Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Suara nyaring dering ponsel membangunkan Yasmin dari hangatnya selimut yang membungkus tubuh telanjangnya semalaman. Aroma parfum khas dari seorang pria yang tertidur di sebelahnya menguar menenangkan. Dengkuran halus ikut mengiringi tidur lelap pria yang sedang melingkarkan tangannya di perut Yasmin yang rata.
Yasmin tersenyum simpul mengingat pergumulannya semalam dengan Reynald. Pria itu selalu mendominasi di setiap penyatuan mereka.
Embusan napas hangat terasa di tengkuknya, diliriknya pria itu masih tidur lelap seakan tidak terganggu. Mungkin Reynald memang lelah, otak dan raganya diperas seharian kemarin.
Disingkirkannya dengan lembut tangan Reynald, Yasmin sudah tidak tahan ingin ke kamar mandi. Tapi tangan besar Reynald berhasil menariknya kembali ke dalam pelukannya.
"Mau ke mana?" Suara serak khas bangun tidur terdengar seksi.
"M-mau ke kamar mandi, Pak. Saya sudah tidak tahan," bisik Yasmin malu-malu.
Bibir Reynald tersenyum lebar, dia gemas melihat tingkah Yasmin pagi ini.
"Benarkah? Mau saya antar?" tanyanya dengan tatapan memicing.
"Ti-tidak usah, Pak." Dia meringis.
"Tapi kan kamu tidak pakai baju, biar saya yang bantu kamu ke kamar mandi ya. Sekalian kita mandi sama-sama." Yasmin langsung memejamkan matanya saat Reynald beranjak dari tempat tidur lalu mengangkat tubuhnya ke kamar mandi.
"Pak, saya bisa sendiri." Yasmin memekik, memukul pelan bahu Reynald.
Reynald seakan tidak peduli pekikan perempuan dalam gendongannya, malah dia mendudukkan Yasmin di toilet.
Yasmin menyilangkan tangannya menutupi dadanya, dia malu Reynald melihatnya tanpa berkedip.
"Pak, saya mau buang air kecil. Bapak ke luar dulu," ucap Yasmin.
"Saya mau lihat kamu sampai selesai, keluar air yang lain saja saya tahu ekspresi kamu kaya apa. Masa sekarang saya tidak boleh lihat."
Reynald semakin menggoda Yasmin yang sudah bersemu merah.
"Pak, please." Wajah Yasmin memelas.
"Oke, kali ini kamu menang. Saya tunggu di luar, kamu sekalian mandi saja, kita sarapan sama-sama."
"Iya, Pak." Akhirnya Yasmin bernapas lega, pria yang dikenalnya tegas dan arogan pagi ini malah menjahilinya sampai dia malu.
***
Baik Reynald maupun Yasmin sudah sama-sama mandi dan berpakaian rapi, mereka berdua sedang menikmati sarapan.
Sudah ada di meja menu baked egg avocado, peanut butter banana toast, salad buah dan dua gelas jus jeruk segar.
Yasmin sangat menikmati sekali roti panggang selai kacang ditambah irisan pisang. Matanya melirik pada makanan yang sedang dinikmati Reynald pelan-pelan.
"Apa makanan itu bisa membuat Anda kenyang, Pak?" telisiknya dengan memicingkan mata.
"Hahaha, Yasmin kamu selalu membuat saya tertawa." Senyuman Reynald memang manis dan memabukkan. "Avocado punya serat tinggi pengganti nasi, jadi bisa menahan perut kenyang sampai makan siang nanti." Bak ahli gizi Reynald menerangkannya dengan detail.
Yasmin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus menikmati setiap suapan makanan dalam mulutnya.
"Yasmin, saya sudah menyiapkan rumah untuk kamu. Jadi kita tidak harus bertemu di hotel," kata Reynald setelah menghabiskan sarapannya.
"Rumah? Maksud, Bapak?"
"Saya ingin menikahi kamu, Yasmin."
Mata Yasmin mengerjap mendengar pernyataan Reynald. Dia hampir saja tersedak makanannya sendiri.
Didorongnya gelas berisi air mineral didekatkan ke arah Yasmin, "Makannya yang pelan."
"Kamu tahu saya tidak ingin ada penolakan."
Yasmin diam memaku menatap Reynald.
"Saya harus meminta izin orang tua saya, Pak."
"Saya sendiri yang akan meminta restu untuk kita."
Ada gelenyar aneh merasuk relung hati Yasmin. Rasa yang membuat jantungnya berdebar kian kencang. Apa telinganya tidak salah bahwa Reynald ingin menikahinya?
