Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 Salah kirim
"Benar tidak boleh menghapusnya ." seru yang lainnya .
Anggita tersenyum canggung ." Ha ha ..aku tidak menghapusnya , kalian jangan khawatir , tenang saja . Aku hanya ingin ke kamar kecil kalian lanjut saja permainannya ."
Anggita segera berlari kecil meninggalkan meja menuju ke kamar kecil . Begitu sampai di toilet dia segera duduk di atas tutup kloset kemudian mengeluarkan ponselnya .
"Syukurlah Maxsim belum melihat pesannya . Saya akan segera menghapusnya sekarang ." Anggita menghela nafas panjang lalu menghapus pesan itu . Setelah memastikan tidak ada jejak yang tersisa , dia hanya memandangi tex nama pada nomor ponsel Maxsim .
Mr.M karena bingung mau kasih nama apa jadi asal memberi nama . Tidak dia sangka keputusannya saat itu benar benar tepat karena jika Sinta dan yang lain melihat nama Maxsim , dapat di pastikan jiwa kepo mereka akan meronta ronta .
Anggita membasuh wajahnya dengan air sebelum keluar dari toilet , saat ini di meja mereka permainan masih berlanjut dan tampaknya Rosa kali ini yang mendapat tantangan untuk mengajak berfoto salah satu pengunjung Pria secara random .
Saat Anggita akan kembali ke meja teman temannya , baru saja akan melangkah dia mendapat pesan dari Boy .
***
"Kau sudah ada di sini ."
Anggita mengangkat kepalanya bersamaan dengan suara seseorang yang berasal dari balik punggungnya . Suara pria yang sebelumnya telah mengirimkan pesan memintanya agar datang ke sebuah taman .
Kebetulan posisi Anggita dan taman yang di tunjuk dia tidak begitu jauh dari lokasi berkumpulnya dengan teman teman kantornya , sehingga Anggita bisa datang lebih awal .
"Hal apa yang ingin kamu sampaikan ." tanya Anggita langsung pada intinya dia tidak ingin basa basi dengan Boy .
Boy diam sejenak sebelum akhirnya duduk di kursi taman yang ada di sebelah Anggita .
"Anggita , aku tidak tahu kamu ini pura pura lupa atau sengaja melupakan nya , kamu berkata akan mengajak ku bertemu dengan Anjas . Tapi kamu bahkan tidak berinisiatif untuk menghubungiku terlebih dahulu sejak kita bertemu di kafe waktu itu ."
Suara Anggita tercekat saat akan mengatakan sesuatu . Tidak dipungkiri dia benar benar lupa, kalau pernah punya janji seperti itu . Namun terlepas dari hal itu , beberapa hari ini memang dirinya sangat sibuk hingga dirinya tidak punya waktu .
"Bagaimana dengan lusa ?" karena besok sabtu Anggita masih harus menyelesaikan tugasnya . Hari minggu sudah bebas jadi tidak masalah jika akan pergi ke rumah sakit sekaligus mengunjungi Anjas sang adik .
Lagi pula Maxsim masih berada di luar kota , jadi waktunya lebih bebas untuk menemani adiknya di rumah sakit .
Boy mengelus dagunya sambil melihat ponselnya untuk memastikan lusa hari apa ." Minggunya ? Baiklah . Beri aku alamatmu aku akan menjemputmu ." ucap Boy
" Tidak perlu , kita bertemu di sini saja , aku akan bawa mobil sendiri ."
"Tapi ..
"Aku harus pergi , jika tidak ada yang akan kamu sampaikan lagi ." Anggita berdiri sambil melihat jam pada ponselnya . Sinta dan yang lainya terus mengirimi pesan karena dia pergi tanpa kabar . Mereka semua panik terjadi sesuatu padanya .
Boy diam sejenak , padahal dia ingin bicara lebih lama , membicarakan sesuatu yang ingin dia katakan sejak lama . Tapi melihat sikap Anggita yang seolah menempatkan batasan terhadap dirinya .membuat Boy menelan kembali niatnya .
" Ini ada hadiah untukmu ." Boy mengangkat tas di tangan kanannya lalu menyerahkan pada Anggita .
"Apa ini? ." tanya Anggita .
"Bulan depan aku akan menerbitkan salah satu bukuku , aku ingin kamu orang pertama yang membacanya ."
