"Anda benar-benar ingin menghantar saya tuan" tiba-tiba mengeluarkan suara merdu dari bibir mungilnya yang tertutup cadar.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Bima berdebar-debar mendengar suara indah dari gadis itu. Seperti apa wajah di balik cadar itu... Mengapa suaranya sangat merdu seperti sebuah alunan melodi yang menenangkan. Batin Bima tertegun mendengar suara merdu Aara.
"Tuan" panggil Aara membuyar lamunan Bima.
"Ah, maaf, naik saja, kau mau kemana ladies?." Tanya Bima sambil membuka pintu mobil dari dalam.
"Aara ... Panggil aku Aara. Assalamualaikum," Kata Aara masuk kedalam mobil pria cerewet itu.
Sebenarnya ia tak ingin ikut bersama Bima, Tapi mengingat sebentar lagi langit akan tertutup, ia memilih tumpang saja di mobil Bima.
"Waalaikumsalam, kau ingin aku menghantar mu kemana Aara" tanya Bima kembali menghidupkan injin mobilnya
"Sepertinya kalau tidak salah di depan sana ada masjid, apa anda bisa mampir sebentar, aku ingin solat maghrib dulu ..." Lembut Aara yang membuat Bima benar-benar jatuh hati pada gadis di sebelahnya itu, tak tau saja si Bima jika Aara baru saja menikah.
Apa ini yang di namakan cinta pandang pertama. Batin Bima yang merasa punya ketertarikan kuat pada Aara si gadis bercadar itu.
u bisa sekesal itu, tapi u tidak pernah merasa bersalah😌😌😌