"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
"Eh bener juga ya. Pantas mukanya gak asing, padahal penjual buah toh." cibir salah satu Ibu-ibu.
"Tapi kan Fira, secara logis nih yah, memang sih calon suamimu ini ganteng. Tapi, kan rumah tangga gak makan ganteng doang. Masih mending Alvin lah, wajahnya juga lumayan, tapi kan orang berada." kekeh teman Marni. "Untung ada Raya, yang mau sama nak Alvin." lanjutnya.
"Udah Bu? Pulang sana." usir Fira jengah dengan omongan tetangganya itu.
"Kamu itu kami nasehati Fira, harusnya kamu bersyukur, karena masih ada yang peduli sama kamu."
"Bu, pulang. Lagian Bang Farhan juga mau pulang. Jadi, jangan halangi dia." lagi Fira mengusir.
Farhan menghela napas, niat mau membuat Fira terkesima akibat dia yang setia menunggu, malah diganggu dengan kedatangan Ibu-ibu. Akhirnya, Farhan pun mohon pamit, pada Fira juga Ibu-ibu yang ada di sana.
Setelah kepergian Farhan, Ibu-ibu di sana pun bubar tanpa barisan.
Fira langsung menutup rapat pintunya, seraya ngedumel tentang kelakuan Farhan yang nyaman sama Ibu-ibu disana.
"Pasti bangga tuh, di puji ganteng." gumam Fira.
"Siapa yang ganteng nak?" tanya Asma, karena kebetulan dia keluar dari kamar, dan berpapasan dengan Fira.
"Siapa lagi, kalau bukan Bang Farhan." sahut Fira.
"Emang dia ganteng nak, dan dari tadi pagi, Ibu-ibu di warung hampir semuanya membahas nak Farhan. Ibu sempat mendengarnya kala Ibu lewat. Terus, saat mereka bertanya sama Ibu, ya Ibu tetap sama, diam." kekeh Asma.
"Iya deh iya." sahut Fira, karena malas berdebat dengan kanjeng ratunya.
Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Farhan tiba. Mereka datang untuk menemui calon istri anaknya. Karena sekarang kedua mempelai sudah sah menjadi suami istri, baik di negara dan juga agama. Tentu saja, Danu kembali menjadi wali dari Fira, karena bagaimanapun rasa bersalah pada keponakannya akan selalu ada.
Miranti terkesima dengan kecantikan yang dimiliki oleh Fira. Begitu juga dengan kakak dari Farhan. Ingin sekali Miranti memeluk dan mengecup anak mantunya itu. Namun, apalah daya, Farhan bahkan selalu memperingati mereka agar jangan macam-macam saat acara sedang berlangsung.
Miranti bahkan diam-diam meneteskan air mata bahagia. Dia sangat berharap, jika ke dua mempelai hidup bersama selamanya.
Sekarang, saatnya acara foto keluarga. Dan Santi mengajak semua keluarga inti Farhan untuk ikut bersama. Walaupun Fira sempat heran, karena Santi tidak ikut bersama-sama dengan keluarga, yang Santi akui keluarga terdekat mereka, tetapi Fira tetap mengikuti permintaan Santi.
"Berbahagialah nak ..." ucap Miranti memeluk erat tubuh Fira. Sedangkan Farhan malah menatap Papanya dengan tatapan memohon, agar segera memisahkan Mamanya dengan Fira.
Alan yang paham dengan yang dimaksud anaknya pun, pura-pura gak mengerti. Dia bahkan membiarkan Miranti memeluk Fira lebih lama.
"Papa sialan ..."
Ucapan yang hanya terlontarkan di batin Farhan.
Setelah semuanya bubar dari pelaminan sederhana Farhan dan Fira. Kembali, Miranti menatap anak dan menantunya itu. Dia langsung mendekati Asma, guna menyerahkan amplop. Dan mengaku sebagai keluarga dekat Farhan.
Asma, dapat melihat sedikit kemiripan di wajah Miranti dengan Farhan. Namun, dia tidak berani bertanya lebih lanjut. Tentang hubungan keluarga bagaimana diantara keduanya itu.
