Ini karya ku yang baru mohon kalau membaca dengan bijak ya~~
Di tunggu jejak komen kalian🤗
Davina Aurellia terpaksa harus menerima tawaran Ayahnya untuk menikah dengan seorang pria yang ia tak kenal. Semua itu Davina lakukan demi menyelematkan ibunya yang sedang berada di Rumah Sakit. Tanpa Davina sangka bahwa anak dari sahabat Ayahnya itu adalah presdir perusahaan tempatnya bekerja yang bernama Yohanes David Abraham.
David yang tak menyetujui pernikahan ini juga harus terpaksa menerimanya, Maka sebelum pernikahan terjadi ia mengajak Davina untuk membuat perjanjian kontrak pernikahan mereka.
Setiap hari, ada saja perdebatan kecil diantara mereka. Sampai pada akhirnya David mulai jatuh cinta pada istrinya sendiri. Tapi cinta pertama Davina tiba - tiba kembali di kehidupannya.
Akankah Davina kembali pada cinta pertamanya atau membalas cinta David?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiezy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tapi Kenapa?
Ya meskipun Bu Jova sudah menjelaskan alasan Davina tak masuk tapi ia masih kesal dengan temannya itu karena tidak mengabarinya terlebih dahulu.
"Maaf, Ve." Hanya itu yang bisa Davina ucapkan saat ini tidak ingin menambah rasa kesal temannya itu.
"Maaf - maaf, enak banget lo ngomong kaya gitu ke gue. Gara - gara lo gue jadi banyak kerjaan tau!"
Kini di benaknya Davina sedang mempertimbangkan apa ia harus memberitahu Venus tentang pernikahannya yang akan segera di lakasanakan dan mulai besok ia tidak akan masuk kerja lagi selama seminggu. Akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Venus.
"Sekali lagi Maaf, Ve. Kalau kamu nggak sibuk malam ini bisa kita bertemu di Rumah Sakit ada yang mau ceritain ke kamu."
"Aku kemungkinan lembur malam ini. Tapi, aku usahain ya langsung ke Rumah Sakit kalau sudah selesai," jawab Venus. Kali ini suaranya sudah lembut.
"Oke, Thanks, Ve."
****
David yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, lalu meraih ponsel miliknya lalu menghubungi Dafa. Ia ingin temannya bergerak cepat bahkan David mengajak Dafa untuk menemui Davina malam ini di Rumah Sakit. Sekarang hanya di tempat itu dia bisa bertemu dengan Davina.
"Gue mau lo siapin kontrak gue, sebelum jam 18.00 WIB. Habis itu lo ikut gue ke Rumah Sakit," titah David saat panggilan teleponnya sudah terhubung.
"Eh, Bos. Kenapa buru - buru begitu?" tanya Dafa heran.
"Lo gak usah banyak tanya, lakuin aja perintah gue."
"Isi suratnya mau lo bikin seperti apa, Bos? Gue kan nggak tahu apa yang lo mau?"
"Nanti gue kirim pesan ke lo, apa aja yang perlu di tulis di sana."
Setelah berbicara seperti itu, David langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Dafa lalu mengirim pesan pada temannya itu mengenai isi kontrak pernikahannya.
Kenapa David tidak menyuruh sekretarisnya saja untuk membuat surat kontraknya atau pengacaranya?
Tentu saja karena David tidak mau orang lain tahu bahwa pernikahannya akan ia akhiri setelah masa kontraknya berakhir.
Tiba - tiba David teringat dengan perintah Maminya. Ia harus menghubungi Jova yang menjabat sebagai kepala Admin secara langsung untuk memberitahukan tentang cuti Davina selama seminggu ke depan.
David langsung meminta sekretarisnya untuk meminta Bu Jova segera datang ke ruang meeting. Sengaja ia memilih ruang meeting karena tidak ingin ada orang lain yang mengetahui pembicaraan mereka. Walaupun penuh dengan tanda tanya atas permintaan Presdir mereka, tapi tetap saja Hilda melakukan perintah tersebut sesuai dengan permintaan Bosnya.
'Kemarin dari staf Admin sekarang harus memanggil Kepala Admin, apa yang terjadi sebenarnya, ya. Dengan Presdir?' ucap Hilda dalam hati.
Tak lama setelah itu, Hilda memberitahukan kepada David bahwa Bu Jova sudah menunggunya di ruang meeting. Setelah mendapat informasi itu, David langsung bergegas ke ruang meeting yang memang tak jauh dari ruangannya. Sebelum keluar dari ruangannya, David memakai jas yang sebelumnya ia buka saat kedatangan Dafa.
