Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terharu
Keributan dan kehebohan keluarga Nando dan Zoya sudah berakhir, semua anggota keluarga ikut berkumpul termasuk kedua orangtua Nando dan Zoya yang turut hadir dalam pengajian. Nando memiliki tiga anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Zoya memperkenalkan Kejora pada keluarganya usai pengajian selesai, mereka semua menerima Kejora dengan tangan terbuka dan juga senyum hangat.
Kejora tak berhenti menangis karena mendapatkan kasih sayang dari orang yang baru di kenalnya, dia menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Zoya. Nakula ikut menangis melihat Kejora terisak sampai suaranya tercekat, hidungnya mampet dan wajahnya merah serta sembab.
"Kakak Ola jangan sedih, huhuhu..." Ucap Nakula histeris.
Kejora melepas dekapannya, dia mengusap air matanya kasar dan berusaha menampilkan senyuman yang indah agar Nakula ikut berhenti menangis. Dia merentangkan tangannya pada Nakula, bocah itu turun dari pangkuan ayahnya dan berjalan menghampiri Zoya dengan tangan memegang sepotong donat.
"Jangan sedih, Nakula gak suka liat orang sedih. Makan donatnya kak, huhuhu..." Ucap Nakula yabg masih tetap menangis.
Hap...
Kejora menuruti kemauan Nakula, tapi siapa sangka mulutnya langsung di jejal donat yang ukurannya cukup besar sampai dia kesusahan mengunyah. Bukannya membantu Kejora mengeluarkan makanan dari mulutnya, Nakula justru mendorongnya sampai yang lainnya terkejut.
"Nakula, aduuhhhh... Jangan gitu dong, kasihan Kak Kejoranya." Tegur Zoya.
Zoya membantu Kejora untuk mengeluarkan donat dari mulutnya, dengan susah payah Kejora mengunyah dan menelannya sampai habis di mulutnya. Langit yang berada tak jauh dari jangkauan Kejora menyodorkan air minum, tanpa melihat isi gelasnya Kejora langsung meminumnya.
"HUEEKKK!!!" Kejora langsung mengeluarkan kembali minumannya karena rasanya sangat asam.
Langit membulatkan matanya, dia mengambilkan tisu untuk Kejora dan merasa bersalah karena telah memberikan air minumnya.
"Nak Langit, itu air lemon punya Nenek." Ucap Alfi.
"Astagfirullah! Maaf Kejora, aku gak tahu." Sesal Langit. Buru-buru Langit mengambilkan air jus jeruk untuk menetralisir rasa di mulut Kejora, niat mau perhatian eh malah menyesatkan.
"Iya gapapa," Balas Kejora tersenyum.
"Maklum lah, salting tuh si Langit kalo deket sama loe Kejora." Celetuk Raja.
Blentraanggg...
Langit melempar kue kaleng kearah Raja, wajahnya langsung memerah karena ucapan sahabatnya itu. Galen hanya tertawa menanggapi ucapan Raja, kentara sekali tingkah Langit itu.
******
Malam hari.
Semua orang sudah pergi meninggalkan kediaman Nando, kini tinggal Kejora dan Ayra serta anak-anak Zoya di ruang tamu mengobrol bersama. Nando dan Zoya mengantarkan orangtua mereka menuju kediamannya masing-masing, Kejora langsung akrab dengan anak-anak Zoya yang kini menjadi adik-adiknya.
Ketika malam semakin larut, Arzan meminta Nakula yang berada di pangkuan Kejora untuk di pindahkan ke kamarnya. Laila meminta untuk tidur bersama Kakak angkatnya, sementara Ayra tidur di kamar tamu yang sudah di sediakan oleh pemilik rumah.
tepat pukul 10 malam. Semua orang sudah terlelap, mereka semua sudah menjelajahi mimpi dengan mimpi yang berbeda. Akan tetapi Kejora memimpikan hal yang sama seperti sebelum ia pergi ke rumah Zoya, matanya terpejam dan kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri di sertai keringat membanjiri seluruh wajahnya. Si sepertiga malam ia terbangun, mimpinya seperti nyata sekali.
"Haahhh, haahhh! Aaarrgghhhh....!!" Kejora langsung membuka matanya, nafasnya naik turun dan tenggorokannya terasa kering.
