"Apa yang kamu tahu?" tanya Aditya pada pria yang kepalanya berlumuran darah.
"Aku hanya lihat ada tiga orang pria datang lalu dia menyuntikkan sesuatu pada wanita itu. Setelah wanita itu tidak berdaya, mereka menggantungnya seolah dia bunuh diri."
Usai mengatakan itu, pria tersebut menghilang tanpa bekas.
Sebagai seorang polisi, terkadang Aditya menemui kesulitan ketika mengungkap sebuah kasus. Dan tak jarang dia sering meminta informasi dari makhluk tak kasat mata yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aditya memanfaatkan indra keenamnya untuk mengungkap kasus kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Tak sendiri, dia ditemani jin cantik bernama Suzy yang rela membantunya melakukan apapun, kecuali mencarikan jodoh untuknya.
"Haiissshh.. Tante Suzy.. yang benar dong kalau kasih info. Nyasar lagi nih kita!" kesal Adita.
"Kalau mau nanya alamat tuh ke Mbah Gugel! Bukan ke aku!"
Aditya hanya menepuk keningnya saja.
"Percuma ngajak jin dongo," gumam Aditya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
"Apa Bapak tahu di mana Pak Ageng?"
"Ada apa mencarinya?"
Aditya segera mengeluarkan tanda pengenalnya. Wajah Jono sedikit memucat mengetahui pria yang tengah mencari temannya adalah seorang polisi. Dia sudah memiliki firasat kalau suatu saat Ageng akan berurusan dengan polisi. Pria itu terlalu berani mengambil resiko ketika berjudi dan sifatnya yang temperamental.
"Kapan Bapak terakhir melihat Pak Ageng?"
"Su.. sudah lama, Pak. Saya bertemu terakhir kali seminggu yang lalu."
Aditya terus memandangi Jono tanpa berkedip. Supir angkot yang ditanyainya tadi mengatakan kalau dia melihat Ageng berada di rumah Jono dua hari yang lalu. Tanpa banyak bicara, Aditya mengambil ponselnya lalu menghubungi Tamar. Dia meminta nomor telepon Tomi, karena tadi langsung berpisah ketika Aditya memutuskan mencari jejak Ageng sendiri.
Setelah mendapatkan nomor telepon Tomi, Aditya segera menghubunginya. Dia mengatakan di mana posisinya dan berhasil menemukan orang yang mengenal Ageng. Usai berbicara dengan Tomi, Aditya kembali mengalihkan perhatiannya pada Jono.
"Ada yang melihat Ageng berada di rumah Bapak dua hari yang lalu."
"Ah ya, mungkin saya lupa. Sepertinya memang dua hari yang lalu saya bertemu dengan Ageng, tapi hanya sebentar," ralat Jono.
"Apa Bapak memiliki nomor telepon Pak Ageng?"
"Tidak, saya tidak punya. Ageng sudah tidak memegang ponsel lagi setelah dijual untuk berjudi. Ada apa dengan Ageng?"
"Dia menjadi tersangka pembunuhan Edwin."
"Apa?"
Jono nampak terkejut. Pria itu meneguk ludahnya kelat dan mulai terlihat gelisah. Kemarin malam dia melihat Ageng menyeret Edwin, membawa anak itu ke gudang kosong yang ada di belakang rumahnya. Itu hanya bangunan kecil yang dipakai untuk menyimpan barang-barang tidak terpakai. Posisinya terpisah dari rumah utama. Aang yang sedari tadi bersama Aditya mendekati pria itu.
"Itu bangunan di mana Ageng membunuh Edwin," Aang menunjuk bangunan di belakang rumah Jono.
"Bangunan di belakang apakah milik Bapak?" Aditya menunjuk gudang di belakang rumah Jono.
"I.. iya, Pak."
"Boleh saya memeriksanya?"
"Si.. silakan."
Jono terlihat semakin gugup dan membuat Aditya bertambah curiga. Ketika dirinya hendak beranjak, Tomi sampai bersama dengan Jaya. Aditya segera melaporkan temuannya. Dia juga hendak memeriksa gudang milik Jono. Ketiganya kemudian menuju gudang tersebut.
Ketika pintu gudang dibuka, suasana di dalam gelap. Aditya menyalakan lampu. Hanya bohlam kecil yang menerangi gudang ini. Aditya dan Jaya berkeliling memeriksa keadaan gudang, sementara Tomi kembali menginterogasi Jono.
Aditya berjalan mendekati sebuah meja yang di atasnya sudah penuh dengan debu. Aang mengatakan kalau Edwin dipukul dan kepalanya terantuk ujung meja lalu jatuh dan tidak bangun lagi. Tahu Edwin pingsan setelah menerima siksaan darinya, Ageng segera pergi. Dua jam kemudian dia kembali. Pria itu terkejut ketika tahu Edwin sudah meninggal dunia. Dia pun memindahkan jasad Edwin ke tempat di mana Aditya menemukannya.
Aditya mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan senternya. Diperhatikannya sudut meja, mencoba mencari jejak darah di sana. Kemudian dia mengarahkan senternya ke bawah. Tepat di dekat kaki meja, dia mendapati bercak noda darah yang mulai mengering. Sepertinya Ageng berusaha membersihkan noda darah namun masih ada yang tertinggal di sana.
"Pak, sepertinya kita harus memanggil tim forensik ke sini," seru Aditya.
Tomi dan Jaya mendekat. Aditya lalu memperlihatkan noda darah yang ditemukannya. Tomi pun dengan cepat menghubungi tim forensik. Sambil menunggu, mereka keluar dari gudang. Jangan sampai mereka merusak TKP. Aditya meyakini kalau gudang inilah tempat Edwin meregang nyawa.
Lima belas menit kemudian tim forensik datang. Dengan cepat mereka memeriksa keadaan gudang. Salah satu petugas mengambil sampel darah yang ditemukan Aditya. Mereka juga menyemprotkan sesuatu ke lantai dan tembok lalu mematikan lampu. Kemudian dengan disaksikan Aditya dan Jaya, mereka menyorot tembok dan lantai yang terkena semprotan tadi. Terlihat ada bekas jejak darah di sana.
Gudang milik Tono langsung diberi garis kuning. Jono juga dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Beberapa tetangga Ageng juga memberi kesaksian kalau pria itu sering berbuat kasar pada Edwin dan Lastri. Dari bukti dan saksi, polisi menetapkan Ageng sebagai pembunuh Edwin. Hanya saja keberadaan pria itu masih belum diketahui. Tomi memerintahkan anak buahnya untuk melacak keberadaan pria itu. Sementara Aditya diminta pulang. Pria itu masih bertugas secara resmi di Polrestabes Bandung.
"Lebih baik kamu pulang sekarang. Nikmati waktu liburmu sebelum mulai bertugas."
Aditya menganggukkan kepalanya. Pria itu melangkah keluar dari kantor. Di pelataran parkir, dia melihat Suzy tengah berdebat dengan Aang. Kecurigaan Suzy benar adanya, Aditya memiliki partner lain selain dirinya dan itu membuatnya kesal. Jin wanita itu memandangi jin yang usianya jauh di bawahnya dengan tatapan kesal.
"Menjauhlah dari Adit!" seru Suzy.
"Tidak bisa. Dia memintaku untuk membantunya. Sebelum dia menemukan Ageng, aku akan terus mengikutinya."
"Tidak bisa! Lebih baik kembali ke habitatmu. Jangan ganggu Adit!"
"Aku tidak mengganggunya, aku membantunya."
"Kami tidak butuh bantuanmu!"
"Galak sekali. Seperti kamu Ibunya saja."
"Dia itu anak temanku. Sudah sewajarnya kalau aku membantunya. Dan kamu jangan dekat-dekat dia!"
"Haiissshh.. kalian berisik sekali!" seru Aditya yang sudah berada di dekat dua jin tersebut. Keduanya langsung menatap Aditya bersamaan.
"Adit.. suruh dia pergi. Kita ngga butuh dia!" Suzy menunjuk pada Aang.
"Kamu janji akan menemukan Ageng dan menangkapnya. Aku akan membantumu."
"Kami bisa menangkapnya tanpa bantuanmu!"
"Pokoknya aku mau ikut!"
"Stop!!"
Teriakan kencang Aditya tidak hanya mengejutkan Suzy dan Aang, tapi juga petugas yang tengah melintas di dekatnya. Kepala petugas itu menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada siapa pun di dekat Aditya kecuali dirinya.
"Maksudnya ke saya?" tanya petugas itu pada Aditya.
