Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Farhan sudah sampai di Jakarta, ia berniat mengakhiri hubungunnya dengan dokter Celine. Namun, ia tetap membicarakan masalah ini terlebih dulu dengan orang tuanya. Bagaimana pun hubungan mereka sudah diketahui oleh kedua belah pihak orang tuanya. Dokter Celine sendiri dia tinggal di Jakarta seorang diri, hidup meratau dan jauh dari orang tua.
"Ma, Pa ... Aku pulang," teriak Farhan.
Mama Amel memang sudah pulang sejak tadi malam setelah bertemu dengan anaknya, ia tak sabar menyampaikan kabar gembira pada suaminya yang kini telah memiliki seorang cucu. Cucu yang sejak dulu dinantikan dari pernikahan Farhan dengan Sarah.
Papanya Farhan yang bernama Permana itu memang sudah jarang berkomunikasi dengan Farhan sejak perceraian itu terjadi, dan sikapnya baru membaik setahun belakangan ini saat dokter Celine menyampaikan bahwa Farhan sudah sangat bersalah. Dokter Celine juga tahu jalan cerita calon suaminya itu. Farhan yang seorang duda tak membuat dirinya malu memiliki pasangan seperti dia.
Farhan dan dokter Celine sudah saling terbuka sebelum merencanakan pernikahannya. Namun, tanpa diketahui Farhan, bahwa kini ia telah memiliki anak dari Sarah, dan lelaki itu harus menyampaikannya kepada calon istrinya itu.
Orang tua Farhan pun akhirnya muncul, turun dari tangga secara bersamaan karena berniat untuk makan malam. Saat di perjalanan tadi sedikit macet sehingga Farhan tiba di rumah pukul tujuh malam.
Mama Amel melihat keberadaan Farhan, wanita itu langsung menanyakan keberadaan cucunya.
"Mana Putra?" tanya mama Amel.
"Tidak ikut, Ma. Aku kesini ingin bicara dengan kalian," jawab Farhan.
"Ya udah, kita bicara sambil makan ya, kamu belum makan 'kan?" tanya mama Amel.
Farhan nampak menggelengkan kepala. Meski belum makan tapi perutnya masih dalam keadaan kenyang karena saat masih di rumah Sarah tak henti-hentinya ia memakan makanan yang disajikan wanita itu juga bi Ami. Rindu dengan masakan bi Ami membuat makannya lebih lahap, apa lagi dengan keadaan hati yang berbunga-bunga. Meski pun sikap Sarah masih terbilang biasa saja tapi ia yakin dalam relung jiwa wanita itu masih tersimpan nama dirinya dalam hatinya.
"Jadi gini, Ma. Aku berniat rujuk dengan Sarah," kata Farhan.
Lelaki yang sudah beruban yang ada di hadapan Farhan langsung menatap anaknya dengan tajam, menghentikan aktivitasnya yang sedang makan. Apa yang ada dalam pikiran anaknya itu? Meski dari pernikahannya dengan Sarah memiliki anak bukan berarti bisa rujuk dengan mudah. Keadaan Farhan yang kini memiliki kekasih dan sebentar lagi akan menikah, apa anaknya itu tidak memikirkan bagaimana perasaan pasangannya?
Papa Farhan bukannya tidak setuju mereka rujuk, akan tetapi ada hati yang harus dijaga. Ia tak ingin anaknya kembali menyakiti hati wanita. Setelah menceraikan Sarah dan sekarang akan memutuskan dokter Celine begitu saja.
Farhan tahu arti tatapan tajam papanya, tapi ia tidak bisa membiarkan anaknya berjauhan dengannya. Sarah tidak mungkin mengizinkan Putra tinggal bersamanya, jalan satu-satunya adalah rujuk.
Untuk mama Amel sangat mendukung, tapi Farhan harus bisa membuat dokter Celine menerima kenyataan ini, sebelum itu berhasil ia tak mengizinkan anaknya menikahi Sarah terlebih dulu. Apa lagi ia dan suaminya sudah mengenal siapa orang tua dokter Celine. Orang yang cukup terpandang juga di kota Medan. Ia tak ingin mempermalukan calon besannya itu dengan gagalnya pernikahan anaknya.
"Aku akan menyelesaikan masalahku dengan Celine Ma, Pa," kata Farhan.
"Apa kamu sudah pikirkan resikonya? Kalau Celine tidak menerimanya bagaimana? Kalau dia malah menerima keberadaan anakmu gimana? Rujuk bukan alasan, Farhan!" seru papanya.
