Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Wanita Pilihan
Kini mobil Amora mulai mengejar mobil David. Amora tidak akan mau melepaskan David begitu saja setelah apa yang dia lakukan pada Amora kali ini. Amora berniat mengejar David sampai dia dapat dan meminta uangnya kembali.
Risa yang sadar jika mereka kini sedang dibuntuti dari belakang pun mulai merasa kesal.
"Sayang, sepertinya gadi itu mengikuti mobil kita." ucap Risa sambil sesekali menengok ke belakang.
"Sial! Mau apa lagi dia!" gumam David kesal.
David pun segera melajukan mobilnya kini lebih kencang untuk menghindari kejaran dari Amora. Amora yang sadar jika David mencoba lari darinya kini tidak mau kalah, gadis itu segera menambah kecepatan mobilnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu lari begitu saja David!!" ucap Amora.
Kini kedua mobil itu berlari dengan kencang hingga akhirnya mobil Amora berhasil mengejar mobil David. Kini mobil Amora berada persis dibelakang mobil David. Amora tidak mau membuang kesempatan ini, gadis itu memutuskan untuk menyalip mobil David dengan menambahkan kecepatan mobilnya.
Namun tanpa Amora sadari saat mobil Amora mulai menyalip mobil David, dari arah berlawanan datanglah sebuah bus. Hingga Amora yang sedang melajukan mobilnya dengan begitu kencang tidak bisa lagi menghindarinya.
Duaarrrr!!!!!!!
Mobil Amora menabrak bus tersebut sampai mobil yang dia tumpangi saat ini berguling-guling di jalan.
David yang dapat melihat begitu jelas kecelakaan yang menimpa Amora kini mulai menurunkan kecepatannya.
"Amora?" gumam David sambil menatap kesepion samping melihat mobil Amora yang tampak hancur dibagian depan.
"David! Ayo pergi sekarang!" titah Risa yang tidak mau mereka ikut terlibat dengan kecelakaan yang menimpa Amora nantinya.
"Tapi Amora, bagaimana ini Risa?" ucap David yang pikirannya kini kalut. David mulai bimbang, haruskah dia meninggalkan Amora dengan keadaannya yang seperti ini? Atau lari bersama Risa agar mereka tetap selamat?
"Jangan gila David! kamu mau kita ikut ditangkap polisi!" tekan Risa.
Akhirnya dengan berat hati David melajukan mobilnya dan menambahkan kecepatannya lagi meninggalkan Amora begitu saja.
✨
✨
✨
"Tuan, bagaimana jika Naura mencurigai hubungan kita?" tanya Jena dalam perjalanan.
"Aku tidak perduli." jawab Savero singkat.
Namun Jena merasa tidak puas dengan jawaban Savero karena pikirannya kini mulai bercabang kemana-mana.
"Bagaimana jika nanti Naura menyebarkan berita tentang kita? dan tentang apa yang dia lihat malam ini?" tanya Jena cemas.
"Berhentilah berfikir yang tidak penting Jena. Percayalah, jika itu sampai terjadi aku sendiri yang akan mengatasinya." ucap Savero mencoba meyakinkan Jena.
Tapi pikiran Jena kini malah beralih pada hubungan Savero dan Naura.
"Tuan? Naura begitu baik, dia juga cantik. Apakah Tuan benar-benar tidak mencintainya?" tanya Jena.
"Je, jangan mulai." tegur Savero.
"Tidak Tuan, kali ini aku serius." tekan Jena.
"Je, aku kini sudah bersama mu, itu artinya kamu adalah wanita pilihanku." ucap Savero sambil terus fokus menyetir.
"Tapi pernikahan kita hanya sebatas kontrak Tuan. Jika anak ini lahir nantinya Tuan harus tetap menjalani hidup dan mencari pasangan yang lebih serius." ungkap Jena.
"Lalu kamu mau aku bagaimana sekarang?" tanya Savero.
"Aku ingin setatus yang jelas." ucap Jena.
"Apa kita kurang jelas? kamu istriku, apa itu masih kurang." ujar Vero.
"Aku ingin di antara kita tidak ada lagi kontrak." jawab Jena serius.
Savero menghembuskan nafas dengan kasar mendengarnya.