"Eh bukan, Pak. Ini saya lagi ngobrol dengan teman saya."
Aditya memperlihatkan ponsel di tangannya. Petugas itu hanya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya. Aditya melihat kesal pada Suzy dan Aang.
"Kalian berdua ikut pulang sekarang!"
Aditya langsung menuju motornya. Ketika dia sudah menaiki tunggangannya, kembali terjadi keributan antara Suzy dan Aang. Keduanya ingin menaiki motor bersama dengan Aditya. Perdebatan kembali terjadi di antara mereka berdua.
"Ngapain kamu mau naik motor?"
"Aku ngga tahu rumah Adit."
"Itu urusanmu. Sana jauh-jauh."
Suzy menempelkan jarinya ke kepala Aang lalu mendorongnya. Wanita itu segera naik ke belakang Aditya. Pusing melihat kelakuan dua jin yang sedang berdebat, Aditya segera menjalankan kendaraan roda duanya. Aang secepat kilat melompat dan menclok di tubuh Suzy. Dia memeluk leher Suzy dan kedua kakinya dibelitkan ke pinggang jin wanita itu.
"Turun ngga!?"
"Ngga mau!"
"Turun!"
"Ngga!"
Aditya semakin dibuat pusing. Pria itu mengabaikan saja pertengkaran dua jin di belakangnya. Dia memacu kendaraannya lebih cepat lagi.
***
Di dalam kamar Aditya, kini sudah berkumpul Aditya bersama dua jin yang memperebutkan dirinya. Entah saat sedang hamil dirinya, sang Mama mengidam apa sampai pria itu menjadi rebutan makhluk astral. Aditya yakin sekali, di antara para sepupunya, hanya dirinya yang menjadi rebutan makhluk astral.
Sementara itu, baik Suzy maupun Aang masih saling memandang. Andai cara mereka memandang bisa divisualisasi, dari dua mata mereka mengeluarkan sinar laser yang saling beradu. Masing-masing tidak ada yang mau mengalah.
"Lebih baik Tante mengalah saja, biar aku yang menemani Aditya melakukan penyelidikan," ujar Aang yang mulai memanggil Suzy dengan sebutan Tante, sama seperti Aditya.
"Heh! Kamu bukan keponakan saya! Ngga usah sok akrab manggil saya Tante," ketus Suzy.
"Biar jin, tapi aku masih menjaga sopan santun. Tapi emang harusnya aku ngga panggil kamu Tante, tapi Nenek!"
"Apa?!" berang Suzy sambil melotot.
"Umurmu itu hampir lima kali lipat umurku. Jadi wajar aja kalau aku panggil Nenek!"
"Coba kamu lihat, wajahku masih cantik, kulitku juga masih kencang. Mana ada Nenek yang kinyis-kinyis kaya aku."
"Narsis," desis Aditya.
"Cantik kan karena ngambil penampakan artis, coba kalau pakai wujud asli, udah jelek, keriput juga."
"Bhuahahaa..."
Aditya sudah tidak bisa menahan tawanya lagi mendengar perdebatan dua jin di dekatnya. Suzy bertambah berang, ternyata jin baru yang mengekori Aditya sama sekali tidak takut padanya. Padahal dia adalah jin senior yang harus ditakuti dan dihormati oleh jin junior tersebut.
"Udah gini aja, biar Aang ikut aku selidiki kasus. Tante jagain Zahi aja."
"Ngga mau! Biar si Jinbo aja yang jaga Zahi," Suzy menunjuk pada Aang.
"Sembarangan! Namaku Zagreb, tapi karena Adit panggil aku Aang, jadi namaku sekarang Aang. Apaan Jinbo, ngga elit banget namanya," protes Aang.
"Jinbo itu Jin Bocil, hahahaha.." Suzy tertawa puas.
"Dasar jin Nepo," balas Aang.
"Apaan Nepo?"
***
Apa hayo Nepo??
Maaf kalau ada pembaca horor di sini. Aslinya aku tuh penulis romance comedy, lagi coba genre baru, eh malah kaya dagelan ya🫢 Aslinya juga aku penakut, jadi ngga bisa bikin cerita yang serem banget sampai membangunkan bulu kuduk dan bulu ketek. Dinikmati aja ya horor ala² ini🙏
Penampakan Suzy
waaah sean emang kmu punya orderan ala aja😆😆😆😆😆