Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.
Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.
Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.
Apakah Elara dan Orion mampu m
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Jaringan Kematian
Setelah berhasil keluar dari Eden, Elara dan Orion melangkah ke dunia yang jauh lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Meskipun mereka kini bebas dari cengkeraman kota yang penuh rahasia, kenyataan yang mereka temui di luar jauh lebih kelam. Mereka berada di luar tembok Eden, namun dunia yang terbentang di depan mereka bukanlah dunia yang mereka kenal.
Tanah di sekitar mereka tandus, penuh dengan puing-puing bangunan yang hancur. Kota-kota besar yang dulu berdiri megah kini menjadi reruntuhan, tanah yang dulunya subur kini kering dan tak berdaya. Langit yang dulunya cerah kini dipenuhi awan gelap yang menggantung rendah, seolah-olah dunia sendiri sudah lelah bertahan hidup. Kegelapan itu bukan hanya datang dari langit, tetapi dari setiap sudut dunia ini—di luar Eden, dunia tampaknya sedang menunggu kehancurannya sendiri.
Orion memimpin, langkahnya penuh tekad meskipun tubuhnya lelah. Mereka harus bertahan hidup, menemukan tempat yang aman, dan yang paling penting, menyebarkan data yang mereka bawa—data yang dapat meruntuhkan Eden dan mengungkapkan kebenaran tentang eksperimen mengerikan yang telah berlangsung di dalamnya.
Namun, Elara merasakan sesuatu yang lebih menakutkan sedang mengintai mereka. Sebuah perasaan bahwa di luar sana, ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari penjaga Eden. Sesuatu yang jauh lebih brutal.
---
Beberapa hari setelah mereka melarikan diri dari Eden, Elara dan Orion menyusuri reruntuhan sebuah kota yang dulu pernah makmur. Kota ini, seperti banyak kota lainnya, kini kosong dan terbengkalai. Hanya ada bayangan-bayangan kelam yang menyelimuti setiap sudutnya. Ketika mereka melangkah lebih jauh, mereka mulai merasa ada sesuatu yang mengintai mereka—sesuatu yang lebih canggih, lebih terorganisir.
“Orion, aku merasa seperti kita sedang dipantau,” kata Elara dengan suara pelan, matanya melirik ke sekeliling.
Orion berhenti sejenak, menoleh ke arah Elara. “Aku juga merasakannya. Tapi kita harus terus bergerak. Kita tidak bisa berhenti sekarang.”
Namun, tidak lama setelah itu, suara langkah kaki berat terdengar dari jauh. Mereka saling menatap, tubuh mereka langsung terjaga. Orion menarik Elara ke sisi bangunan yang rusak, berusaha bersembunyi di balik puing-puing.
Suara itu semakin mendekat, lalu berhenti. Di bawah sinar remang-remang, mereka bisa melihat siluet beberapa pria bertopeng dan berbaju hitam, dilengkapi senjata berat. Orang-orang ini bukanlah penjaga Eden biasa. Mereka tampaknya jauh lebih terlatih, jauh lebih kejam.
"Siapa mereka?" bisik Elara, hampir tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
Orion menjawab dengan suara serak. “Pasukan bayaran. Mereka dikenal sebagai Jaringan Kematian. Mereka adalah kelompok yang berfungsi untuk membersihkan siapa saja yang mencoba mengungkapkan rahasia besar di dunia ini, termasuk Eden.”
Elara menggigit bibirnya. Mereka berada dalam bahaya besar.
---
Tanpa peringatan, salah satu dari pasukan bayaran itu berbalik dan menatap ke arah mereka, matanya penuh kewaspadaan. Mereka telah ditemukan.
"Keluar sekarang," suara berat pria itu menggema, senjatanya terarah ke arah mereka. "Kami tahu siapa kalian. Jangan coba-coba melawan."
Orion menarik Elara ke belakang, mempersiapkan diri untuk bertempur. "Jangan biarkan mereka menangkap kita. Jika mereka tahu kita membawa data dari Eden, kita mati."
Tapi pasukan bayaran itu sudah bersiap, mengelilingi mereka. Elara merasa tenggorokannya tercekat. Mereka tidak memiliki pilihan selain bertarung.
---
Dengan gerakan cepat, Orion melemparkan beberapa granat asap ke arah pasukan bayaran, menciptakan kekacauan di antara mereka. Namun, kelompok itu sudah terlatih, dengan refleks yang luar biasa. Mereka segera melindungi diri, mundur ke posisi yang lebih strategis.
“Tidak akan ada yang lolos hidup-hidup dari sini!” teriak salah satu anggota Jaringan Kematian, memerintahkan serangan.
Perang brutal pun dimulai. Orion dan Elara melawan sekuat tenaga, menggunakan setiap keahlian yang mereka miliki untuk bertahan hidup. Tembakan-tembakan keras terdengar, menghancurkan puing-puing di sekitar mereka. Setiap gerakan terasa seperti tarung hidup dan mati. Elara melompat ke samping, menghindari tembakan yang datang begitu cepat, sementara Orion berusaha menjatuhkan satu per satu musuh mereka.
Namun, pasukan bayaran itu tak kenal ampun. Salah satu dari mereka menembakkan senapan ke arah Elara, dan Orion berlari untuk melindunginya. Tembakan itu tepat mengenai bahu Orion, membuatnya terhuyung mundur dan hampir jatuh ke tanah.
"Orion!" teriak Elara, panik. Dia segera berlari ke arahnya, meskipun musuh semakin mendekat.
Namun, dalam sekejap, seorang pria bertopeng dari Jaringan Kematian menghalangi jalannya, menekan pisau tajam di lehernya. "Kamu terlalu berharga untuk dibiarkan hidup," katanya dengan suara serak.
Orion, yang sedang kesakitan karena luka tembak, melihat Elara dalam bahaya. Dalam sekejap, dia menggenggam senjata yang ada di dekatnya dan menembak pria itu dari belakang, menembus tubuhnya dengan akurat.
Dengan musuh yang sedikit terganggu, Orion segera menarik Elara kembali ke tempat perlindungan. Namun, darah terus mengalir dari bahunya, dan dia semakin lemah.
"Kita tidak bisa terus seperti ini," kata Orion dengan napas terengah-engah. "Kita harus bergerak lebih cepat. Jika mereka tidak membunuh kita, mereka akan menangkap kita. Jaringan Kematian ini tidak akan berhenti sebelum kita mati."
---
Mereka berdua terus melarikan diri, meskipun Orion hampir kehilangan kesadarannya karena cedera. Langkah mereka semakin berat, dan rasa sakit semakin mencekik. Elara mendukungnya, meskipun dirinya sendiri hampir putus asa.
Namun, saat mereka hampir sampai di sebuah bangunan yang lebih tinggi, mereka melihat sesuatu yang lebih mengerikan: ratusan pasukan bayaran lainnya muncul dari segala arah, dengan senjata terarah ke tubuh mereka.
Ternyata, ini bukanlah sekadar pengejaran biasa. Mereka telah dipersiapkan untuk sebuah eksekusi.
Orion dan Elara tahu satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan bertarung sampai titik darah penghabisan.
Dengan satu-satunya harapan untuk mengungkap kebenaran, mereka bersiap menghadapi pertempuran yang mungkin akan menjadi akhir dari segalanya.
Ketegangan semakin tinggi, dan dunia yang penuh dengan kebohongan ini mulai terungkap satu per satu. Namun, apakah mereka akan berhasil mengalahkan musuh yang jauh lebih kuat dan terorganisir?
Hanya waktu yang akan menjawab.