seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Masuk ke Perang
Mobil meluncur melalui jalanan yang sunyi, menembus kegelapan malam. Udara terasa berat, seolah dunia di luar sana sedang menunggu ledakan besar. Quenn merasakan ketegangan semakin membelitnya. Di dalam mobil, pria misterius yang membawa mereka hanya diam, tetap fokus pada jalan. Sementara itu, Quenn, Rina, dan Erik duduk terdiam, saling melirik tanpa berkata-kata.
Tiba-tiba, suara pria itu memecah keheningan. "Kalian akan segera sampai. Tapi ingat, tempat ini bukanlah tempat untuk ragu."
Quenn menatap pria itu, matanya penuh tanya. "Apa maksudmu? Kita akan bertemu siapa di sana?" tanya Quenn, mencoba mencari jawaban.
Pria itu hanya mengangguk pelan, menatap jalan dengan tajam. "Tempat ini adalah markas besar mereka. Tempat di mana keputusan-keputusan besar dibuat. Kalian akan bertemu dengan mereka yang memimpin perang ini."
Rina menatapnya tajam, sedikit curiga. "Mereka? Siapa mereka sebenarnya?"
Pria itu terdiam sejenak, kemudian menarik napas panjang. "Mereka adalah pemimpin jaringan internasional yang mengendalikan segala hal di balik layar. Dan mereka tahu kalian datang."
Quenn merasakan darahnya berdesir. "Kita harus berhati-hati. Mereka pasti sudah mempersiapkan sesuatu." Kata-katanya terdengar tegas, namun dalam hati, ia merasa waspada. Perjalanan ini semakin berbahaya.
Malam semakin larut, dan seiring dengan itu, mobil semakin mempercepat lajunya. Dalam beberapa menit, mereka tiba di sebuah kawasan yang tampaknya sepi, gelap, dan tertutup rapat. Pria itu menoleh sejenak. "Ini dia. Mereka akan menunggu."
Quenn bisa merasakan perutnya bergetar. Apa yang mereka akan hadapi di sana? Tidak ada jalan mundur. Hanya ada satu tujuan—masuk, menghadapi semuanya, dan keluar hidup-hidup. Namun, ia tahu bahwa bukan hanya nyawa mereka yang dipertaruhkan, tetapi juga masa depan yang lebih besar.
Mobil berhenti di depan sebuah gedung besar yang tampak kokoh dan tak terjangkau. Semua jendela tertutup rapat, dan hanya ada sedikit cahaya yang menyinari pintu utama. Pintu itu terbuka perlahan, dan pria misterius itu melangkah keluar lebih dulu, memberi isyarat pada mereka untuk mengikutinya.
“Ayo,” kata Quenn, menarik napas dalam-dalam dan mengencangkan genggamannya pada senjata. Rina dan Erik mengikuti dengan langkah cepat, meskipun bisa terlihat bahwa ketegangan sudah menyelimuti mereka. Langkah kaki mereka bergema di jalan yang sunyi, dan jantung Quenn berdegup kencang. Mereka tidak tahu apa yang ada di dalam sana, namun mereka tahu bahwa setiap detik sangatlah penting.
Begitu mereka masuk, pintu besar itu tertutup dengan keras, seolah menandakan bahwa mereka tidak akan bisa keluar begitu saja. Di dalam, suasananya gelap, hanya diterangi oleh beberapa lampu redup yang memberikan kesan angker. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari dalam, semakin mendekat. Quenn mengangkat senjata, siap menghadapi apapun yang akan datang.
Dari balik kegelapan, muncul sosok yang tampaknya sudah menunggu kedatangan mereka. Seorang pria berpakaian hitam dengan wajah tertutup masker. Gerakannya tenang, tapi matanya mengandung ancaman yang jelas.
“Selamat datang,” katanya dengan suara serak dan dalam. “Kami sudah menunggu kalian.”
Quenn menatap tajam, tidak terkesan dengan sambutan yang penuh teka-teki itu. “Siapa kau dan apa yang kalian inginkan?” tanya Quenn dengan suara yang tak bisa menyembunyikan kewaspadaannya.
Pria itu sedikit tertawa, namun tidak ada kegembiraan dalam tawanya. “Kami yang mengendalikan permainan ini. Marco hanyalah satu bagian kecil. Kalian sedang berada di pusat segala sesuatu. Dan kau, Quenn, adalah salah satu orang yang kami tunggu-tunggu.”
Quenn merasa jantungnya berhenti sejenak. “Apa maksudmu?”
Pria itu melepas masker, memperlihatkan wajahnya yang tidak asing. Itu adalah wajah yang sudah pernah dilihat Quenn sebelumnya, namun ia tidak bisa mengingat di mana. “Nama saya Vincent. Dan saya adalah orang yang akan membuat kalian mengerti, jika kalian ingin bertahan hidup.”
Rina mendekat, wajahnya penuh keraguan. “Vincent? Dari kelompok apa kau berasal?”
Vincent tersenyum samar, lalu mengangkat bahu. “Aku bukan bagian dari kelompok apapun yang kalian kenal. Aku hanya... bagian dari sebuah rencana yang jauh lebih besar.”
Erik mendekat, memegang senjata dengan erat. “Rencana besar? Apa yang kau rencanakan?”
Vincent tidak langsung menjawab. Ia melangkah lebih dekat, berjalan di antara mereka sambil menatap Quenn dan timnya satu per satu. “Kalian harus tahu bahwa kalian tidak sendirian di dunia ini. Ada banyak orang yang memegang kendali. Dan sekarang, kalian berada di persimpangan jalan. Kalian bisa memilih untuk melawan... atau bergabung dengan kami.”
Quenn menatap tajam. “Kami tidak akan bergabung dengan siapa pun. Kami hanya ingin menghentikan Marco dan orang-orang yang mengendalikan segalanya.”
Vincent mengangguk pelan, seolah mengerti. “Kalian bisa memilih jalannya, tapi ingat—tidak ada jalan yang mudah di sini. Marco hanya salah satu bagian dari rencana kami. Ada yang lebih besar yang menunggu, dan kalian akan segera mengetahui apa itu.”
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang berat terdengar dari belakang mereka. Quenn berbalik, siap untuk bertempur lagi, namun sebelum ia sempat bergerak, lampu di ruang itu menyala terang, mengungkapkan sebuah ruang besar yang dipenuhi dengan banyak orang—semua mengenakan pakaian gelap dan tampak seperti pasukan elit. Mereka semua berdiri di sekeliling ruangan, menatap Quenn dan timnya dengan tatapan tajam.
Vincent memandang mereka dengan senyuman penuh arti. “Ini adalah ujian kalian, Quenn. Temui mereka, dan lihat apakah kalian siap untuk menghadapi kenyataan.”
Quenn merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya berputar. Ada sesuatu yang sangat besar di balik semua ini, sesuatu yang jauh lebih gelap dari yang bisa dibayangkan. Mereka tidak hanya berhadapan dengan Marco, tetapi dengan sebuah kekuatan yang bahkan lebih berbahaya.
“Siap untuk menghadapi yang lebih besar, Quenn?” Vincent bertanya dengan suara rendah, dan sebelum Quenn sempat menjawab, suara ledakan keras terdengar dari luar, membuat seluruh ruangan bergetar. Sesuatu telah dimulai, dan Quenn tahu—ini baru permulaan dari perang yang sebenarnya.
Mereka harus bertahan hidup, apapun yang terjadi.