NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:224
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Laporan

"Tidak perlu terlihat hebat untuk bisa di percaya, cukup baik dan diam saja."

****

Setelah Lucas memastikan bahwa Senja sudah selesai makan, ia baru lega untuk bisa meninggalkan Senja sendirian.

"Hah, jika bukan karena tugas sialan itu, aku pasti akan mengawasinya sepanjang hari," protes Lucas bersamaan dengan helaan napas panjangnya.

Meski berat untuk meninggalkan Senja sendirian, terlebih lagi karena kejadian yang baru saja ia lihat. Namun Lucas bisa apa jika panggilan kerajaan lebih penting dari kisah cintanya ini.

"Begitu tragis," cicit Lucas pelan sebelum melangkah masuk ke dalam portal teleportasi.

Sebelum portal benar-benar menelan seluruh tubuhnya, Lucas sempat melirik ke arah Senja yang saat ini tengah tertidur pulas di sofa ruang tamu.

Sambil menghela napas panjang Lucas berkata "aku akan segera kembali, jadi tunggu saja." Portal kemudian menghilang bersamaan dengan pindahnya Lucas kembali ke kerajaan.

Namun ada satu hal yang tidak diketahui oleh Lucas, bahkan setelah kepergiannya. Senja sama sekali tida tidur, ia hanya berpura-pura untuk tidur. Ia tahu jika memaksakan diri di hadapan Lucas, akhirnya tidak akan bagus.

"akhirnya pergi juga," lirih Senja sambil membuka kedua kelopak matanya.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Lucas yang amat sangat kesal saat harus meninggalkan Senja, sedangkan dirinya sangat senang saat Lucas pergi dari hadapannya.

"Ristia, portal."

Hanya dengan satu perintah, sebuah portal kecil seukuran tubuh wanita mungil muncul di hadapan Senja. Portal itu tampak sudah lama dibuat dan baru diaktifkan saat ini.

Meski begitu, tidak banyak yang mengetahui jika hampir seluruh area di rumah tua ini dipenuhi oleh portal sihir yang terhubung langsung ke markas Guild Moonlight.

Setelahnya Senja berdiri dari tidurnya dan kemudian melangkah masuk ke dalam portal. Saat portal hendak menghilang, tiba-tiba saja Senja memutuskan untuk keluar sambil berlari kencang menuju danau kematian.

"Astaga, aku melupakan mereka." batin Senja panik. Ia kemudian menyuruh Ristia untuk membawa Lily dan Dian naik ke atas permukaan. Ristia hanya menghela napas panjang dengan kecerobohan yang dibuat oleh nona nya itu.

Beberapa saat kemudian, Dian dan Lily berhasil naik ke atas permukaan. Wajah mereka tampak pucat dan penuh lelah. Mata mereka merah dengan lingkaran hitam yang tampak begitu jelas di kedua matanya.

"Sejujurnya aku hanya menghukum mereka karena kesal dan tidak berharap untuk sejauh ini, tapi...."

Senja merasa prihatin dengan keadaan kedua bawahannya, tapi sayang ia tidak bisa menunjukkan kekhawatiran nya itu karena ia harus tetap teguh dengan prinsipnya sendiri.

"Maaf," batin Senja sedih.

"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Dian saat ia pertama kali melihat Senja yang berdiri dengan wajah pucatnya.

Wajar saja jika Senja berwajah pucat, hal itu karena ia habis bergadang semalaman untuk melatih ketiga elemen sihirnya.

"Apa yang terjadi dengan mu selama aku tidak ada?" tanya Lily kecut. Ia sebenarnya khawatir cuman masih canggung untuk menunjukkannya saja.

"Kalian berdua, apa kalian sudah tahu kesalahan masing-masing? Aku tidak punya banyak waktu untuk mengurusi kalian berdua. Kalian juga sudah besar, seharusnya kalian bisa memilih mana yang baik dan tidak."

