Satu Hati Yang Kuberi Cinta
Suara lagu mix yang diputar menggelegar seantero cafe, keadaan di sini semakin malam semakin ramai oleh orang-orang yang berkunjung, Magika dan teman-temannya bermain Truth or Dare, turut meramaikan suasana bingar di dalam cafe, dan sebagai penutup dari pertemuan terakhir mereka, sebelum akhirnya masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi.
Botol berputar di atas meja yang telah di tempati oleh Magika dan teman-temannya, dan botol berhenti berputar, menunjuk ke arah Magika, teman-temannya bersorak riang karena sedari tadi dia selalu lolos dari permainan ini.
"Truth or Dare?" Tanya teman-teman Magika secara bersamaan dengan sangat antusias.
Magika yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman berkadar alkohol, mulai merasakan sensasi euforia dari minuman tersebut, adrenalinnya semakin terpacu untuk menyelesaikan permainan ini. Dia tahu teman-temannya pasti tak akan tanggung-tanggung jika memberikan tantangan.
"Dare." Jawab Magika dengan lantang.
Mereka semua tertawa puas mendengar jawaban Magika, karena itu hal yang mereka sudah tunggu sedari tadi, rasanya sudah sangat tidak sabar untuk memberikan tantangan pada Magika.
Biasanya Magika selalu bermain aman, tapi karena sudah dalam pengaruh alkohol adrenalin nya mulai terpacu, dia tak masalah melakukan tantangan apapun sekalian memberikan perpisahan yang terbaik untuk teman-temannya. Dan tentu saja kesempatan kali ini tak akan teman-temannya sia-siakan.
"Ok langsung aja guy's."
Leonard coba memijat-mijat bahu Magika."Siap-siap Gee lakuin tantangannya."
"Apaan sih? Kelamaan kalian tuh." Ejek Magika.
"Sabaaarr. Ok, Cium salah satu cowok yang ada di cafe ini siapapun, asal bukan Leonard."
Magika terkekeh."Emang Leonard cowok?"
"Wah parah ya, mau liatin kejantanan aku?" Tantang Leonard.
"Kelamaan nanti Magika lakuin tantangannya."
"Iya nih, ayo Gee selesain tantangannya."
Magika memperhatikan beberapa orang yang ada di sini untuk dijadikan bahan eksekusinya, matanya melirik ke berbagai arah, dari banyaknya lelaki yang ada di sini, lagi-lagi dia melabuhkan pandangannya pada lelaki yang duduk sendirian di seberang mejanya, sedari tadi memang Magika sudah memperhatikan lelaki tampan itu, tak butuh waktu lama, Magika segera beranjak dari kursinya untuk menghampiri incarannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Azzrafiq dan Yudhistira beserta keempat teman SMA nya berkunjung ke Kota Bandung untuk melihat calon kampus impian mereka, yang dimana nanti mereka akan menempuh pendidikan setelah lulus dari SMA. Hingga malam akhirnya tiba, mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah Cafe.
Azzrafiq yang sedang kalut dengan hubungannya bersama Bianca, memutuskan untuk ikut minum bersama teman-teman lainnya, dia tak sengaja melihat seorang wanita ceria yang memiliki rambut warna stroberi pirang, di meja seberangnya, nampaknya tawa dari wanita itu sedikit menarik hatinya.
Setelah beberapa gelas Azzrafiq meneguk minumannya, efeknya mulai terasa, dia merasa sangat rileks dan pikiran mengenai hubungannya dengan Bianca seolah kabur begitu saja.
"Fiq ayo kita ke area dance floor." Ajak Yudhistira.
"Kita ajojing Fiq, Ayo!!" Seru teman-teman lainnya yang terlihat sangat antusias.
"Ya kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Sahut Azzrafiq sembari kembali meneguk minumannya.
Teman-teman Azzrafiq meninggalkannya sendirian di meja, lelaki itu kembali termenung sembari melihat buih soda di dalam gelas yang perlahan meletup dan menghilang.
"Hai.." Sapa Magika dengan percaya diri menghampiri Azzrafiq.
Azzrafiq seketika menoleh ke sumber suara yang menyapanya, dia memperhatikan Magika dari ujung kepala hingga ujung kaki, ternyata itu wanita dari meja seberang, yang dari awal dia lihat ketika memasuki cafe ini, wanita yang sedari tadi diperhatikannya.
Azzrafiq tersenyum menyeringai, lalu dia meneguk habis minuman yang ada di tangannya sebelum merespons sapaan Magika. "Hallo.."