Selama keduanya bisa menjaga cucunya tidak mesti rujuk, banyak yang orang-orang alami masalah seperti ini. Mereka masih bisa bahagia, banyak cara untuk membahagiakan anak-anaknya tanpa meski bersatu. Permana sangat menghargai perasaan wanita, perceraian Farhan kala itu sangat membuatnya malu, dan sekarang akan mengakhiri hubungannya dengan dokter Celine secara sepihak.
"Kata Papamu ada benarnya juga, Farhan. Bicarakanlah masalah ini, tapi Mama minta kamu pelan-pelan menyampaikannya," timpal mama Amel.
"Iya, aku paham untuk itu." Farhan pun sudah memikirkan ini matang-matang, bagaimana cara menyampaikan permintaan maafnya kepada calon istrinya itu.
"Besok saja kalian bertemu, jangan ganggu istirahatnya," kata mama Amel lagi.
Tentu, Farhan tidak mungkin mengambil waktu sekarang. Ia pasti tahu kedaan Celine sekarang, menjadi dokter pasti membuatnya cukup lelah. Akhirnya, Farhan putuskan pulang ke rumahnya karena selama satu tahun ini ia sudah tidak tinggal bersama orang tuanya.
Keesokkan paginya.
Sarah sudah siap-siap, wanita itu sudah terlihat rapi juga cantik. Pagi ini ia akan pergi menemui Wita di salah satu butik yang cukup terkenal di ibu kota Jakarta. Wita, setelah menikah ikut bersama suaminya dan wanita itu menjalankan usaha suaminya di sana.
"Bi, aku berangkat dulu ya. Bilang sama Putra aku tidak akan sampai bermalam," kata Sarah pada bi Ami.
"Iya, kamu hati-hati selama diperjalanan. Pergilah mumpung masih pagi."
Sarah pun berangkat, diantar tukang ojek sampai ke halte. Biasanya ia membawa kendaraan saat berkunjung menemui Wita, tapi kali ini tidak karena motornya berada di pabrik. Sarah sudah sampai di halte, naik bus jurusan ibu kota.
Selama diperjalanan ia malah memikirkan mantan suaminya, bibirnya melengkung kala mengingat betapa bahagianya Putra saat bersama lelaki itu. Saking sibuknya dengan pemikirannya, ia pun akhirnya sampai di kota metropolitan itu tanpa terasa. Matahari pun sudah menampakkan diri dengan sempurna, karena saat ia berangkat waktu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Sarah turun dari bus dan dilanjut menaiki motor untuk sampai di butik milik Wita. Selama berada dikendaraan itu, tak henti-hentinya ia melihat gedung-gedung tinggi. Sudah hampir dua bulan ia tidak bertemu dengan Wita, terakhir bertemu saat anak temannya itu berulang tahun.
Tibalah Sarah di butik Wita, wanita itu langsung masuk setelah membayar ojek. Kedatangannya disapa oleh salah satu karyawan di sana.
"Eh, Mbak Sarah," sapa orang itu. "Gimana kabarnya, Mbak? Dah lama tidak ke sini," sambungnya lagi.
"Baik, biasalah sibuk," jawab Sarah. "Witanya sudah datang?" tanya kemudian.
Baru karyawan itu akan menjawab, Wita keburu datang.
"Mbak Sarah ...," panggil Wita dari belakang Sarah, karena ia hafal betul tubuh wanita itu.
Sarah membalikkan tubuh dan mereka langsung berpelukkan melepas rindu.
"Aku kangen sekali, Putra mana?" tanya Wita.
"Gak ikut, lagian kedatanganku kemari tidak lama. Sekalian mau ambil baju yang aku pesan waktu itu, sudah jadi 'kan?" tanya Sarah.
"Sudah, rancanganmu luar biasa. Next, aku harus belajar darimu."
Kedua wanita itu pun akhirnya pergi ke ruangan lain.
***
Sementara di tempat lain, karena ini hari Minggu membuat Farhan memiliki waktu lenggang untuk menemui kekasihnya itu, ia akan mencoba bicara mengenai hubungannya yang memang tidak bisa dilanjutkan karena suatu hal.
Kebetulan, kekasihnya itu mengajaknya bertemu. Tapi kenapa harus dibutik? pikirnya. Tapi ya sudahlah, Farhan pun akhirnya berangkat dan janjian di butik.
aku nie mula bersuami pun xpandai, suami yg ajarkan🤭🤣🤣