***
"Apa Anda serius ingin menikahi Nona Yasmin?" tanya Romi, karena sejauh ini Reynald tidak memberitahukan hal seserius ini. Romi mengira Reynald hanya menganggap Yasmin sebagai wanita simpanannya saja tidak lebih.
"Apa kamu meragukanku?" tatapan Reynald menyiratkan ketidaksukaannya dengan pertanyaan Romi.
"Bukan, Pak. Maksud saya bagaimana dengan Bu Silvia? Apa Anda akan memberitahukannya?"
Reynald bangkit dari duduknya, dia berjalan mendekati jendela besar ruangannya yang menghadap ke jajaran gedung-gedung pencakar langit lainnya.
"Saya akan menceraikannya, pernikahan ini sudah tidak sehat dan hanya akan membuat kami saling menyakiti."
Dia melirik jam mahal yang melingkar di tangannya.
"Sebentar lagi makan siang, saya mau makan siang dengan Yasmin di sini. Tolong kamu siapkan ya." Pria itu lantas mengambil ponsel di atas meja, menghubungi seseorang dan larut dalam pembicaraannya.
***
Yasmin meremas jemarinya, dia cemas harus ke ruangan Reynald yang sama sekali tidak pernah dia injakkan kakinya di sana. Reynald barusan meneleponnya memintanya makan siang bersama.
'Bagaimana ini?' Dia semakin galau dengan pemikirannya sendiri. Banyak yang jadi pertimbangannya.
Memasuki area lantai khusus pejabat eksekutif tidak semudah yang dibayangkan. Selain Romi, Reynald memiliki sekretaris. Menurut kabar, sekretarisnya itu menyebalkan dan selalu ingin tahu urusan orang lain.
"Huuuh." Yasmin mengembuskan napas pelan. Dia sudah berada di lift menuju lantai CEO Hartawan Grup dengan membawa berkas di tangannya. Reynald tadi mengatakan padanya untuk membawa berkas supaya tidak mencurigakan orang lain.
Dia juga penasaran, seperti apa sih ruangan dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Aku akan tercengang kalau ruangannya terbuat dari emas." Dia jadi geli sendiri dengan pemikirannya.
Lift berdenting halus di lantai CEO HartawaN Grup. Benar saja baru saja dia menginjakkan kakinya di sana, sepasang mata mengamatinya dari jarak jauh. Wajah sekretaris Reynald tidak ada manis-manisnya dan memasang wajah masam.
"Mau ketemu siapa?" tanya Helen, salah satu dari sekretaris itu.
"Mau ketemu Pak Reynald, tadi Pak Romi menyuruh saya mengantarkan ini." Yasmin memperlihatkan berkas di tangannya.
"Boleh saya lihat dulu," kata Helen lagi.
Yasmin mendadak mencelos, dia bingung kalau sampai Helen tahu berkas yang dibawanya itu hanya map kertas kosong.
"Silakan, Pak Reynald sudah menunggu Anda."
Sapuan panas di wajahnya mendadak dingin seketika. Beruntung Romi datang tepat waktu.
Ketika masuk Yasmin melihat Reynald sedang memeriksa beberapa dokumen. Suara orang masuk membuat Reynald menghentikan pekerjaannya.
"Yasmin, ayo duduk."
Ah pria itu selalu memperlakukannya dengan baik bahkan cenderung lembut.
"Iya, Pak."
Mata Yasmin melihat banyak makanan yang sudah tersaji di meja. Mungkin Reynald memesannya dari restoran mewah.
Reynald bangkit mendekati Yasmin.
"Saya ingin makan siang berdua sama kamu, tapi saya malas ke luar kantor. Tidak apa ya kalau kita makan di sini saja." Kenapa Reynald harus repot-repot minta maaf padanya, dengan mengajaknya saja Yasmin sudah senang dan merasa spesial bisa menemani orang nomor 1 di tempatnya bekerja.
Pria itu membuka kancing lengannya lalu menggulung lengan kemejanya sampai siku.
Yasmin tanpa sadar terus memperhatikan Reynald yang menurutnya bukan sekedar tampan. Tapi memiliki kharisma kuat menarik hatinya lebih dalam.
***
Bersambung...
aku takut ni jebakan ...
jgn smpai kmu mnyesal.
dan taruhannya rumah tanggamu bersama Renata....
smga aja mama mu kena serangan betulan ... krna tau sifat Silvia seperti apa..
jgn ya Rey....baca dlu isi surat nya .kli aja jebakan bedmen ... hahahhah