~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran
Suasana mobil hening seolah tak berpenghuni. Baik Atlana maupun Regan sama-sama terdiam. Atlana terdiam dengan pandangan kosong menatap ke depan, sementara Regan lebih memilih menikmati wajah cantik Atlana.
"Antar gue pulang." Tiba-tiba suara Atlana terdengar. Pandangannya masih tak teralih dari jalanan remang di depan sana.
"Gue masih mau bareng lo."
"Lo ngerti gak sih? Gue mau pulang! Kak Rena udah tungguin gue!" Atlana sedikit berteriak di hadapan Regan. Kenapa Regan sangat keras kepala? Sangat berbeda dengan Regan yang dulu.
Regan tersenyum miring. Mengantar pulang? Tidak sekarang! Regan melajukan mobilnya dan berbalik arah. Kendaraan tersebut berhenti tepat di sebuah club.
"Regan! Lo gila? Gue gak mau kesini!"
Regan tak mendengarnya. Meski Atlana menolak turun, Regan tetap memaksa. Cowok itu membawa Atlana masuk ke club.
Kehadiran mereka di dalam club langsung disambut dentuman musik dj yang memekakan telinga bagi Atlana. Namun Regan menganggapnya biasa. Cowok itu mendudukkan Atlana di sofa, tepat di sampingnya.
"Gue gak suka tempat ini!"
"Gue suka lo," jawab Regan asal.
Atlana berdecak. Saat ia berdiri handak pergi meninggalkan club, seorang wanita dengan baju seksi mendekati Regan. Wanita itu duduk tepat di sebelah Regan. Tangannya bergerak mengusap lengan Regan.
"Masih mau balik?" tanya Regan santai. Atlana yang sempat terdiam mengepalkan kedua tangannya. Sekarang ia tahu, apa tujuan Regan membawanya ke club. Cowok itu ingin memperlihatkan sisi brengseknya.
Tak bersuara, Atlana melangkah untuk meninggalkan Regan. Namun, baru selangkah, suara Regan membuatnya berhenti.
"Cium gue."
"Boleh?"
Suara mendayu dan terdengar menggoda membuat Atlana berbalik. Di depannya, wanita yang tadi mengusap lengan Regan kini mendekatkan wajahnya ke wajah Regan. Cowok itu juga hanya diam, seolah menyetujui apa yang hendak dilakukan wanita itu.
Atlana tidak bisa membiarkannya. Dengan cepat dia mendekat dan menarik wanita itu hingga menjauh dari Regan. Regan tersenyum dalam diam.
"Lo apa-apaan sih?" ucap wanita itu. Perasaan kesal membuncah karena Atlana mengganggu kesempatannya mencium seorang Regantara.
"Dia cuman manfaatin lo." Sisi lembut Atlana merasa kasian dengan wanita itu. Sangat disayangkan, kenapa dia mau bekerja seperti itu?
Wanita itu tersenyum miring mendengar ucapan Atlana. "Manfaatin? Gue gak peduli," jawabnya. "Lo bilang begitu karena gak bisa cium Regan kan?" tanyanya dengan nada sombong.
Atlana balas tersenyum miring. "Gue cemburu?" Ternyata Atlana salah. Sepertinya wanita di hadapannya ini tidak terima jika dia bersikap baik dan sedikit peduli padanya.
"Iya. Lo cemburu karena gak bisa cium Regan."
"Oh ya? Asal lo tau, gue bahkan udah.... Lupain. Sorry gue ganggu. Gue cuman kasian sama lo. Tapi gue lupa, pekerjaan lo emang kayak gitu kan? Buat diri lo bisa dimanfaatin sama banyak orang."
"Lo—"
"Gue gak punya banyak waktu," tandas Atlana sebelum wanita itu menyelesaikan ucapannya. Dia melirik Regan sejenak, lalu menatap tepat di mata wanita itu. "Bye, bitch," ucapnya sambil tersenyum miring lalu meninggalkan Regan bersama wanita itu.
"Regan—"
"Minggir, bitch!" Regan mendorong kasar wanita itu hingga menjauh dari tubuhnya. Dengan cepat dia keluar dari club untuk mengejar Atlana setelah meletakkan beberapa lembar uang di meja.
"Pulang bareng gue." Regan langsung menarik tangan Atlana dan membawanya memasuki mobil. Atlana tak menolak ataupun memberontak seperti biasanya.
Yang ia lakukan hanya menurut dan diam. Hingga mobil Regan berhenti di depan apartemen milik Renata pun Atlana masih diam.
Tapi, sebelum gadis itu turun, Regan menahan tangannya.
"Gue tahu, lo cemburu."
"Dan gue baru tau, lo ternyata sebrengsek itu."
"Itu belum semuanya. Gue bahkan bisa lebih brengsek dari yang lo liat tadi. Mau bukti?"
Regan melepas sabuk pengamannya dan mencondongkan tubuhnya mendekat pada Atlana.
"Regan, lo mau apa?"
"Gue mau lo. Mau tidurin lo disini."
"Brengsek!"