Anggita membuka tas itu dan melihat sebuah novel , dia keluarkan dan kemudian melihat novel itu secara mendalam .
Kenangan , BC zero ."
"Sepertinya kamu berhasil mencapai cita citamu , menjadi seorang penulis yang terkenal , Boy Candra ." ucap Anggita sambil membolak balikan isi novel itu dan mendalami di beberapa bagian bab tertentu .
Dia mengingat tentang penulis BC Zero yang sudah menerbitkan puluhan buku dan selalu menjadi rekor penjualan terbanyak di setiap peluncuran buku barunya .
Tidak di sangka , ternyata buku BC zero adalah Boy Candra . Jujur , Anggita sempat membaca beberapa novelnya dan merasa beberapa karakter utama wanita yang cukup mirip dengan karakter dirinya .
Sekarang setelah mengetahui bahwasannya BC Zero adalah Boy Candra . Anggita semakin yakin kalau itu adalah dirinya . Namun dia tidak berani untuk menanyakan hal itu karena mungkin hanya itu perasaannya saja . Mungkin saja ada orang lain yang menjadi inspirasinya .
"Jangan lupa untuk membacanya sampai selesai , aku menunggu penilaian darimu ." ucapan Boy menarik Anggita dari imajinasinya . Setelah mengatakan itu Boy segera berpamitan . Anggita juga hanya memandang kepergiannya . Kemudian kembali duduk ke kursinya lagi sambil membuka beberapa halaman tambahan .
***
Sementara di sisi lain Maxsim baru saja baru saja menutup laptopnya . Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya berada . Wajahnya yang dingin semakin terlihat menakutkan ketika sepasang matanya menelisik sebuah pesan yang baru saja di hapus .
"Tuan , apa ada yang salah .?" tanya Rey yang sedang berdiri di sampingnya Maxsim .
Sejenak Maxsim terdiam .Tangan Maxsim berusaha menggeser layar ponselnya tapi kemudian kembali meletakkannya di atas meja .
"Menurutmu , alasan apa yang membuat seseorang menghapus kembali pesan yang telah di kirimnya ?" tanya Maxsim .
"Apa?"
Rey tidak percaya dengan pertanyaan yang di utarakan Bosnya . Sempat terpikir kalau ada hal gawat apa yang terjadi . Tapi ini hanya sebuah pesan yang di tarik kembali .
"Maaf Tuan , kalau saya menghapus pesan yang telah terkirim , mungkin yang saya kirim kurang tepat atau ada ejaan yang salah ."
Maxsim tidak merespon.Dia kembali memikirkan kembali pesan tersebut dan tidak merasa ada yang salah dengan ejaan di setiap katanya .
Benar , Maxsim sebenarnya telah membaca pesan yang di kirim oleh Anggita , walau belum sempat membukanya .Dia sangat senang saat membaca setiap kata yang di tulis begitu romantis . Namun saat ingin membacanya kembali , Anggita sudah menghapus pesan nya itu .
"Tuan , selain itu saya juga pernah karena salah kirim pesan ke nomor orang lain , jadi saya terpaksa menghapusnya sebelum orang yang punya nomor membacanya .
Mata Maxsim tiba tiba melotot saat mendengar penjelasan terakhir Reymond . Dan dia kembali membuka ponselnya kemudian melihat kembali kontak pesan yang telah di hapus .
"Salah kirim ?" Apa jangan jangan dia akan mengirim pesan kepada laki laki lain ."Batin Maxsim .
Brag...!
Maxsim mengebrak meja sangat keras dengan amarah . Rey pun terjingkat karena saking kagetnya sempat dia menahan nafas beberapa saat .
"Tuan?..
"Sampai kapan urusan di sini akan selesai ? " tanya Maxdim tiba tiba . Dan Rey pun juga tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan Bosnya . Tapi aura yang berbeda menandakan suasana hati sang Bos sedang tidak baik baik saja .
"Paling cepat kita akan pulang dalam lima hari lagi Tuan ,.."
"Atur ulang kembali jadwalnya . Aku ingin dalam dua hari lagi kita sudah kembali ke kita J ." Maxsim langsung memotong tanpa menunggu penjelasan Reymond . Tentu saja sebagai sekretaris Rey hanya bisa mengikuti perintah atasannya . Walau itu pertanda untuk dirinya untuk bekerja lima kali lebih keras .