Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Keira tidak pernah membayangkan akan melakukan tarian semacam ini di aula istana. Seingatnya, di kehidupan yang dulu. Dia sama sekali tidak berdansa dengan Yang Mulia. Karena sebuah tamparan keras yang melukai wajahnya. Pelakunya? Tentu saja Raja jahat itu. Sebab Keira terus menerus berusaha mengingatkan pria itu agar lebih menghargai keberadaannya daripada wanita licik.
Tapi kenapa semuanya tidak bergerak? Aula istana menjadi sangat hening. Dengan semua tatapan mengarah padanya. Apa dia salah telah menari dengan lagu khas Nemorosa? Apa seharusnya dia diam saja di belakang Raja?
Mengharapkan Raja berdansa dengannya dengan melodi yang ceria dan etnik inilah yang salah. Tidak mungkin Raja bisa melakukannya. Maka dari itu, dia mengambil inisiatif untuk menari sendiri.
Keira menoleh ke arah Raja. Pria jahat itu melihatnya dengan tatapan tajam. Sudah bisa dipastikan, apa yang dilakukannya salah.
"Sial, apa yang harus kulakukan?"
Kebingungannya segera menghilang saat mendengar suara tepukan tangan. Tepukan tangan itu dengan cepat berubah menjadi gemuruh yang kencang. Senyum di wajah para utusan kerajaan tetangga memberitahunya bahwa apa yang dilakukan Keira tidak salah.
"Anda menari dengan sangat indah Ratu" kata salah satu utusan.
"Sungguh mempesona"
"Bravo!!"
Tidak pernah Keira bayangkan akan mendapatkan reaksi yang seperti ini. Dia pikir akan menjalani hukuman karena berani menari dengan melodi Nemorosa di acara kerajaan resmi.
"Keluar dari aula!!! Kembali ke ruangan mu!!" teriak Raja dengan suara menggelegar. Mengejutkan semua orang dan segera menghilangkan gemuruh tepuk tangan penghargaan untuk Keira. Membuat suasana aula menjadi menakutkan.
Tanpa menunda, Keira berlari keluar dari aula kerajaan. Meninggalkan acara yang belum berakhir. Tapi dia lebih bersyukur ini terjadi. Karena tidak mungkin Keira bisa menanggapi semua pujian itu. Setelah sebelumnya, semua orang begitu menghinanya karena tidak diperhatikan Raja.
Setidaknya dia merasa senang sekali malam ini. Bukan karena tarian atau pujian yang diterimanya. Tapi karena berkenalan dengan Rupert.
Siapa itu Rupert?
Rupert adalah putra penasehat yang ditugaskan untuk memanggilnya kembali ke aula istana.
Keira baru tahu penasehat memiliki putra berusia dua puluh tahun yang sangat tampan. Dengan rambut dan kulit seputih salju. Dan mata biru cerah. Membuat Rupert seperti serigala salju yang pernah dilihatnya di wilayah Rimegate saat kecil.
Kejutan besar. Ternyata penasehat istana itu memang berasal dari wilayah Rimegate. Namun diangkat menjadi penasehat kerajaan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Menyebabkan Rupert, sebagai anak tidak pernah melihat kampung halamannya yang indah.
Membayangkan Rupert berdiri diantara gunung dan pohon yang berselimutkan salju. Pasti membuat Rimegate menjadi lebih indah lagi.
Tanpa menunda, Keira segera memaparkan semua keindahan Rimegate yang pernah dilihatnya saat kecil.
Sungai beku berisi ikan salmon besar. Belum lagi warganya yang sangat ramah dan hangat. Sangat berlawanan dengan wilayah mereka yang hampir sepanjang tahun berada dalam musim beku.
Mendengar semua cerita Keira, Rupert sedih. Menginginkan untuk dapat pergi ke kampung halaman ayahnya. Sayang sekali, keluarganya tidak pernah mendapat kesempatan itu. Karena penasehat kerajaan adalah orang yang sangat dipercaya oleh Raja. Keberadaannya sangat penting di istana.
Dan Rupert tidak bisa pergi juga. Karena dia hanyalah penjaga perpustakaan kerajaan. Tidak pernah mendapat kesempatan untuk keluar dari istana.
