Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.
"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."
Aisha langsung menghentikan langkahnya.
Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obral Janji
"Maaf aku tak bisa," jawab Anita tiba-tiba dengan tersenyum sinis.
"Mudah sekali bagimu mencampakkan aku seperti ini?" Anita berjalan menghampiri Alvian.
"Aku tahu ini sulit, bukan hanya bagimu tapi bagiku juga," jawab Alvian merasa bersalah.
"Lalu? Kenapa kamu lebih memilih dia dan meninggalkan aku. Apa kamu lupa tiga bulan yang lalu kamu yang memohon padaku agar aku tidak meninggalkanmu? Tapi justru sekarang kamu mencampakkan aku seolah aku adalah sampah."
"Lalu kamu ingin memulai hidup bahagia dengan wanita itu, tak peduli akan perasaanku yang terluka?"
Alvian tak menjawab, dia tahu jika dirinya telah sangat melukai perasaan Anita.
"Kamu ingin aku melepasmu dan membiarkan kamu hidup bahagia dengan istrimu? Maaf Al. Hatiku tidak sebesar itu." Anita kembali tersenyum sinis.
Alvian menatap Anita.
" Setelah semua yang terjadi, dipermalukan, dilukai dan disakiti. Kamu ingin aku ikhlas melepasmu begitu saja?"
"Sekali lagi aku katakan jika hatiku tidak sebesar itu."
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu!" ucap Anita lantang.
"Jika kamu tidak bisa hidup denganku. Maka kamu juga tidak bisa bersama wanita lain. Terlebih wanita itu adalah Aisha."
Anita menatap wajah Alvian dengan penuh kemarahan lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Alvian duduk lunglai di atas kursi, membasuh wajahnya kasar.
***
Aisha termenung, selepas melaksanakan shalat Isya dan mengaji, Aisha duduk melamun di sofa sambil memeluk Al-Qur'an di dadanya.
Kak Zainab yang juga baru selesai mengaji melihat Aisha dengan heran, terlihat akan menghampiri adiknya namun kemudian terdengar suara ketukan pintu.
Zainab yang belum memakai niqob segera mengambil lalu memakainya hingga sesaat kemudian Alvian masuk ke dalam.
Aisha yang terus melamun belum menyadari jika Alvian telah berdiri di belakangnya.
"Aku ingin melihat keadaan Kak Siti," ucap Alvian yang seketika membuat Aisha kaget, dia yang belum memakai niqobnya terlihat panik. Aisha berdiri dan terus membelakangi suaminya sambil terus mencari cadarnya.
"Kak. Tolong carikan niqobku." Aisha panik terus membelakangi Alvian.
Zainab dan Siti terlihat heran, mereka mengerutkan keningnya.
"Niqobmu ada di dalam kamar mandi, kamu pasti lupa sehabis wudhu tadi" ucap Zainab.
"Suamimu yang masuk Dik. Bukan siapa-siapa," ucap Siti mengingatkan adiknya.
Aisha tak menggubris perkataan kakaknya, dia langsung berjalan menuju kamar mandi dengan diiringi oleh tatapan heran kedua kakaknya.
Sementara Alvian berdiri nampak serba salah. Dia lalu menghampiri Siti dan menanyakan keadaannya.
Tak lama Aisha keluar, sudah lengkap dengan cadarnya.
Alvian melihat Aisha.
"Sebentar lagi kita pulang. Jam 8 nanti aku kesini menjemputmu."
"Tidak usah. Aku akan menginap disini malam ini," jawab Aisha.
"Kamu pulang saja dik. Ada kak Zainab yang menunggu kakak," ucap Siti.
"Tapi kak..."
"Jemput Aisha jam 8 nanti, dia akan pulang," ucap Zainab tiba-tiba pada Alvian.
Alvian hanya mengangguk kemudian keluar meninggalkan ruangan.
Siti dan Zainab melihat Aisha. Aisha menundukkan wajahnya seakan tahu arti tatapan kedua kakaknya.