Senja melirik ke arah bawahannya dengan tajam, matanya menyipit dengan sudut bibir yang melengkung turun ke bawah.

"Ini terakhir kalinya aku menghukum kalian berdua, setelahnya kalian sendirilah yang akan menentukan akhirnya."

Setelah mengatakan hal itu, tanpa melihat ekspresi wajah dari masing-masing bawahannya, ia segera pergi dengan teleportasi yang baru saja di buat oleh Ristia.

Keduanya lalu pergi meninggalkan hutan menuju ruang bawah tanah kediaman Duke Ari. Ruang bawah tanah yang di jumpai Senja di halaman belakang kediaman Permaisuri Mawar.

****

"Hari ini sangat panas bukan?" tanya Mari dengan wajah penuh keringat.

"Kau terlalu berlebihan," seru Tasya yang melirik ke bawah sambil melihat siswa lain berlalu lalang.

"Apa kau bilang," gerutu Mari sambil mengeluarkan mantra sihirnya.

"Hentikan, kalian malah membuat ku makin kesal."

Dira tampak malas meladeni kelakuan kedua sahabatnya itu. Ia kesal dan entah mengapa kekesalannya semakin bertambah sejak melihat kelakuan keduanya.

"Ada apa dengannya?" tanya Mari dengan kode mata pada Tasya.

"Entahlah," jawab Tasya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ada apa dengannya?" batin Dira penuh kekesalan.

"Aku sudah baik hati menahan diri sambil menunggu waktunya, tapi dia malah menghilang seperti ini." gerutu Dira sekali lagi sambil memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian Arina datang bersamaan dengan Kira di sampingnya. Mereka berdua kemudian sedikit membungkuk untuk menghormati Dira yang sama sekali tidak merespon keberadaan keduanya.

"Wow, lihat siapa ini yang datang." teriak Mari penuh semangat.

"Hey kau, kipaskan aku cepat." lanjutnya dengan wajah penuh intimidasi.

Kira yang melihat kelakuan Mari hanya bisa menghela napas jijik sambil memalingkan wajahnya.

"Kau..., beraninya...!!" bentak Mari kesal. Namun sebelum ia sempat mengamuk, Tasya sudah mengambil alih perhatiannya.

"Ada apa kau kesini?" tanya Tasya kesal.

"..."

Kira hanya diam sambil melirik ke arah Dira yang masih memejamkan matanya. Ia kemudian melihat kembali ke arah Tasya dengan acuh tak acuh sambil berkata, "Aku ada urusan dengan Nona Dira bukan kau."

"Brengsek!" maki Mari sambil berdiri dari duduknya.

"Apa kau buta? Kau bisa melihat sendiri bahwa Dira saat ini sedang tidak ingin di ganggu," balas Tasya sambil menarik kembali tubuh Mari untuk duduk.

"Kau tidak perlu terlihat seperti anjing untuk menghadapi budak sepertinya," bisik Tasya pelan pada Mari namun masih bisa di dengar oleh orang di sekitarnya.

"Sialan kalian berdua, hanya karena kalian memiliki hubungan sahabat dengan Nona Dira, kalian bisa berbuat sesuka hati. Lihat saja, jika misi ku berhasil maka posisi kalian akan menjadi milik ku," batin Kira ketus.

Sejujurnya kedudukan Kira dan Mari adalah sama. Mereka sama-sama putri seorang bangsawan kelas rendah, hanya saja Mari memiliki dukungan penuh atas kerajaan Green karena ayahnya adalah kakak sepupu dari ayah Tasya, sedangkan Tasya dan Dira adalah keponakan dan bibi karena hubungan darah antara Tasya dan Selir Jina.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Dira yang berhasil memecahkan suasana berat di tempat itu.

"Seperti yang Nona lihat, dalam keadaan ini Zakila sangatlah mengganggu," jelas Kira dengan wajah jengkelnya.