Untung saja Keira ingat memiliki jadwal resmi untuk mengunjungi keempat wilayah bulan depan. Sebagai balasan atas kedatangan keempat wilayah ke istana.
Mungkin saja ketika mengunjungi wilayah Rimegate, dia akan mengajak Rupert. Sebagai salah satu pendamping dari istana.
Tapi ... Apa permintaannya akan dikabulkan setelah apa yang terjadi malam ini? Keira merasa apa yang diinginkannya akan sulit tercapai. Dia kembali ke kamarnya dan mengeluhkan semua yang terjadi malam ini pada Jane. Termasuk kehadiran seorang pria lainnya yang menarik perhatian Keira.
Ratu pergi. Meninggalkan aula kerajaan. Acara dilanjutkan dengan sedikit canggung sampai selesai sebelum malam terlalu larut.
"Saya tidak tahu kalau Ratu bisa menari seindah itu" kata Mary yang ditemani William kembali ke kamar.
"Tariannya jelek sekali" jawab William segera. Tidak memberi waktu Mary berpikir kalau dia menyukai tarian Ratu.
"Benarkah? Saya pikir Raja menyukainya"
"Aku pernah melihat tarian yang indah. Seorang gadis dengan gaun merah menari di bawah air terjun. Itulah tarian yang indah bagiku"
"Yang Mulia Raja, Anda membuat saya malu"
Siapa gadis yang dimaksud oleh William? Tentu saja itu adalah Mary. Setelah berperang sepanjang tahun, akhirnya William mendapatkan kesempatan untuk mendatangi rumah salah satu prajuritnya. Berada di perbatasan daerah kerajaan dan wilayah Aetherlyn.
Di bawah air terjun yang deras, William terpesona pada tubuh gadis muda yang meliuk indah. Ternyata, gadis itu adalah adik dari prajurit kepercayaannya. Saat itulah William jatuh hati pada Mary. Dan sampai sekarang, dia masih mendamba ingin menyentuh tubuh polos nan suci itu.
Tak terasa mereka sampai di depan kamar Mary. William tidak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya. Mereka mulai saling menyentuh dan memberikan kecupan ringan.
Lalu ... Sekelebat tarian Ratu mengganggu pikiran William. Dia memegang pundak Mary dan menjauhkan diri.
"Kenapa Raja?"
William melihat Mary dan berusaha menghapus apa yang tadi berlalu cepat di pikirannya. Ketika mereka mulai mendekat lagi, sebuah senyum bercahaya menghentikan William lagi. Ada apa dengannya?
Kenapa wajah dan gerakan tubuh Ratu berlari liar di pikirannya? Apa ini karena dia terlalu memperhatikan gerakan tubuh Ratu saat menari tadi?
Bukankah seharusnya hanya satu wanita yang akan ada di dalam pikirannya? Dan wanita itu kini menanti kecupan dan sentuhannya. William berusaha untuk meluruskan pikirannya dan kembali ke malam panas yang sangat diinginkannya sejak dua tahun lalu.
Dengan kasar, William melempar tubuh Mary ke ranjang. Merobek gaun yang telah dipilihnya dengan penuh pertimbangan. Dua buah dada menyapanya. William merasa bergairah lagi. Dia ingin mengecup dada Mary tapi ... . Sebuah tangan lentik yang lewat di depan matanya tadi menghentikan William.
Gairah yang memuncak tiba-tiba menghilang begitu saja..Padahal Mary sedang dalam posisi siap untuk menerimanya.
William berdiri, menjauhi ranjang.
"Yang Mulia?" panggil Mary menuntut penjelasan.
"Aku tidak bisa melakukannya sekarang. Kau pasti lelah. Beristirahatlah!" katanya lalu meninggalkan kamar Mary.
Apa sebenarnya yang terjadi padanya? William berjalan cepat, dengan niat ingin pergi ke ruangannya. Tapi langkahnya terhenti di depan kamar wanita asing itu.
Suara jeritan senang terdengar di telinga William. Apa yang membuat Ratu senang sampai menjerit? Apa karena berhasil menari dengan baik tadi? Atau karena wanita asing itu bertemu dengan Rupert Wickham? Tidak tahu kenapa, tiba-tiba William merasa kesal. Lebih baik dia segera kembali ke ruangan atau berpikir macam-macam.