Karena ini acara sederhana, jam tiga sore pun semua tamu sudah pada bubar. Dan sekarang Fira dan Farhan sama-sama memasuki kamar sederhana Fira.
Farhan menatap sekeliling kamar, tidak ada yang istimewa disana. Hanya ada tilam untuk ukuran dua orang, dan itupun hasil mereka beli bersama. Lemari, dan kaca hias.
"Kamar mandinya mana?" tanya Farhan setelah tidak melihat pintu lain di kamar tersebut.
"Oo ada dibelakang. Abang mau mandi?" sahut Fira dan juga balik bertanya.
"Iya ..." ucap Farhan, karena tiba gugup memikirkan hal selanjutnya ketika dia selesai mandi.
"Bentar, Fira ambilkan handuk dulu." ucap Fira bangkit. Karena tadi dia berada di depan meja hias, untuk membersihkan makeup dan juga aksesoris yang berada di kepalanya.
Baru saja Fira berjalan beberapa langkah, Fira hampir terjatuh. Dan untungnya dengan sigap Farhan menangkap tubuh mungil Fira. Tetapi, yang terjadi adalah, Fira dan Farhan sama-sama terjatuh kembali, dengan posisi Farhan dibawah tubuh Fira. Dan sialnya lagi tangan Farhan berada tepat di kedua payud*ra Fira. Karena tadi, dia berniat untuk menahan tubuh Fira.
Fira buru-buru menggulingkan badannya, kala sadar tentang pelecehan yang kembali dilakukan oleh orang yang berbeda. Iya, Fira menganggap itu pelecehan, karena Farhan memegangnya tanpa izin darinya.
"Lancang kamu Bang." ucap Fira menyilangkan tangannya didepan dada.
"Eh ,,, aku gak sengaja loh. Tapi boleh lah." kekeh Farhan.
"Apa?" tanya Fira dengan mata melotot.
"Mana handukku?" tanya Farhan mengalihkan pembahasan.
"Ambil sendiri, di lemari paling atas." sahut Fira kembali ke meja hias.
Farhan pun keluar setelah mengambil handuk yang disuruh oleh Fira. Dia langsung menuju dapur dan masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Fira, juga keluar dari kamar. Dia menemui Ibunya yang masih berada didepan.
"Ada apa?" tanya Asma setelah mendekati Asma.
"Tolong bukain resleting Bu." pinta Fira membalikkan badannya.
"Eh, kok sama Ibu. Kan ada nak Farhan." kekeh Asma, menuruti permintaan anaknya itu.
"Malu lah, Bu." sahut Fira.
Setelah mengucapkan terimakasih, Fira kembali masuk ke kamar. Meninggalkan Asma yang masih saja bersih-bersih dengan beberapa warga lainnya.
Di tempat lain, Alvin hanya bisa termenung kala mengetahui kenyataan pahit dalam hidupnya. Sekarang perjuangan sia-sia, orang yang dicintainya telah menikah dengan orang lain.
Padahal, rencananya dulu bukan begitu. Dengan memberitahu pada warga jika Fira dan lelaki yang sekarang jadi suaminya berzina. Mereka dihukum dan diberikan efek jera. Bukan dinikahkan seperti sekarang.
Padahal dia ingin membuat Fira malu, dan tidak akan ada lelaki lain yang mau menikahinya. Sampai nanti baik Asma dan Fira datang padanya, dan meminta pertanggungjawaban untuk menikahi Fira. Tetapi semua rencananya sirna.
"Masih memikirkan mantanmu yang selingkuh itu?" tanya Raya memeluk pinggang Alvin. Karena sekarang Alvin sedang berdiri di teras depan rumah mereka.
"Jangan memfitnah Fira, Raya." cetus Alvin melepaskan pelukan istrinya itu.
Bagaimanapun dia tidak terima, saat nama Fira dijelek-jelekkan.
"Loh, aku benar loh. Sekarang bahkan sudah menyebar satu kampung, kalo Fira itu selingkuh dari kamu." kata Raya.
"Benarkah?" tanya Alvin melihat ke arah Raya, yang sudah duduk di kursi. Dan Raya, menganggukkan kepalanya.
"Jika itu benar, maka akan dengan mudah membuat padangan buruk orang-orang tentang Fira." batin Alvin.