Menikah muda bukan pilihan Arumi karena ia masih ingin menyelesaikan kuliah yang tinggal selangkah lagi. Namun, pertemuannya dengan Adeline anak kecil di mana Arumi bekerja membuat keduanya jatuh hati. Adeline tidak mau perpisah dengan Arumi bahkan minta untuk menjadi ibunya. Menjadi ibu Adeline berarti Arumi harus menikah dengan Davin pemilik perusahaan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ucapan salam dari dua wanita yang baru saja tiba diantar satpam masuk ke ruang acara ulang tahun mewah itu. Hampir semua mata menoleh kepada mereka.
"Waalaikumsallam..." jawab anak-anak serentak.
Dua orang berseragam menyambut kedatangan wanita yang tak lain adalah Rumi bersama Anjani.
"Langsung saja ke tempat acara, Dek, Non Adeline sudah menunggu sejak tadi" ucap salah satu wanita yang lebih tua membiarkan Rumi masuk sendiri, karena dia belok ke arah dapur setelah Rumi mengucapkan terimakasih.
"Rum, gue malu, bagaimana ini" bisik Anjani ketika tangannya diseret Arumi yang seolah biasa saja ketika berhadapan dengan para sultan. Padahal tangan Anjani berkeringat dingin, ketika pandangannya tertuju kepada orang nomor satu di pabrik sepatu merk terkenal itu.
"Seett... tenang saja" Rumi minta Anjani agar bersikap biasa saja, lalu melirik Davin sekilas yang menatapnya datar, tetapi Rumi lebih tertarik dengan persiapan acara ulang tahun Adel.
"Wah-wah, waaah..." Rumi memindai sekeliling. Dalam hatinya kagum padahal hanya perayaan ulang tahun anak umur tiga tahun, tetapi seperti pesta pernikahan saja. "Memang kamu Rumi, seumur hidup belum pernah merayakan ulang tahun. Hihihi..." Rumi menahan tawa kala ingat masa kecil. Kedua orang tuanya tidak pernah merayakan ulang tahun yang sejatinya umurnya berkurang menurut ayah dan ibu Arumi.
Arumi mengalihkan pandanganya ketika namanya dipanggil dari atas panggung.
"Ateee..." seru Adel, seketika anak itu memancarkan kebahagiaan ketika wanita yang ditunggu-tunggu datang.
Arumi tersenyum dari jauh melewati Davin dan Derman tanpa basa basi menuju meja di mana Adel dikelilingi oleh keluarga besar Xanders. Arumi berhenti sejenak ketika wanita yang mirip sekali dengan Davin itu menatapnya lekat. Begitu juga dengan pria yang seusia ayahnya itu. Arumi sudah bisa menebak jika sepasang suami istri itu kedua orang tua Davin. "Mamanya sih senyum walaupun sedikit, tapi bapaknya itu loh kenapa dingin seperti sikap Davin" monolog Rumi.
"Selamat siang Om, Tante" Rumi menjabat tangan Rose dan juga Xanders bergantian sambil mengenalkan diri, diikuti Anjani.
"Oh kamu yang namanya Rumi" Rose mengatakan jika Adel menunggu lama.
"Iya Tante... maafkan kami" Arumi merasa bersalah, sebenarnya sudah berangkat tiga jam yang lalu, tetapi singgah di mall membeli kado. Sialnya di tengah perjalanan ban motornya kempes kemudian mereka mendorong mencari tambal ban yang lumayan jauh.
"Atee... kenapa lamaaa..." protes Adel, Arumi beralih kepada anak perempuan yang menjadi tujuannya. Gaun Princess warna pink melekat di tubuh Adel, rambut ikal tergerai dihias bando dengan pita senada dengan baju. Entah siapa yang mendandani hingga matcing seperti itu perlu diacungi jempol.
"Maaf sayang... ban motor Tante kempes di jalan, jadi terlambat deh" Arumi merapat ke sebelah Adel menatap mata yang basah itu segera ambil tissue kemudian mengelap.
"Jadi kamu orang yang sudah membuat acara ulang tahun Adel hampir saja gagal" ketus Malika. Arumi yang sejak awal tidak begitu memperhatikan wanita itu, kini beralih ke arah Malika yang tidak suka akan kehadirannya.
Arumi ingat wanita ini yang tempo hari dia lihat di parkiran kantor bersama Adel. Sekarang Arumi yakin bahwa wanita itu bukan mama Adel seperti yang dia kira, karena Adel memanggilnya Tante.
"Maaf... kami tidak bermaksud begitu" Rumi menjawab lembut.
"Sudah... sudah... sebaiknya kita lanjutkan acaranya" Rose minta agar semua tenang. Arumi juga tidak ambil pusing dengan ucapan Malika memilih mengajak Adel bicara.
Keluarga besar berkumpul di sekitar meja di mana kue dipajang. Aroma parfum pria dewasa masuk ke lubang hidung Arumi, ia menoleh ke samping rupanya Davin sudah merapat. "Wuih, tumben tuh manusia es bisa tenang juga" Rumi membatin, ketika Davin tersenyum lebar ke arah putrinya.
"Tiup lilinya, tiup lilinya" Anak-anak kembali bernyanyi dipandu MC.
Adel yang sudah kembali menemukan keceriaan tidak membuang waktu lagi meniup lilin hingga padam. Tepuk tangan riuh dari anak-anak membuat mata bulat Adel semakin berbinar-binar.
"Selamat ulang tahun Princess..." ciuman hangat dari Arumi menambah kebahagiaan Adeline. Rumi memberikan kado yang di bungkus rapi dan lucu entah apa isinya.
"Holee... Adel dapat kado" seru Adel. Padahal kado sudah menumpuk tetapi dari Rumi sepertinya yang paling istimewa.
"Potong kuenya, potong kuenya"
"Ayo potong kuenya sayang" Arumi membantu Adel memotong kue. Derman mengambil gambar moment itu atas perintah Davin.
"Sekarang potongan kue pertama mau Adel berikan kepada siapa sayang..." Rose mendekatkan piring ke sisi kui lalu memasukkan ke dalamnya.
"Untuk Ate, Oma" Adel memberikan kue tersebut kepada Rumi.
Arumi terkejut tidak menyangka jika Adel akan memberikan kue itu kepadanya. "Waduh... bagaimana ini" batin Arumi memandangi keluarga besar Xanders satu persatu termasuk Davin. Tentu saja tidak enak hati karena ia hanya orang luar. Apa lagi Malika menatap sinis menunjukkan tidak rela jika Rumi yang dipilih Adel.
"Terima saja Arumi" titah oma Rose.
"Terimakasih..." Arumi pada akhirnya menerima kue tersebut setelah beberapa detik kebingungan.
Kue berikutnya dipotong-potong dua orang pelayan, kemudian dibantu Anjani membagikan kepada anak-anak. Snek box, nasi box, dan juga amplop pun mereka bagikan. "Waah... Dermawan juga keluarga Adel, pasti semua ini gagasan Nyonya Rose, tidak mungkin banget jika pria angkuh ini mempunyai sikap seperti ini" monolog Rumi.
"Sambil menunggu teman-teman menikmati hidangan, bagaimana jika Adel bernyanyi" Dermawan menatap ke arah Adel.
"Nyanyi, nyanyi, nyanyi" seru keluarga besar Xanders termasuk Davin, mengacungkan jempol ke arah putrinya.
"Bagus juga tuh, ayo nyanyi sayang..." Rose menyemangati cucunya.
"Adel maunya nyanyi, tapi sama Ate" Adel memegang tangan Arumi seraya mendongak.
"Okay... Tante temani yuk" Arumi menuntun Adel ke atas panggung yang dihias balon warna warni. Lagi-lagi tepuk tangan riuh ketika dua wanita berbeda usia itu sudah berada di atas panggung.
"Sekarang Adel mau nyanyi apa?" Derman mendekatkan mikrofon ke mulut Adel.
"Balonku ada lima" Adel menempelkan bahu di perut Rumi sambil menunjukkan lima jari.
"Baiklah... sekarang Adel bernyanyi" Dermawan memberikan mikrofon kepada Adel. Dengan bahasa yang masih cadel Adeline bernyanyi riang. Karena ada Rumi di sampingnya menambah semangatnya membuncah, lenggak lenggok berjoget lucu dan menggemaskan.
Xanders dengan Rose pun tersenyum menonton dari tempat duduknya, begitu juga dengan Davin. Namun, berbeda dengan Malika, wanita 25 tahun itu marah-marah di samping Davin.
"Mana tepuk tangannya..." Seru Derman setelah mikrofon kembali ke tanganya.
Acara demi acara berjalan dengan lancar, untuk yang terakhir kali Derman menggendong Adeline.
"Sekarang Adel berdoa kepada Allah, apa permintaan Adeline saat ulang tahun yang ketiga ini, semoga Allah mengabulkan" Derman mendekatkan mikrofon.
Tangan mungil itu menengadah. "Ya Allah... Adeline minta, semoga Ate Lumi menjadi Mama Adel"
...~Bersambung~...