Magika tersenyum manis pada Azzrafiq, wanita itu membungkuk kan tubuhnya dan langsung mencium bibir lelaki yang berparas tampan itu tanpa basa-basi, Azzrafiq yang tengah berada dalam euforia dari minuman yang diteguknya, membalas ciuman dari Magika dengan lembut, bibir wanita itu terasa manis dan wangi, keduanya sangat menikmati ciuman mereka, padahal Magika dan Azzrafiq tidak saling mengenal satu sama lain.
Biasanya Azzrafiq sangat anti sekali dengan wanita yang mengejarnya duluan, apalagi ini menyosornya tiba-tiba, tapi kali ini dia malah tak mempermasalahkannya, malah turut menikmati ciuman yang diberikan Magika.
Sekejap keduanya kompak menghentikan ciuman mereka, Magika dan Azzrafiq sama-sama terdiam sambil bertatapan, keduanya sama-sama merasakan sensasi ciuman yang sangat berbeda, rasanya bagaikan melayang seperti ciuman pertama yang pernah mereka lakukan.
Magika menyunggingkan senyum pada Azzrafiq lalu kembali beranjak dari duduknya, namun tangannya ditarik oleh lelaki itu ke atas pangkuannya. Magika sedikit terperangah dengan apa yang dilakukan lelaki itu, namun dia malah tersenyum lalu kembali menciumnya, dia belum merasa puas merasakan bibir lembut Azzrafiq.
Ciuman itu juga membuat Azzrafiq kecanduan dan tergila-gila pada Magika yang kini sedang merengkuhnya, hingga dirinya tak memedulikan keberadaan teman-temannya yang sudah kembali dari area dance floor, dia begitu haus akan ciuman dari wanita itu.
"Woohooo!! Get a room dude!" Seru teman-teman Azzrafiq yang kini duduk mengelilingi keduanya.
Dua sejoli itu tetap bercumbu dan tak memedulikan keberadaan mereka semua, Magika dan Azzrafiq malah semakin bergelora melakukannya.
Sementara dari meja seberang, teman-teman Magika pun terperangah melihat aksi Magika yang semakin liar, mereka tak habis pikir dengan Magika, sebegitu menikmatinya berciuman dengan orang asing.
Magika dan Azzrafiq menghentikan aksi mereka, Magika terkekeh melihat lipstiknya menempel di bibir lelaki itu.
"Sorry bikin belepotan." Ucap Magika yang masih berada di atas pangkuan lelaki itu, dia menyeka jejak lipstik di sekitar bibir lelaki itu dengan tangannya.
"Wanna dance with me?" Tanya Azzrafiq.
Magika mengangguk dengan semangat, lalu dia beranjak dari pangkuan lelaki itu dan menarik tangannya menuju area dance floor, dia sangat menikmati lagu yang dibawakan oleh DJ, Magika menari dengan antusias dan hanyut dalam suasana gemerlap.
Magika menggoyangkan tubuhnya dengan menggoda di hadapan Azzrafiq yang turut menari mengikuti irama di belakangnya, hingga akhirnya lagu berubah menjadi lebih laun.
"Gue suka aroma tubuh lo." Ucap Azzrafiq seraya mengendus leher Magika.
Magika terkekeh merasakan deru napas Azzrafiq yang menggelitiki lehernya."Aku suka semua bagian yang ada di diri kamu."
Lalu Magika membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke Azzrafiq, dia melingkarkan tangannya di leher lelaki itu.
"Lo harus jadi milik gue malam ini." Bisik Azzrafiq seraya mencium pipi wanita berambut pirang stroberi itu.
"Milikilah." Bisik Magika menggoda Azzrafiq.
Mereka berdua kembali bercumbu, hingga akhirnya lagu selesai berdendang, Magika mengajak Azzrafiq berlari keluar menerobos kerumunan di sekitar mereka, keduanya tertawa menikmati momen ini, hingga perlahan suara dari lagu di dalam tak terdengar lagi.
Udara segar dari angin malam menerpa wajah keduanya, Magika dan Azzrafiq berjalan menikmati udara malam hari di Braga sambil berpegangan tangan, jalanan tampak sepi, tidak lagi ramai seperti pertama kali mereka datang ke cafe tadi.
"Seger banget udara di luar." Seru Azzrafiq.
"Iya bener banget, udara Bandung emang menyegarkan." Sahut Magika.
"Sama kayak orang-orangnya, terutama cewek yang ada di samping gue." Ucap Azzrafiq sambil mengecup tangan Magika.
Magika tertawa kecil sambil menatap Azzrafiq dan mengusap pipinya. "Bisa aja ya kamu."
"Oh ya gue Edward, nama lo siapa?" Kata Azzrafiq memperkenalkan diri dengan nama samaran.
Mendengar nama Edward dari mulut lelaki itu, seperti tokoh vampir dalam film kesukaannya, seketika Magika memberitahu namanya seperti pasangan vampir tampan di film twilight saga itu.