Laila ikut terbangun dari tidurnya, dia mengucek matanya melihat wajah Kejora seperti ketakutan.
"Kakak, Kakak kenapa? Apa Kakak mimpi buruk?" Cecar Laila.
"E-eh, Laila kebangun ya? Maafin Kakak ya, Kakak gapapa kok. Kamu tidur lagi ya, Kakak mau sholat malam dulu." Ucap Kejora tak enak hati karenanya Laila ikut terbangun.
"Bener nih Kak? Jangan bohong, kalau Kakak mimpi buruk biar Laila temanin Kakak sampai Kakak merasa lebih baik." Tanya Laila memastikan.
Mendengar ucapan Laila mengingatkannya pada Gladys, sifat lembutnya begitu mirip dengan mendiang adiknya. Tangan Kejora terulur mengelus kepala gadis yang masih remaja itu dengan lembut, dia menampilkan senyumnya yang tulus agar adiknya itu tak khawatir lagi.
"Gapapa kok, mungkin karena kakak lupa baca doa jadinya mimpinya aneh. Kamu tidur lagi ya, besok kan harus sekolah, kakak juga habis sholat malam nanti mau langsung tidur soalnya besok kakak kerja." Ucap Kejora.
"Emmm, baiklah kalau begitu. Laila tidur dulu ya, kakak jangan terlalu larut tidurnya ya." Ucap Laila.
Cup.
Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Kejora, dia terdiam karena baru pertama kalinya seorang adik mengecup pipinya, meskipun bukan adik kandung. Laila kembali membaringkan tubuhnya, Kejora memasangkan selimut sampai batas dada Laila dan mendaratkan kecupan di pipi dan kening adiknya secara bergantian. Setelah itu, Kejora turun dan berjalan menuju kamar mandi, dia mengambil wudhu untuk melakukan sholat di sepertiga malam. Di sepertiga malam lah Kejora mengadukan keresahannya pada sang pemilik alam semesta.
*****
Keesokan harinya.
Hari yang di tunggu pun telah tiba, semua orang beraktifitas seperti biasanya. Kejora dan Zoya berangkat satu mobil untuk pergi ke butik, karena butik itu adalah butik yang di dirikan oleh Laras dan Zoya. Semua desainnya pun hasil tangan Laras dan Zoya sendiri, butiknya semakin berkembang dan sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Hari pertama bekerja, Kejora dan pemilik butik langsung mengadakan rapat bersama para karyawan yang lain untuk membahas desain baru dan memperkenalkan Kejora sebagai pengganti Puja.
****
Di lain tempat.
Langit sudah duduk di kursi singgasananya, dia membaca semua laporan yang masuk ke dalam komputernya dan memeriksanya satu persatu. Satu file yang menarik perhatian Langit, disana ada salah satu berkas pengajuan kerjasama dari Wilyatama. Sudut bibir Langit tertarik membentuk senyuman miring, manusia seperti Hendra harus mendapatkan hukuman agar tidak ada korban lagi seperti Kejora.
Sebelumnya, Kejora mengatakan kalau perusahaan yang di pimpin oleh ayahnya adalah atas nama dirinya pada sahabatnya. Tentu saja kabar itu di dengar tanpa diketahui oleh Kejora, tugas Langit yaitu ingin membantu Kejora mendapatkan haknya.
"Mari kita bermain." Seringai terukir di bibir Langit, dia sangat benci dengan orang dzalim.
Langit memanggil Raja untuk menjelaskan apa yang harus di lakukan oleh sahabatnya itu, mereka berdua saling bertukar pikiran untuk mengurus Hendra. Bukan hanya itu saja, perusahaan keluarga Jennie sedang bermasalah dan itu menjadi kesempatan Langit agar bisa menjauhkan Jennie dari hidupnya. Cukup sudah kesabaran Langit menghadapi Jennie yang tetap berusaha menemuinya, kali ini dia tidak akan tinggal diam karena hal ini menyangkut masa depannya.
"Sekertaris orangtua Jennie melakukan kesalahan, mereka harus menelan kerugian yang banyak dan sekarang terancam bangkrut." Lapor Raja.
"Berikan suntikan dana, setelah itu serahkan semuanya padaku." Tegas Langit.
Untuk saat ini Langit dalam mode serius, wajahnya dingin dan datar seolah dia adalah pria yang kejam, bukan pria yang lembut dan juga humoris.