Regan tersenyum miring. "Gimana? Mau main disini?"
"Lo gila!"
"Gue gila karena lo."
***
Brak!!
Gebrakan meja terdengar memenuhi ruang kerja. Kakek Adri marah besar setelah mendengar aduan Nita melalui telpon. Dia tak menyangka jika Atlana kembali. Gadis liar yang cukup sulit dia singkirkan kini kembali.
"Handi."
"Iya, Tuan?" Sang asisten kepercayaan menyahut dengan cepat. Hanya karena kembalinya Atlana, dia datang menemui sang tuan ketika seharusnya dia beristirahat.
"Selidiki gadis liar itu."
"Baik Tuan."
"Lakukan dengan baik. Dan jangan sampai Regan tau kalau kepergian gadis itu dulu karena saya."
"Akan saya kerjakan dengan baik, Tuan."
"Bagus! Pergilah! Saya butuh laporannya secepatnya."
"Baik, Tuan. Saya permisi."
Lelaki yang disapa Handi itu keluar dari ruang kerja Kakek Adri. Dia sedikit terkejut saat melihat Regan berdiri tak jauh dari pintu ruang kerja sang tuan dengan tatapan tajam. Dia yakin, Regan pasti mendengarnya sebab pintu ruang kerja tak tertutup rapat.
Raut wajahnya berubah tenang ketika berada cukup dekat dengan Regan. Dia berhenti, lalu sedikit menundukkan kepalanya pada Regan.
"Tuan Muda."
Regan tak membalas sapaannya. Cowok itu meninggalkan Handi dan memasuki ruang kerja sang kakek.
Berdiri tegap di depan meja sang kakek, Regan menatap pria tua itu dengan sorot dingin. Tadi, setelah mengantar Atlana, dia tiba-tiba ingin ke rumah kakeknya. Nita yang melihat Atlana membuatnya berpikir jika gadis itu akan mengadukannya pada sang Kakek.
Dia datang ingin melihat reaksi sang kakek sehingga ia bisa menentukan langkah apa yang akan ia ambil untuk melindungi gadisnya.
"Regan? Sejak kapan kamu disini?"
"Atlana milik saya. Sebesar apapun anda berusaha memisahkan, saya sendiri yang akan membawanya kembali."
"Regan! Kamu menguping?"
"Kebenaran akan terungkap sendirinya." Regan berbalik, melangkah pergi meninggalkan sang kakek. Namun, saat langkahnya tepat di ambang pintu, suara Kakek Adri terdengar.
"Kamu jangan lupa! Jika kamu membatalkan rencana pertunanganmu dengan Nita, jangan harap warisan itu jatuh di tangan kamu. Semuanya milik Yuni dan Nita!"
Regan melanjutkan langkahnya usai kakek Adri berucap. Yuni dan Nita, dua wanita ular itu tidak berhak atas apapun yang dimiliki kakek Adri. Dia tidak akan membiarkan sepeserpun jatuh ke tangan mereka.
***
Renata tersenyum tipis melihat adiknya yang mendekat ke meja makan. Rasanya senang sekali karena bisa sarapan bersama Atlana lagi, setelah melewati hari-hari tanpa sarapan bersama sejak adiknya itu datang.
"Pagi, Kak," sapa Atlana.
"Pagi," balas Renata. "Ini dimakan. Udah Kakak kasi selai. Selai kacang, kan?"
Atlana terkekeh pelan. Dia meraih roti yang sudah diberi selai kacang oleh Renata. "Makasih, Kak."
Renata mengangguk pelan. "Oh ya, hari ini Ghea ada jadwal kontrol sekalian terapi, kan?"
"Iya. Nanti aku ikut temenin Ghea."
"Ghea anak yang baik. Teman-teman kamu yang lain juga pada lucu. Cuman, yang satunya agak lain, ya? Jarang ngomong, keliatan dingin banget orangnya. Tapi, kakak liat dia sama kamu agak beda."
Atlana menghentikan kunyahan nya. Ia pikir kakaknya membicarakan Erteza sebab yang kakaknya deskripsikan itu mirip Erteza. Tapi, saat dengar kata "dingin banget" dan melibatkan dirinya, ia paham jika yang dimaksud sang kakak adalah Regan.
"Beda gimana?"
"Ya, beda. Kakak sempat liat dia natap kamu lama banget. Tatapan nya juga dalam banget. Keliatan kalau dia sayang sama kamu."
"Masih pagi, Kak. Gak usah bahas begituan."
"Kenapa? Kakak penasaran."
"Dia mantan aku," ucap Atlana. Dia tidak ingin menyembunyikannya dari Renata karena tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari kakaknya itu. Renata pasti akan memberinya pertanyaan yang sama setiap saat jika wanita itu merasa begitu penasaran.
"Mantan? Wah... Kakak gak nyangka. Ganteng lho, dek. Kenapa putus?"
Atlana menarik nafasnya. "Kaak...."
"Iya, iya. Kakak gak tanya lagi. Tapi, kapan-kapan ceritain ya?" ujarnya yang diangguki pasrah oleh Atlana.