"Berikan aku waktu." ucap Savero.
"Aku tau, posisi ku saat ini sungguh tidak pantas jika harus bersanding dengan Tuan nantinya. Mungkin akulah yang terlalu naif." ujar Jena ketus karena mungkin Savero kini berfikir bahwa Jena tidak tau diri.
"Bukan begitu je, kamu jangan mengambil kesimpulan dulu." ucap Vero.
"Aku hanya butuh waktu untuk memantapkan hatiku, jika nantinya aku akan menghabiskan seumur hidupku bersamamu. Karena aku tidak mau nantinya aku akan melakukan hal bodoh lagi dengan perempuan lain. Aku tidak mau menyakitimu Je," lanjutnya lagi.
"Apa Tuan sungguh-sungguh?" tanya Jena.
Savero mengulurkan satu tangannya, meraih tangan Jena dan menggenggamnya.
"Aku nyaman bersamamu Je, aku hanya butuh waktu. Bantu aku meyakinkan hatiku Je." ucap Savero.
"Baiklah, kita akan sama-sama mencobanya." ujar Jena sambil tersenyum.
Sebagai perempuan Jena hanya menginginkan sebuah kepastian dalam hubungan yang mereka jalani. Biarpun hubungan mereka berawal dari perjanjian kontrak, tapi seiring berjalannya waktu yang sering mereka habiskan bersama kini ego itu mulai muncul. Rasa ingin memiliki satu sama lain tanpa adanya batasan apapun.
Sampai ditengah perjalanan handphone milik Jena berdering, tertera disana panggilan dari Sarah ibu tirinya.
Jena sebenarnya mereka agak heran karena semenjak Jena meninggalkan rumah dan hidup bersama Savero, Sarah tidak pernah lagi mengganggunya karena sebuah kesepakatan dan Jena tau itu.
Tapi kini Sarah menghubunginya secara tiba-tiba, Jena hanya takut jika sudah terjadi sesuatu pada ayahnya. Dengan segera Jena mengangkat telfon tersebut.
"Halo?"
terdengar dari sebrang telfon suara Sarah sedang menangis, membuat Jena semakin cemas.
"Halo Bu? ibu kenapa Bu?"
Namun belum ada jawaban dari Sarah, hanya masih terdengar suara tangisannya yang semakin kencang.
"Siapa Je,?" tanya Vero menangkap wajah Jena yang terlihat gelisah.
"Ibu." jawab Jena singkat dengan wajah cemas.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Vero lagi.
"Aku juga tidak tau, ibu belum menjawabnya." jawab Jena.
"Jena..." panggil Sarah sambil terus menangis.
"iya Bu, Jena disini. ada apa Bu? apa yang terjadi?" tanya Jena.
"Amora.. Amora kecelakaan!" jawab Sarah disusul dengan pecahnya tangis wanita itu lagi.
"Apa? Kecelakaan?" tanya Jena kaget.
"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" lanjutnya lagi.
"Ibu juga masih belum tau, dokter masih memeriksanya di dalam." jawab Sarah.
"ibu tenang ya, Jena akan menyusul ibu sekarang." ucap jena.
"iya, jangan lama-lama ya? ibu takut jika terjadi sesuatu pada Amora." titah Sarah.
"Ibu jangan berfikir macam-macam dulu. Jena segera ke sana sekarang." jawab Jena mencoba menenangkan Sarah meski hatinya sendiri kini terasa sangat kacau.
"Iya."
Tut!
Jena mematikan sambungan telfon dengan Sarah.
"Bagaimana Je? ada apa?" tanya Vero.
"Amora kecelakaan. Kita ke rumah sakit sekarang!" titah Jena.
"Baiklah." jawab Vero dan langsung memutar arah mobilnya menuju ke rumah sakit saat ini juga.
Sepanjang jalan Jena tampak gelisah dan juga cemas memikirkan bagaimana nasib Amora sekarang? Savero pun bisa melihat itu dan dia mencoba untuk menenangkan istrinya kali ini.
"Kamu tenang ya? jangan berfikir yang macam-macam, semuanya pasti akan baik-baik saja." ucap Savero dengan menggenggam tangan Jena. Jena tidak bisa menjawab apa-apa, dia hanya menganggukkan kepalanya.