"Setiap kali aku hendak mengajaknya pergi, pasti selalu saja di halangi oleh si kembar sialan itu," lanjutnya sinis.

"Hah, kau baru tahu tentang mereka. Aku sudah menduga jika hal ini akan sulit selama kita tidak menyingkirkan keduanya."

Mari angkat bicara, ia yang semula kesal kini terlihat lebih santai apalagi saat membahas si kembar dari Kerajaan Aruna itu.

"Selain itu, Muna dan Luna juga menjadi ancaman disini," lanjut Arina menjelaskan.

"Aku sudah berusaha untuk membujuknya namun ia terlihat enggan terlebih lagi saat mereka bersama," lanjutnya dengan penuh kenangan masa lalu.

"Hah..."

Dira hanya bisa menghela napas panjang dengan penjelasan yang baru saja di dengarnya. Ia tidak lagi ikut campur secara nyata dengan Senja karena sejak kejadian saat itu, pergerakannya sudah dibatasi.

"Dira, kau tidak perlu pusing seperti itu. Untuk masalah Muna, biar aku saja yang mengurusnya. Selama beberapa bulan ini akan ada pelatihan rutin, disana aku akan menjebaknya sehingga ia tidak akan memiliki waktu lagi untuk bermain."

Tasya memukul ringan pundak Dira dengan memberikannya semangat. Selain itu, Tasya juga harus melakukannya karena dendam pribadi terhadap Muna, apalagi setelah kejadian saat itu.

"Kalau begitu, kita hanya..."

"Untuk si kembar, serahkan saja pada ku. Aku akan mengurus Zakila dengan senang hati," potong Mari penuh semangat.

"Sisanya..., kau tahu sendiri bukan."

Mari melirik sekilas pada Kira sebelum melihat ke arah Dira.

"Aku paham," lirih Dira pelan.

"Saat ini kau bisa fokus dengan pelatihan mu saja. Aku dengar banyak hal dari kakak mengenai pelatihan itu."

"Benar kata Tasya, kau harus fokus dengan latihan mu dan biarkan kami mengurus bagian kami masing-masing."

Mari terlihat sangat bisa diandalkan, padahal selama ini yang paling membuat Dira khawatir adalah dirinya sendiri. Baik Dira maupun Tasya sangat khawatir dengan sifat arogan Mari yang tidak bisa di kontrol dan itupun berlanjut sampai sekarang.

"Aku juga akan berlatih mengontrol diri," lanjut Mari yang juga mengetahui fakta tentang dirinya.

"Brengsek, bisa-bisanya kalian mengabaikan aku disini. Kalian pikir aku ini siapa, hah?" batin Kira kesal. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil menahan amarah yang memuncak.

"Aku juga memiliki kartu AS di tangan ku, jadi kalian jangan terlalu sombong," lanjutnya dengan senyum mengerikan.

"Jika kalian sudah paham, maka lakukanlah," seru Dira sambil melirik ke arah Kira yang masih berada di dunianya sendiri.

"Hey kau, budak sombong. Sedang apa kau diam disana hah? Apa kau tidak mendengar perkataan Dira barusan?" tanya Mari kesal sambil menendang tubuh Kira hingga ia terjatuh.

"Kya...!!" teriak Kira kaget saat kembali sadar ke dunia aslinya.

"Sadar juga rupanya," lanjut Mari kemudian kembali duduk.

Tasya hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah arogan Mari. Padahal baru saja ia berkata bahwa akan menahan diri, namun lihat apa yang baru saja terjadi.

"Sudahlah, kau bisa pergi. Urus saja urusan mu sendiri dengan benar karena aku tidak ingin ada laporan lagi seperti ini."

Kira yang mendengar perintah ketus dari Dira hanya bisa menundukkan wajahnya. Ia kemudian pergi dari tempat itu dengan wajah merah dan kekesalan yang menumpuk di hatinya.

"Lihat saja kalian berdua," pekiknya dalam hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!