Saat tiba di ruang meeting terlihat Bu Jova sudah menunggunya. Jova bukanlah seorang wanita yang muda lagi umurnya bahkan sudah hampir setengah abad tapi kinerja kerjanya tidak berpengaruh dengan umurnya. Ia sudah lama bekerja di sini sebelum David menjabat sebagai Presdir.
"Selamat siang, Pak Presdir?" sapa Bu Jova kepada Presdir mereka.
"Selamat siang, Bu Jova. Maaf menganggu waktu anda sebentar," ucap David dengan sopan.
"Ah, Anda tidak menganggu saya, Pak Presdir?" ujar Bu Jova.
"Jadi begini, Bu Jova. Saya ingin memberitahukan bahwa Davina, bagian dari Staf Admin ibu akan mengajukan cuti selama satu minggu kedepan,"
"Ehmm.., maksudnya bagaimana ya, Pak. Kenapa anda yang langsung menyapaikan perihal cuti Davina? Dan setahu saya, masa cuti Davina itu sudah habis, Pak." ucap Bu Jova. Jova tahu saat ini ia tidak sopan menodong kl banyak pertanyaan pada atasannya itu.
Tiba - tiba David bingung harus menjelaskan darimana mengenai hal ini. Tapi jika ia tidak menjelaskannya pasti akan mengundang sejuta tanya dari Jova.
"Maksud saya selama seminggu kedepan, Davina tidak akan masuk kerja, Bu. Dan saya minta Ibu bisa rahasiakan hal ini dengan karyawan yang lain." ucap David.
"Tapi kenapa pak Presdir?" Jova kembali bertanya tentu saja karena penasaran dan tentu saja ingin tahu apa yang terjadi.
"Kenapa bagaimana maksud Bu Jova?" tanya David pura - pura tak mengerti. Padahal dalam pikirannya ia sedang memikirkan sebuah alasan yang logis untuk di berikan Kepada Kepala Admin di perusahaannya ini.
"Maksud saya kenapa Davina yang menyampaikan hal ini kepada Pak Presdir langsung?" tanya Bu Jova memperjelas semua pertanyaannya.
"Davina kan bisa mengatakan hal itu langsung kepada saya?" timpal Jova lagi.
"Begini, Bu Jova. Sebenarnya yang menghubungi saya itu bukan Davina langsung. Tidak mungkin kan karyawan biasa bisa mempunyai nomer ponsel saya? Jadi yang meminta izin itu Mami saya?" jawab David jujur.
Tapi tanpa David sangka Bu Jova sangat berani mengajukan pertanyaan lain kepadanya.
"Bagaimana mungkin, Ibu Jova mengajukan hal itu kepada Presdir?" Itulah pertanyaan yang di ajukan Jova selanjutnya dengan tatapan curiga kepada Presdirnya itu. Di pikirannya bagaimana mungkin seorang Nyonya pemilik perusahaan besar ini kenal dengan Davina yang hanya karyawan biasa.
Mendengar pertanyaan Jova yang tak berkesudahan, membuat David menjadi emosi dan membuatnya menyesal mengabari hal ini kepada Jova. Kalau Mami yang bukan memintanya tentu saja dia tidak akan mau melakukan hal seperti ini.
"Maaf Bu Jova. Sepertinya saya tidak bisa menjelaskan hal itu lebih jauh, jika anda ingin tahu silahkan bertanya kepada Mami saya! Dan sekarang anda sudah boleh pergi dari sini! " Seru David dengan tatapan kesal.
Bagaimana tidak, di dunia ini ia paling benci dengan seorang wanita yang banyak bicara dan banyak bertanya. Untuk sekarang ia hanya suka wanita yang banyak di ranjang dan bisa memuaskan hasratnya. Sudah hampir seminggu ia tidak bermain dengan wanita karena urusan pekerjaan dan perjodohannya itu.
Jova yang tersadar dari kemarahan Presdirnya langsung pamit keluar dari ruangan meeting tersebut.Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya yang saat ini bagaimana pun ia membutuhkan pekerjaannya. Saat ini untuk menghidupi keluarga kecilnya, apalagi sejak suaminya meninggal semua biaya sekolah dan kebutuhan sehari - hari harus ia penuhi sendiri. Anaknya yang paling besar baru saja masuk kuliah semester tiga dan jika ia kehilangan pekerjaannya anaknya pun akan menjadi korban juga.
Sesampainya Jova di ruangannya, ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menyesali perbuatannya pada Presdir baru di kantornya itu. Tapi rasa penasaran yang terus menjalar di otaknya tidak bisa di hentikan maka dari situlah muncul pertanyaan - pertanyaan yang tadi ia tanyakan.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan vote.
lanjutan cerita David dan Davina