Zainab menghampiri Aisha, mengajaknya untuk duduk dan berbicara di samping ranjang Siti.
"Suamimu bahkan belum pernah melihat wajahmu," ucap Zainab menatap lekat wajah adiknya.
Aisha tak menjawab, dia hanya terdiam.
Zainab dan Siti saling berpandangan.
"Rumah tangga seperti apa yang kalian jalani?" tanya Zainab sedih.
Aisha semakin menundukkan wajahnya.
"Lebih buruk dari yang kalian duga," jawab Aisha pelan.
"Kami hanya dua orang asing yang tinggal satu atap. Tak lebih."
Zainab menghela napas. Begitu juga dengan Siti.
"Jangan katakan jika aku tetap harus menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri bagaimanapun perlakuannya padaku. Bagaimana aku melakukannya jika suamiku sendiri sudah berjanji pada wanita lain bahwa ia tak akan pernah menyentuhku."
Zainab dan Siti terkesiap. Mereka lalu mengingat sosok dokter wanita waktu itu.
Aisha tersenyum.
"Kalian jangan terlalu memikirkannya. Aku tidak apa-apa. Kakak sendiri kan yang bilang jika aku ini kuat dan tangguh?" Aisha memegang tangan kedua kakaknya.
"Sampai kapan kamu akan bertahan?" tanya Siti menahan tangisnya.
"Iya. Kalian tidak bisa seperti ini terus," ucap Zainab lagi.
"Tak lama lagi kak," jawab Aisha tersenyum. Sebenarnya dia ingin memberitahu kedua kakaknya perihal rencana perceraiannya dengan Alvian, namun diurungkan karena baginya sekarang bukan waktu yang tepat. Aisha tahu jika perceraiannya nanti akan menjadi berita besar di keluarga mereka, karena itu dia harus memberi tahu seluruh keluarganya disaat yang tepat, bukan sekarang disaat semua orang sedih akan apa yang terjadi pada Kak Siti.
***
Alvian berjalan, seperti biasa Aisha mengikuti di belakangnya mengambil sedikit jarak, Alvian seakan tak lagi peduli akan tatapan orang-orang dan mereka yang bisik-bisik.
Hingga sampai ke basemen Rumah sakit tempat mobilnya di parkir, Alvian tampak membuka pintu mobil untuk istrinya.
Aisha masuk ke mobil walaupun sebenarnya merasa heran dan risih dengan perlakuan Alvian yang menurutnya sedikit aneh.
Sudah separuh perjalanan dan Alvian masih terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Aku minta maaf," ucap Alvian akhirnya memberanikan diri.
Aisha tak merespon.
"Soal tadi siang. Anita sudah sangat kelewatan," lanjut Alvian lagi.
Aisha hanya mengangguk kecil tanpa melihat suaminya.
"Hmmm...Aku sudah memutuskan hubungan dengannya," ucap Alvian ragu-ragu
"Saya sudah mendengar kalimat itu tiga kali," ucap Aisha datar, sambil menghela napas.
"Maksudku. Kali ini benar-benar putus."
"Yang dua kali kemarin pura-pura?" tanya Aisha masih datar, sebenarnya merasa tak peduli.
"Bukan. Maksudku kali ini aku tidak akan pernah kembali lagi padanya. Berhubungan lagi dengannya. Aku janji padamu."
"Yang dua kemarin berniat balikan lagi?"
"Aisha aku serius." Alvian menepikan lalu menghentikan mobilnya.
Alvian menatap Aisha.
"Saya juga serius," ucap Aisha menatap balik suaminya.
"Seorang yang bijak, tahu siapa yang harus dia percaya. Bukankah seperti itu?" tanya Aisha sambil memalingkan wajahnya.
"Aku tak dapat dipercaya?" tanya Alvian kecewa.
"Lelaki sejati tidak akan mudah mengobral janji dan memberi mimpi-mimpi. Mengobrol janji itu mudah, menepatinya adalah amanah, menjadi munafik jika mengingkarinya."
"Disana berjanji, disini berjanji. Yang mana yang akan anda tepati?"