"Aku Bella." Kata Magika sambil terkekeh.
"Kayak di twilight ya nama kita."
Magika tertawa mendengar ucapan Azzrafiq, yang pasti dia tak akan mau memberitahu nama aslinya pada orang yang tidak dikenalnya, apalagi dengan orang-orang malam yang datang ke cafe hanya untuk bersenang-senang. Dan pastinya dia juga tahu lelaki itu juga tak memberitahu nama aslinya.
"Lo kalo ketawa gitu, makin charming ya." Ucap Azzrafiq, lalu dia membelai wajah Magika dengan lembut untuk menciumnya lagi.
Magika meladeninya dan membalas ciuman Azzrafiq, dia pikir tak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki ini, dari nada bicaranya saja Magika dapat mengetahui bahwa Azzrafiq bukan tinggal di kota yang sama dengannya, karena itu dia tak akan menahan semua keinginan yang dirasakannya malam ini, yang dia pikirkan dari tadi hanyalah merengkuh Azzrafiq.
Mereka berdua melanjutkan langkah lagi menuju jalan Asia-Afrika, dan berhenti sejenak untuk berswafoto dengan berbagai pose di depan Gedung Merdeka, Magika mengambil foto lelaki itu dengan ponsel blackberry nya, yang pada saat itu masih eksis keberadaannya, keduanya tertawa riang menikmati momen ini.
Setelah puas berfoto ria, Magika dan Azzrafiq kembali berjalan melanjutkan langkah mereka menuju minimarket yang buka 24 jam, di sana mereka membeli beberapa minuman dan makanan ringan, di kasir Magika melihat deretan kondom yang terpajang, tanpa ragu dia mengambilnya dan menyatukan dengan makanan dan minuman yang akan dibayar.
Azzrafiq tersenyum menyeringai melihat tingkah Magika. "Jadi kita mau lanjut nih?"
"Sampai pagi, jangan nanggung kalo mau senang-senang." Ucap Magika seraya mengerlingkan matanya lalu keluar dari minimarket.
Azzrafiq terkekeh sambil melihat Magika yang berjalan keluar, lalu lelaki itu menyusulnya, mereka berdua tertawa sambil berjalan sedikit sempoyongan menuju Hotel, sampai akhirnya tiba di depan kamar yang telah mereka pesan, keduanya masuk sambil cekikikan.
Setelah pintu tertutup rapat, Magika mendorong Azzrafiq ke dinding lalu kembali mencumbunya, dan perlahan tangannya mulai membuka kancing kemeja yang dipakai Azzrafiq.
Magika menatap Azzrafiq sambil tersenyum nakal. "Ayo kita lakuin lebih dari sebelumnya."
Azzrafiq menyeringai, lalu menyambut wanita itu dengan ciuman yang perlahan kian memanas, dia mengendus leher Magika, tercium aroma parfum baby powder yang semakin membuatnya terlena.
Di tengah hasrat yang tengah menggebu, Magika semakin liar menggodanya, Azzrafiq yang tak ingin mengambil kesempatan terlalu banyak, ingin memastikan, apa yakin wanita itu ingin bercinta dengannya malam ini?
Azzrafiq tak ingin melakukannya karena paksaan, walaupun konteksnya bersenang-senang, dia tak ingin hanya dirinya saja yang merasakan.
"Wait!! Are you sure?" Tanya Azzrafiq.
"I'm yours." Jawab Magika seraya kembali menarik wajah Azzrafiq.
Setelah berhasil membuka kemeja Azzrafiq, tangan Magika turun menuju resleting celana jeans lelaki itu, sekejap Azzrafiq kembali menghentikan ciumannya.
"Lo yakin kita mau ngelakuin ini?" Tanya Azzrafiq lagi untuk memastikan.
"Ayolah! Kita udah pesan kamar, ya kali engga Edward, atau kamu mau kita nikah dulu? Karena di film kan Edward gak mau melakukannya sebelum menikah." Jawab Magika disela ciumannya.
Azzrafiq terkekeh mendengar ucapan Magika, setelah mendapatkan persetujuan darinya, Azzrafiq semakin berani, lelaki itu menyapu habis bibir Magika, ciuman itu perlahan turun ke leher Magika yang semakin memantik hasratnya, tangan Azzrafiq mulai bergerilya mengeksplorasi tubuh Magika.
"Aahh.." Racau Magika.
Dan akhirnya pakaian Magika sudah terbuka, Azzrafiq terpukau melihat ukiran Tuhan yang sempurna di hadapannya, hingga beberapa saat dia membeku, menatap pemandangan yang indah itu.
"That's Beautiful." Ucap Azzrafiq mengagumi tubuh Magika.
Ketika akan melanjutkan aksinya lagi, Azzrafiq melihat Magika sudah tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments