NovelToon NovelToon
Dendam Putri Gemuk

Dendam Putri Gemuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rzone

Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.


Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.


Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.


Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.


Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.

Akankah nasibnya berubah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Kejadian Setelah Kematian

“Ada sesuatu yang harus kita bicarakan! Untuk empat kartu masing-masing aku akan membacanya di masa depan.” Ucap Alfiena, Mattias terdiam. Dia merasa penasaran dengan kartu tersebut dan membuka satu yang belum dibacakan mantra. Namun ternyata kartu itu hanyalah kartu kosong belaka.

“Mengapa? Apa anda meragukan kemampuan saya?” Tanya Alfiena, Mattias melihat kartu lainnya dan ternyata memang kosong.

Mattias terdiam, mungkinkah sihir itu nyata? Mattias sendiri tidak yakin akan hal itu. Ditambah melihat wajah Alfiena yang nampak tidak baik-baik saja.

“Bisakah anda menyempatkan waktu untuk berkunjung ke kediaman saya dulu?” Tanya Alfiena, Mattias ingin tahu arti kartu tersebut. Begitupun dengan Alena, karena sebelumnya Alfiena nampak begitu santainya membaca kartu pertama yang sangat berbahaya bila dikatakan. Namun melihat kartu ketiga, nampak amarahnya melambung bahkan nampak sangat mengerikan.

“Saya tidak keberatan, namun saya akan mengikuti keputusan istri saya.” Ucap Mattias, Alena tersenyum dan mengangguk.

Akhirnya siang itu mereka mampir ke sebuah rumah yang cukup besar di sana, banyak pohon kurma yang tertanam di halaman kediaman itu. Serta ada banyak pelayan dan Ksatria.

Mereka di bawa pada sebuah ruangan, di sana amat sepi dan nampak banyak buku tentang sihir. Mattias menatap ruangan itu yang nampak begitu sempit, padahal ruangan itu cukup besar.

“Silahkan duduk,” Alfiena mengambil teh dari pelayan dan menyimpannya di atas meja. Pelayan sendiri nampak di usir dan tak ada yang boleh mendekat ke ruangan itu.

“Apa anda sudah menemukan surat dari saya, Alena?” Tanya Alfiena santai, Mattias mengambil pedangnya.

“Jangan memanggilnya dengan nama!” Ucap Mattias, Alfiena angkat bahu tak begitu peduli.

“Kau mengenali ini bukan?” Alfiena memperlihatkan dada kirinya, Alena tertegun dan langsung menutup mulut.

“Itu mirip-” Mattias berpikir dan akhirnya tahu siapa yang memiliki tanda serupa, Alena juga pernah bercerita mengenai saudara kembarnya pada Mattias dan mengenai tanda lahir itu.

“Benar, saya masih hidup. Dan maafkan saya karena belum pernah memberi kabar,” Ucap Alfiena, Alena menangis tersedu-sedu mengetahui hal tersebut. Mattias sigap dan memeluk Alena, Alfiena juga merasa bersalah kala itu.

“Jangan menangis Alena, saya mohon.” Alfiena menunduk di hadapan Alena, Alena menyentuh rambut Kakaknya itu dan kembali menangis dalam pelukan Mattias.

“Kenapa anda tak pernah memberi kabar?” Tanya Mattias, Alfiena terdiam dan mengambil sebuah buku sihir.

“Saya berencana akan segera kembali, namun nyatanya takdir telah berubah.” Ucap Alfiena dan membacakan sebuah mantra.

“Saya tak ingin memperlihatkan ini, namun inilah yang membuat saya menyesal tidak kembali lebih cepat.” Alena dan Mattias seolah dibawa pada sebuah tempat yang asing.

Sebuah hutan yang hangus terbakar, nampak asap mengepul dari ibu kota Kerajaan. Istana nampak terbakar dengan ganasnya api, disana nampak Alfiena yang mematung.

Penglihatan mereka beralih pada empat makan, Alena terdiam melihat itu. Alfiena tampak menangis di hadapan makam itu dan menjerit.

Tak ada suara yang dapat mereka dengar, namun melihat kejadian itu saja sudah dapat dibayangkan bagaimana pilunya seorang Alfiena. Alena terdiam menyaksikan pemandangan tersebut. Dia berpikir, mungkinkan Kerajaan Timur telah hangus sampai separah itu?

“Ini adalah kejadian setelah kematian kalian,” Ungkap Alfiena, Mattias dan Alena membulatkan matanya seketika. Dia melihat tempat lain dimana Alfiena di hadapan kuburan itu membaca sebuah mantra. Hingga api nampak menyala dari kedua lengannya, Alfiena seperti iblis dari dasar neraka yang siap menyeret siapapun ikut bersamanya.

Alena menekan dadanya yang begitu sesak, begitupun dengan Mattias. Dia melihat bagaiman sihir itu memang ada, Alfiena nampak menghanguskan seluruh Istana dan membunuh Carli dengan tangannya sendiri.

Mattias menatap Alfiena yang saat ini nampak menangis, Alena terdiam saat melihat sang jenius sihir nampak berjalan tanpa arah dan hampa. Alfiena nampak menangis kembali menyeret mayat Carli kehadapan kuburan tersebut.

“Argh!” Sayup dibalik keputusasaan itu Alfiena seperti sosok jasad tanpa ruh, seluruh hidupnya seolah telah hancur dan jiwanya juga ikut hancur.

Perlahan penglihatan itu kembali normal, Alena dan Mattias saling bersitatap dan tatapan mereka kini berakhir pada Alfiena. Alfiena nampak menarik nafas beberapa kali saat akan menceritakan kejadian tersebut.

“Jadi, saya membuat ikatan dengan seorang penyihir. Dia mengatakan bila dia akan mengabulkan keinginan saya, namun syaratnya. Dia akan mengambil setengah dari sihir yang saya miliki saat hidup kembali.” Alena tertegun mendengar pengakuan sang Kakak.

“Namun, keputusan saya tampaknya tidak salah sama sekali. Namun, saya terkejut melihat kartu ketiga.” Alena menggenggam tangan Mattias erat.

“Mungkin akan ada waktunya dimana kalian berdua akan kehilangan sosok yang paling berharga. Baik itu pada Mattias ataupun Alena, sosok yang sama berharganya seperti pasangan kalian sendiri.” Mattias tertegun, dia tak pernah berpikir akan adanya sosok kedua yang lebih berharga selain Alena dalam hidupnya.

“Mungkin keluarga,” Tambah Alfiena, Mattias terdiam. Begitupun dengan Alena, kemungkinan besar sosok itu adalah Duke Arganta dan Raja.

“Kau bercanda ya?” Tegur Mattias, Alfiena menggelengkan kepalanya cepat.

“Saya bersungguh-sungguh,” Jawab Alfiena, kini Mattias dan Alena merasa risau sendiri.

“Kak, apa yang harus kami lakukan?” Tanya Alena, panggilan Kak yang diberikan oleh Alena sontak membuat hati Alfiena menjadi hangat.

“Apa kalian akan meneruskan bulan madu kalian?” Tanya Alfiena, Mattias menatap Alena seolah meminta jawaban.

“Kami akan melakukannya dengan cepat, kami datang kemari bukan hanya sekedar untuk bulan madu saja. Melainkan banyak hal yang harus kami selesaikan dan dapatkan saat ini.” Ucap Alena, Alfiena terdiam dan mengangguk.

“Baiklah, Kakak akan kembali bila demikian. Namun sebelum itu, Kakak ingin memperkenalkan seseorang pada kalian berdua.” Alfiena membawa Alena dan Mattias ke hadapan sebuah pintu kayu yang terukir indah.

Saat pintu itu dibuka, nampak seorang wanita tua tengah terdiam di kursinya sembari memperhatikan taman kediaman itu yang nampak indah di musim panas. Alena memperhatikan wanita tua itu, wanita itu juga menatap kehadiran dua orang yang tidak dikenalnya itu.

“Nek, saya pulang. Saya datang membawa dua keluarga saya, ini Alena saudari kembar saya. Dan ini Mattias, dia adik ipar saya.” Aku Alfiena, Mattias memberikan hormat seperti seorang bangsawan begitupun dengan Alena.

“Keluarga ya?” Lirih Nenek itu, Alfiena dengan berat hati mengangguk membenarkan.

“Halo Nek, nama saya Alena. Ini suami saya Mattias,” Alena menghampiri sang Nenek dengan senyum mengembang.

“Ah, begitu rupanya. Sepertinya Nenek juga harus segera kembali bukan?” Nenek itu menatap Alfiena yang menunduk pasrah.

“Maafkan saya Nek, namun saya tak ingin mengulangi kesalahan yang sama.” Ucap Alfiena, Nenek tersenyum simpul dan mengurkan tangannya.

“Tidak apa-apa Nak, Nenek sangat senang mendengarnya. Besok, Nenek akan kirimkan surat pada orang-orang di menara.” Ucap si Nenek tersebut, dia mengelus kepala Alfiena penuh sayang.

1
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okk
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Eliana Sari
semoga cepet sembuh ya kk author. sukses slalu
Rzone: aamin makasih do'anya
total 1 replies
NR
yahh...jngan sakit2 dong bang.....
Rzone: hihi, maaf ya itumah gak bisa di ubah. Abang nulis banyak kalo dah sembuh ya..
total 1 replies
Dilys
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
Rzone: aassiap Kak/Smile/
total 1 replies
Pajar
Bikin deg-degan.
Rzone: 😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄
Rzone: 😄😄😄😄😄😄😄
total 2 replies
kokichi.oma.panta
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Rzone: makasih kak/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!